TIU NGUMBAK, Perjalanan Wisata Religi, Budaya dan Alam

LOMBOK UTARA – lombokjournal

Keunikan mengunjungi Desa Gumantar, selain alam yang indah juga memiliki tradisi asli yang masih dipertahankan. Di Desa ini terdapat Masjid Kuno yang terbuat dari dinding bambu dan atap ilalang, (sperti yang di Bayan) yang masih digunakan sampai hari ini untuk keperluan upacara adat maupun keagamaan.

Hampir tidak ada penunjuk arah yang menunjukkan lokasi
Hampir tidak ada penunjuk arah yang menunjukkan lokasi

Lokasi Tiu Ngumbak berada di Desa Gumantar di Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Perjalanan menuju Desa Gumantar sejalan dengan jalur menuju Bayan. Melampaui pertigaan Kayangan Kita akan melewati deretan Pintu Gerbang Desa di sebelah kanan jalan.  Salah satu Gerbang tersebut tertulis “Selamat Datang Ke Desa Gumantar”.

Memasuki desa ini disambut dengan hamparan persawahan. Kebetulan saat saya mengunjungi Gumantar, sawah penuh jagung menguning. Pemandangan indah di sore hari.

Jalur persawahan kita temui sepanjang kurang dari 500 meter,  setelah itu memasuki perumahan penduduk sekitar 3,5 km melewati jalan aspal yang mulus. Dan terasa  hampir di penghujung  kampung akan  menemukan pertigaan dengan  papan penunjuk jalan yang kecil bertuliskan Tiu Ngumbak 3,5 km. Maka pilihlah jalur yang berbelok ke kiri mengikuti petunjuk tersebut memasuki jalan tanah menuju Hutan lindung dan kawasan Taman Nasional.

Belasan rumah. seluruhannya masih berupa rumah kuno dengan bahan bambu dan atap ilalang.
Belasan rumah. seluruhannya masih berupa rumah kuno dengan bahan bambu dan atap ilalang.

Desa Lestari

Di desa ini, selain masjid kuno terdapat juga komplek perumahan adat.  Seluruh komplek yang terdiri dari belasan rumah. seluruhannya masih berupa rumah kuno dengan bahan bambu dan atap ilalang. Tradisi masih bertahan. Menuju Air Terjun Tiu Ngumbak kita akan melewati tatanan yang masih dilestarikan itu. (Saya akan membahas tentang budaya yang dipertahankan ini pada tulisan berikutnya).

Memasuki Hutan Kemasyarakatan (HKm), di awal perjalanan akan menempuh jalur yang lebar dan masih bisa di lalui oleh kendaraan roda empat. Tetapi setengah perjalanan, akan sampai ke jalan menyempit.Selama perjalanan di hutan akan menemukan beberapa persimpangan, tetapi ikuti saja jalur utamanya yang lurus hingga menemukan sebuah papan penanda kecil bertuliskan Tiu Ngumbak 1,5 km. Harap diperhatikan papan ini cukup kecil dan menempel di pohon, kita harus jeli memperhatikan agar tidak terlampaui dan menjadi tersesat.

Di desa ini terdapat masjid kuno seperti yang ada di Bayan
Di desa ini terdapat masjid kuno seperti yang ada di Bayan

Karena di lokasi hutan jarang bertemu warga sehingga sulit mencari petunjuk arah yang benar.  Tentu, bagi para pemula, saya sarankan mencari teman warga lkcal yang siap mengantar.

Jalur akan terus menyempit melalui tanjankan dan menyeberangi sungai kecil, bahkan melingkari pohon yang tumbang. Medannya masih cukup di lewati kendaraan roda dua bahkan kendaraan matik sekalipun. Hampir tidak ada penunjuk arah yang menunjukkan lokasi tepat dari Tiu Ngumbak.

Hanya jalur yang kita lewati di penuhi dengan tanaman tumpangsari, yang menandakan wilayah tersebut masih HKm. Nah, setelah berada di penghujung HKm, motor kami parkir di lokasi yang cukup lapang, tetapi tidak ada penanda untuk tempat parkir. Ini adalah lokasi terlapang terakhir menuju Tiu Ngumbak.

Perbatasan antara HKm dengan Kawasan Taman Nasional, memasuki hutan tanpa ditandai adanya jenis tanamam warga. Jalan yang kita lewatipun setapak dan sempit, dengan turunan yang cukup tajam. Di beberapa titik bahkan kalian harus berhati-hati meniti tebing berbatu dengan jalan yang lebarnya  hanya muat setngah kaki saya. Selain itu tanjakan yang mencapai 80 derajat membuat perjalanan merayap lambat.

Anak-anak muda yang menemani perjalanan,  menyiapkan tali dari akar-akaran untuk berpegangan, karena jalur yang begitu terjal dan lumayan licin.  Perjalanan itu cukup pendek hanya 45 menit untuk turun menuju air terjun Ngumbak dan perjalanan naiknya lebih mudah hanya 30 menit saja. Tentu bagi yang lebih muda, mestinya bisa lebih cepat yaa.

Akhirnya Tiu Ngumbak mulai tampak. Suara deru airnya yang bergelombang di atas lorong batu sebelum terjun menyapa lebih dahulu sebelum melidat pemandangan fisiknya. Air terjun ini terdiri dari 3 tingkatan. Setiap tingkatan yang jatuh memiliki kolam yang luas dibawahnya.

Airnya yang segar menggoda untuk berendam.
Airnya yang segar menggoda untuk berendam.

Sayang pada saat saya berkunjung airnya sedang menyusut, sehingga terjunan kedua dan ketiga terlihat kecil. Tapi itu tidak mengurangi keindahan air terjun Tiu Ngumbak. Airnya yang segar menggoda untuk berendam.

Tapi harus hati-hati karena pernah ada pengalaman tenggelamnya dua orang mahasiswa di kolam Tiu Ngumbak. Sehingga belakangan ini setiap pengunjung harus mendapatkan ijin tetua desa. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan para tetua desa akan menggelar ritual agar kolam Tiu Ngumbak tak lagi memakan korban.

Harus mendapatkan ijin tetua desa
Harus mendapatkan ijin tetua desa

Selain itu masih ada gua kelelawar nun jauh di dalam hutan kawasan Taman Nasional. Gua itu hanya diketahui dan dikunjungi oleh beberapa orang warga saja, salah satunya Kadus Dasan Beleq yang berada di pintu hutan

Ah, inilah perjalanan yang paling menantang bagi pecinta amatiran seperti saya. Tapi masih ada daftar wilayah lain yang sedang menunggu untuk di kunjungi. Selamat mencoba perjalanan budaya dan religi ke Tiu Ngumbak.

Nyi – ita