Bertani Cara Orang Kota¸ Lahan Sedikit Hasil Berlipat

Masbuhin, penggerak urban farming di Mataram, sistim hidroponik membutuhkan ‘lahan’ lebih sedikit, biaya murah, hasil berlipat. (Foto: Rr/Lombok Journal).

Pilihan terbaik bertani di perkotaan adalah menggunakan sistem hidroponik, memanfaatkan lahan terbatas tapi hasilnya berlipat

MATARAM.lombokjournal.com —

 

 

 

 

Green house pertanian hidroponik terletak tepat di depan kantor BPK di sekitar kawasan taman Udayana di Mataram, baru usai dibangun. Luasnya sekitar  2 are, dengan konstruksi 250 paralon bisa dibuat 10 ribu lubang tanam.

“Berarti disini bisa ditanami 10 ribu tanaman sayur-sayuran,” kata Masbuhin saat ditemui di lokasi green house pertanian hidroponik di Udayana, Selasa (13/6). Kalau ditanami cabe bisa menghasilkan 1,5 kg per tanaman.

Itu setara dengan lahan konvensional seluat satu hekto are, lahan ini pun hanya bisa ditanami 8900 tanaman sayuran sejenis cabe dengan hasil hanya 1 kg per tanaman.  Dalam soal waktu, sistim hidroponik waktunya bisa lebih pendek, perbandingannya kalau di tanah mencapai sekitar 3 bulan sedang di hidroponik kurang dari 2 bulan.

Memang menurut Masbuhin yang kini dikenal sebagai penggerak urban farming itu, sistim hidroponik membutuhkan ‘lahan’ lebih sedikit. Untuk ukuran lahan 2 x 4 bisa menanam 400  tanaman sayuran.

Dengan memanfaatkan lahan ukuran 2 x 4 bisa menanam 400 tanaman sayuran. Ini setara dengan memiliki sepetak sawa. Bandingkan, sepetak sawa ukuran 2 x 10 hanya bisa dimanfaatkan menanam 350 tanaman sayuran. Jadi dengan ukuran lahan 2 x 4 potensinya bisa seperti sepetak sawah.

Di green house hidroponik yang terletak di sekitar taman udayana, depan Kantor BPK, Masbuhin sedang melakukan percobaan bagaimana satu jenis pupuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi banyak jenis tanaman. Selamaini, satu jenis pupuk hanya untuk satu jenis tanaman pula.

Selain itu, ia juga mulai menanam sayur Basil, Slada Lolobonda, Lolorosa dan Asparagus. “sayur basil sedang dikejar permintaan dari hotel-hotel,” tuturnya.

Tentang Basil, Mansbuhi mengandaikan, seandainya di green house hidroponiknya yang terpasang 250 paralon yang bisa menghasilkan 40 kg sehari, itu masih jauh untuk memenuhi permintaan pasar. Bahkan seandainya di Mataram ada 10 green house hidroponik seukuran yang ada di Udayana itu, masih juga belum bisa mencukupi permintaan pasar.

“Jadi prospek mengembangkan pertanian sistim hidroponik masih terbuka besar,” tegas masbuhin.

Dikatakan, urban farming sistem hidroponik tidak mahal. Misalnya untuk green housenya hanya butuh listrik 85 wat untuk kebutuhan pompa air ukuran akuarium yang menjalankan sirkulasi air. Pupuk yang diberikan hanya kotoran ikan dan kompos cair.

Dalam sebulan ia sudah bisa memanen sayuran yang ditanamnya. Sistim bertanam di lahan konvensional membutuhkan waktu lebih lama.

Rr