Pembangunan Perpipaan Air Bersih Sekeper Usulan Pemda KLU

Masyarakat menghentikan buruh yang bekerja untuk Proyek Perpipaan Air Bersih Sekeper; PDAM Lombok Utara yang mengusulkan proyek itu seharusnya mensosialisasikan ke masyarakat

MATARAM – lombokjournal.com

Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB menegaskan, soal pembangunan perpipaan air bersih yang mengambil sumber dari sungai Sekeper hanya memfasilitasi usulan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (Pemkab KLU).  “Kalau ada masyarakat protes silahkan bersurat, supaya kami koordinasikan dengan bupati dan PDAM,” kata Uzaimi, PPK Penyediaan Air Baku (PAB) I Lombok, pada Lombok Journal, Rabu (11/5) di kantornya.

Hal itu diungkapkan Uzaimi menanggapi protes masyarakat petani di Kecamatan Kayangan. Seperti diberitakan sebelumnya, hari Minggu (8/5) lalu, puluhan petani dari Kecamatan Kayangan mendatangi lokasi proyek di Senjajak dan memaksa buruh proyek menghentikan pekerjaannya (baca: Petani di Kayangan Menghentikan Pekerjaan Perpipaan Air Bersih Lokok Lempanas, Lombok Utara)

UZAEMI, PPK Penyediaan Air Bersih (PAB) I Lombok; BWS hanya memfasilitasi
UZAEMI, PPK Penyediaan Air Bersih (PAB) I Lombok; BWS hanya memfasilitasi

Meski demikian ditegaskan Uzaimi, bahwa protes itu hanya kekhawatiran masyarakat. Secara tehnis, pihak BWS sudah melakukan survey sumber air sungai dari Sekeper itu sejak tahun 2013. Waktu itu pihak PDAM tahun 2013 (saat masih Bupati Johan Samsu) mengajukan proposal perpipaan untuk kebutuhan air baku Tanjung dan tiga gili. “Nantinya pendistribusian air itu ditangani PDAM Lombok Utara,” katanya.

Dikatakannya, sebenarnya dengan adanya proyek perpipaan itu tak mengganggu kebutuhan air untuk pengairan persawahan melalui dam Santong. Secara tehnis, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan air baku Tanjung dan tiga gili hanya 100 liter per detik.

Sedang perhitungan untuk kebutuhan sawah pertanian, membutuhkan 1,7 liter per detik untuk mengairi per ha.  Sedang untuk memenuhi kebutuhan air minum lebih sedikit, tiap seribu orang membutuhkan 1 liter per detik.  Jadi kebutuhan untuk air irigasi tinggal dikalikan berapa ha persawahan di Kecamatan Kayangan.

“Sebenarnya kebutuhannya tidak banyak. Hanya masyarakat khawatir kekurangan air.  Dan sayangnya, PDAM tidak mensosialisasikan untuk masyarakat,” kata Uzaimi sambil menambahkan, daerah irigasi Santong juga dikelola BWS.

PLTMH Santong

Soal sumber air yang dibutuhkan PLTHM Santong, menurut Uzaimi, tidak mempengaruhi volume air untuk irigasi. “PLTHM kan tidak mengurangi air. Setelah air memutar turbin, air tetap mengalir ke dam irigasi,” katanya.

Menurut perhitungan tehnis BWS, untuk kebutuhan PLTMH maupun irigasi dibutuhkan sekitar 1200 liter per detik. Dan itu masih bisa dipenuhi, sebab pada musim penghujan banyak air yang terbuang percuma ke laut.

Pada musim kemarau, sekitar bulan Juli hingga Nopember,  memang debit air menurun dan merupakan saat kritis. Soal itu, bisa diatasi dengan membuka pintu air yang sehingga untuk sementara kebutuhan air baku Tanjung dan tiga gili dikurangi, dan air diarahkan ke irigasi Santong.

“Soal air itu, kita sebenarnya secara tehnis sudah memperhitungkan hari ini, hingga cadangan untuk kebutuhan 5 tahun ke depan,” kata Uzaimi. Terkait sosialisasi, pihak BWS siap kapan pun dibutuhkan untuk memberi penjelasan pada petani. tergantung kapan PDAM siap.

Di tempat terpisah, terkait debit air juru pengairan di Santong menjelaskan, pihak BWS sebenarnya kurang tahu banyak kondisi di lapangan. Memang pada musim penghujan, air melimpah dan banyak yang terbuang.

Namun itu tidak berlangsung lama. Rata-rata air yang masuk ke dam Santong hanya sekitar 400 liter per detik.  Jadi untuk kebutuhan PLTMH dan irigasi persawahan lebih banyak tidak mencukupi, apalagi memasuki bulan kering antara bulan Juli hingga Januari.

“Saya punya datanya,” kata warga Santong, Satriadi, mantan juru pengairan dan pensiunan PU Irigasi yang mengelola Dam Santong lebih dari 20 tahun.

Ka-eS