Umum  

Husain Minta Maaf, Tapi Tetap Mengkritik Penyelenggaraan FPT

husain1
Husain Laodet

Husain Laodet, Ketua Dewan Kesenian Bima, yang bersikap kritis pada penyelenggaraan Festival Pesona Tambora (FPT) 2016, menarik kata “bajingan” dalam status di akun facebooknya. “Setelah bicara saling memberikan masukan dengan Pak Junaidin (Staf Disbudpar NTB, red), saya mengaku waktu itu tak bisa menahan diri,” kata Husain Laodet dalam pernyataan yang dikirim ke Lombok Journal, Minggu (17/4) petang.

Pihak Disbudpar NTB tidak terima dan menganggap tidak etis kata “bajingan” dalam status facebook Husain yang diposting tanggal 15 April pagi, yang kemudian dikutip Lombok Journal (baca:  Ketidakbecusan Disbudpar NTB Dikecam Seniman Bima).

“Saya Husain Laodet meminta maaf secara terbuka kepada publik NTB, terhadap institusi Disbudpar NTB, terkait penggunaan kata “bajingan” dalam status facebook saya,” tulis Husain dalam pernyataannya.

Dikatakannya, permintaan maaf itu atas kesadaraannya sendiri, untuk tetap menjaga etika dan sikap santun serta nilai-nilai budaya timur dalam menyampaikan kritik.

Mengkritik Materi dan Transparansi Anggaran

Menurutnya, permintaan maaf itu tak menghentikan kritiknya atas penyelenggaraan FPT oleh Disbudpar NTB yang mengabaikan perasaan masyarakat lokal. Termasuk pentas dangdut yang diadakan di lokasi terkuburnya korban letusan Tambora, dan seremoni pembukaan FPT yang berlangsung di Mataram yang tidak melibatkan kreasi seni masyarakat lokal kawasan Tambora.

“Kami akan tetap mengusut terkait materi acara dan tidak transparannya penggunaan anggarannya,” kata Husain yang rencananya akan beraudensi dengan Pemkab Bima,hari Senin (18/4)..

“Soal pelecehan budaya dan konsep kegiatan Disbudpar NTB yang mengabaikan budaya masyarakat suku mBojo tetap kami pertanyakan,” katanya.

Husain juga menyampaikan, melengkapi acara FPT berlangsung seminar budaya di salah satu  hotel di Bima, hari Minggu (17/4). Seminar itu juga tidak melibatkan budayawan dan seniman lokal atau masyarakat kawasan Tambora. Seminar itu hanya diikuti tamu rombongan yang berjumlah 30 orang, ditambah beberapa orang pegawai Dibudpar Kabupaten Bima.

“Itu dilaporkan kawan-kawan yang memantau penyelenggaraan seminar itu,” ujar Husain.

Suk