Penembakan Texas: 19 Siswa dan Dua Guru Tewas

ilustrasi ~ Penembakan / IST

Remaja SMA dengan senjata otomatis menewaskan 19 siswa SD dan dua orang guru dalam penembakan di sebuah sekolah dasar di Texas selatan.

lombokjournal.com ~ Tersangka itu, Salvador Ramos berusia 18 tahun, memegang senapan semi-otomatis AR-15 dan magasin berkapasitas tinggi. Ia melepaskan tembakan beruntun ke Sekolah Dasar Robb – tempat sekolah  anak-anak berusia tujuh hingga 10 tahun – di kota Uvalde.

Salvador Ramos, pelaku penembakan
Salvador Ramos

Pejabat Patroli Perbatasan AS yang berada di dekatnya ketika penembakan dimulai, bergegas ke sekolah dan menembak dan membunuh pria bersenjata itu. 

Patroli Perbatasan adalah agen federal yang menjaga pelabuhan masuk AS. Uvalde, yang berjarak kurang dari 80 mil dari perbatasan dengan Meksiko, adalah markas bagi stasiun Patroli Perbatasan.

Akhirnya remaja itu dibunuh oleh penegak hukum. Namun dua agen perbatasan dilaporkan ditembak dalam baku tembak dengan remaja bersenjata itu. Seorang agen tertembak di kepala, kata para pejabat. Tapi keduanya sekarang dalam kondisi stabil di rumah sakit.

Salvador Ramos, 18, siswa SMA yang tinggal di komunitas berjarak 135 kilometer dari sekolah. Berusia 18 tahun, Ramos merupakan penduduk Uvalde, kota kecil berpopulasi 16 ribu jiwa di Texas selatan yang mayoritas warganya keturunan Latin

Ia dengan keji menewaskan sembilan belas anak kecil dan dua orang dewasa, dalam penembakan di sebuah sekolah dasar di Texas selatan itu.

Sebelum melakukan aksi kejinya itu, ia diduga menembak neneknya sebelum mengamuk, dengan senjata yang dibelinya secara ilegal. 

BACA JUGA: Perlu Tahu Flexing: Belajar dari Kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan

Menurut CBS News, penyerang mengenakan pelindung tubuh saat melakukan serangan. Seorang remaja berusia 18 tahun lainnya yang dicurigai menyerang sebuah toko kelontong di Buffalo, New York, pada 14 Mei, juga mengenakan pelindung tubuh dan membawa senapan semi-otomatis. 

Pelindung tubuh dan senapan semi-otomatis dijual secara komersial di AS.

Sekolah yang terjadi penembakan

Penembakan belasan anak-anak di sekolah dasar itu mengejutkan seluruh dunia

Presiden AS Joe Biden, dalam pidato dari Gedung Putih, tampak geram dan mengatakan “muak dan lelah” menanggapi penembakan massal. Ia pun menyerukan untuk melakukan kontrol senjata.

“Berapa banyak anak-anak kecil yang menyaksikan apa yang terjadi – melihat teman-teman mereka mati, seolah-olah mereka berada di medan perang, demi Tuhan,” katanya. “Mereka akan hidup dengan itu seumur hidup mereka.”

Dia memerintahkan agar bendera di Gedung Putih dan gedung federal AS lainnya dikibarkan setengah tiang untuk menghormati para korban di Uvalde.

Bertindak sendiri

Kepala Polisi Distrik Sekolah Independen Uvalde, Pete Arredondo mengatakan penembakan itu dimulai pada pukul 11:32 waktu setempat pada pada hari Selasa (23/05/22). 

Salvador Ramos dalam melakukan aksinya itu dipastikan bertindak sendiri, 

Gubernur Texas, Greg Abbott menuturkan, sebelum melakukan penembakan itu Salvador Ramos meninggalkan sebuah kendaraan sebelum memasuki sekolah untuk melepaskan tembakan yang mengerikan. 

Petugas polisi distrik sekolah Uvalde, Erick Estrada  yang bekerja di sekolah tersebut, melihat Ramos muncul dari kendaraan membawa senapan dan mengenakan pelindung tubuh. 

Namun petugas itu tidak dapat menghentikannya, kata Estrada. Dua petugas lagi dari Departemen Kepolisian Uvalde juga berusaha menghentikan Ramos tetapi tidak dapat melakukannya, dan meminta bantuan.

Guru tertembak

Beberapa anak yang meninggal telah diidentifikasi.

dua guru korban penembakan
Eva Mireles dan Imra Garcia

Anggota keluarga mengkonfirmasi kematian Xavier Lopez dan Amerie Jo Garza yang berusia 10 tahun, dalam pernyataan pada Selasa malam.

Angel Garza mengatakan di Facebook bahwa putrinya Amerie telah terbunuh.

“Cinta kecilku sekarang terbang tinggi dengan para bidadari di atas. Peluk keluargamu. Katakan pada mereka bahwa kamu mencintai mereka,” tulisnya di akun FB dengan nada sedih.

BACA JUGA: Progres MXGP Berjalan Baik, Pelaksanaan Sesuai Jadwal 

Dua orang dewasa yang meninggal adalah guru, yakni Irma Garcia dan Eva Mireles.

Nyonya Garcia adalah ibu dari empat anak dan telah menjadi guru selama 23 tahun. Situs web yang sama mengatakan, Mireles telah menjadi guru selama 17 tahun, memiliki seorang putri di perguruan tinggi dan suka berlari dan mendaki.

Rumah Sakit Memorial Uvalde memposting di Facebook sebelumnya bahwa 13 anak telah dibawa ke rumah sakit “melalui ambulans atau bus”.

Seorang wanita berusia 66 tahun dan seorang gadis berusia 10 tahun berada dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit di San Antonio, kata pejabat rumah sakit University Health.

Pengawas distrik sekolah Hal Harrell mengatakan tahun ajaran telah berakhir lebih awal setelah penembakan itu.

Keadaan darurat

Penembakan di sekolah bukan pertama kali terjadi, dan telah menjadi keadaan darurat yang berulang di AS.

Tercatat, tahun 2012 di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut, juga terjadi serangan brutal pada anak-anak. Dua puluh dari 26 korban berusia antara lima dan enam tahun.

Berbicara di lantai Senat AS di Washington DC pada hari Selasa, Senator Demokrat Connecticut Chris Murphy memohon rekan-rekannya untuk meloloskan undang-undang pengendalian senjata. 

“Ini hanya terjadi di negara ini. Di tempat lain, anak-anak kecil pergi ke sekolah berpikir bahwa mereka mungkin akan ditembak hari itu,” katanya.

Tapi tidak semua senator menyetujui undang-undang pengendalian senjata. 

Senator Texas Ted Cruz, seorang Republikan, menolak seruan untuk kontrol senjata. Dia mengatakan hal itu akan membatasi hak-hak “warga negara yang taat hukum”, Menurutnya, undang-undang semacam itu tidak mencegah kejahatan.

Tapi pada hari Senin, sebuah laporan FBI mengungkapkan, serangan brutal”penembak aktif” telah berlipat ganda sejak virus corona dimulai pada tahun 2020. ***