Umum  

Gus Dur, Tahun Baru dan Islam yang Rahmatan lil ‘alamin

HAUL Ke 7 GUS DUR DAN PERAYAAN TAHUN BARU; meneruskan nilai-nilai pemikiran Gus Dur (foto: lombokjournal)

MATARAM – lombokjournal.com

Gus Dur  (seperti) hidup lagi.  Dalam acara haul ke 7 Gus Dur, sekaligus menyemarakkan Tahun Baru 2017, “Gus Durian Lombok” memperingatinya dengan jargon “I Love You Full, Gus Dur”.  Nilai-nilai pemikiran Gus Dur relevan menjawab tantangan Indonesia saat ini. 

abu-macel1

“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur tentang demokrasi, keberagaman dan tentang Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, perlu diperjuangkan  generasi muda,” kata Fairuz Zabadi, Kordinator Gus Durian Lombok,  di tengah  acara tahun baruan di tempat parkir Taman Budaya NTB, Sabtu (31/12) malam.

Fairus Zabadi yang akrab disapa Abu Macel, yang juga Ketua PC NU Kota Mataram menjelaskan, pihaknya  sudah memperingati Haul  Gus Dur ke tiga kalinya. Di hampir provinsi seluruh Indonesia, haul serupa sudah berlangsung ke tujuh kalinya.

Tidak seperti  peringatan Haul ulama besar umumnya, dalam haul yang diselenggarakan komunitas jaringan Gus Durian itu, berangsung santai dan bebas meski tetap kusyu’.  Seniman musik, sastrawan dan aktor teater bebas mengekspresikan karya seninya. Mahasiswa Universitas NU (UNU) juga semat menggelar karya-karyanya.

Salah satu yang ikut meramaikan adalah seniman musik, Wing Sentot Irawan.  Wing Sentot yang juga dikenal sebagai pernah bersepeda mengelilingi beberapa Negara Asia Tenggara itu, menyanyikan karya-karya musik dengan lirik yang sufistik.

“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur yang diuraikan tokoh-tokoh yang bicara malam ini, seolah-olah menghidupkan lagi sosos Gus Dur,” kata Sentot mengomentari testimoni yang disampaikan Ketua KNPI NTB, Ketua ANSOR NTB, termasuk tokoh muda yang sempat dekat dengan Gus Dur, Ahmad SH alias Memet.

Tentu saja, penampilan Fairuz Zabadi alias Abu Macel malam itu sangat menarik. Seperti biasanya, Abu Macel tampil kocak dan menghibur.  Tapi saat membaca puisi ‘Laba Untuk Rakyat’,  yang membawa pesan religius sekaligus keberpihakan pada rakyat, memukau penonton yang memadati halaman parkir Taman Budaya dan jalan Majapahit malam itu.

“Para investor boleh menanamkan modalnya di Indonesia, tapi harus mengutamakan Laba Untuk rakyat,” seperti itu kata Fairuz. Saat mengucapkan ‘laba untuk rakyat’ itu, penonton serempak mengucapkan yang sama dengan teriakan bersemangat. Perayaan pergantian tahun menuju 2017 itu ditutup dengan pembacaan shalawat yang melibatkan seluruh  yang hadir, tepat pada pukul  00.00 wita.

Perayaan tahun baru itu merupakan puncak Kemeriahaan haul Gus Dur ke tujuh yang diisi dengan berbagai kegatan.  Selain sholat Subuh bersama, workshop digita yang berlangsung pagi hingga siang hari, yang melibatkan perwakilan santri seluruh Lombok.

Sore harinya di Taman Budaya juga berlangsung acara “Memoriam Gus Dur” yang dihadiri perwakilan lintas agama, salah satunya Pendeta Hasan (Kristen), Romo Meta (Budha), Ketua Matakin NTB, DR Abdun Nasir, tokoh Ahmadiyah, serta  juga menghadirkan perewakilan Korem 162 Wirabhakti.

Di tempat terpisah, Ketua  Lapesdam Mataram, Jayadi, mengatakan bahwa perayaan haul yang dirangkaikan dengan perayaan Tahun Baru itu juga tak tertutup kemungkinan mengundang kritik. “Tak ada yang salah, atau ada yang perlu disesalkan. Penyelenggaraan acara untuk menguatkan keberagaman,” katanya.

ks