Kalau Anda tidur terlalu banyak dari biasanya, siapa tahu itu mungkin merupakan tanda depresi
lombokjournal.com ~ Bila Anda sering atau bahkan secara seraturtidur terlalu banyak, delapan hingga sembilan jam semalam, anda harus mulai berhati-hati tentang kesehatan Anda.
Bisa jadi tidur yang melebihi batas waktu yang normal, merupakan gejala adanya yang tidak beres dengan kesehatan anda. Dan tahukah, tidur terlalu banyak atau berlebihan justru mengundang resiko penakit.
Masalah tidur yang tidak wajar dan depresi memang terlihat seperti dua hal yang berbeda, namun kedua bisa memiliki faktor pemicu dan gejala yang sama.
Bahkan, kedua kondisi ini mungkin bisa diatasi dengan strategi pengobatan yang sama.
Tidur terlalu banyak tanda depresi?
Gangguan tidur adalah salah satu tanda utama dari depresi. Saat mengalami depresi, Anda mungkin tidak bisa tidur, atau justru tidur terlalu banyak.
BACA JUGA: Kesehatanmu Saat Memasuki Usia di Atas 50 Tahun
Bagi orang yang mengalami tidur terlalu banyak atau kelebihan tidur atau istilahnya hipersomnia, ini sebenarnya merupakan gangguan medis.
Pada kebanyakan pasien depresi, kurang tidur atau insomnia adalah hal yang sangat umum. Begitu pula sebaliknya, penderita insomnia berisiko 10 kali lebih besar untuk terkena depresi dibanding mereka yang tidur dengan nyenyak.
Depresi membuat Anda merasa sedih, kehilangan harapan, tidak bernilai, dan tidak berdaya.
Tentu saja, semua orang bisa merasa sedih atau down dari waktu ke waktu. Tapi saat Anda merasa sedih untuk jangka waktu yang lama, dan perasaan tersebut menjadi intens, suasana hati yang depresi dan adanya gejala fisik yang tidak wajar, itu akan mencegah Anda menjalani hidup yang normal.
BACA JUGA: Hati-hati, Tidur Terlalu Banyak Asa Risikonya
Gejala depresi lainnya termasuk:
- merasa sangat sedih atau kosong
- merasas kehilangan harapan, tidak bernilai, atau bersalah
- merasa sangat lelah dan lamban, atau cemas dan lekas marah
- kehilangan kenikmatan dari banyak hal yang sebelumnya dirasa menyenangkan
- kurang berenergi
- sulit untuk berkonsentrasi, berpikir, atau membuat keputusan
- perubahan napsu makan yang bisa menyebabkan perubahan berat badan
- berkurangnya atau bertambahnya kebutuhan untuk tidur
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas selama lebih dari dua minggu, Anda sebaiknya menemui dokter untuk diagnosis yang tepat. ***