Tokoh  

Generasi Islam Punya Tanggungjawab Paling Besar Membangun Indonesia

Gubernur TGH M Zainul Majdi saat Wisuda Sarjana Angkatan II dan Pengukuhan Mahasiswa Baru STKQ, di Kampus STKQ AL-Hikam, Depok, Sabtu (7/10) pagi. (Foto: Dok Humas NTB)

Memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat

lombokjournal.com  —

Umat islam yang jumlahnya 85 persen dari penduduk Indonesia memiliki tanggung jawab terbesar mengisi kemerdekaan.

“Generasi muda Islam, terlebih mahasiswa Islam sebagai ummat yag memahami Al-Qur’an, memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar dari ummat yang lainnya,” kata Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.

Orasi itu berlangsung saat Wisuda Sarjana Angkatan II dan Pengukuhan Mahasiswa Baru STKQ, di Kampus STKQ AL-Hikam, Depok, Sabtu ( 7/10) pagi.

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menngatakan itu  dalam orasi ilmiah “Pengamalan Nilai Nilai Al Qur’an Dalam Membangun Negeri’, di hadapan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam (STKQ AL-Hikam) Depok Jawa Barat.

Meski semua umat di Nusantara ini kokoh untuk membangun bangsa, tapi TGB mengingatkan, mahasiswa islamlah yang paling besar tanggung jawabnya.

“Memahami Alquran bermakna bukan hanya berarti tahu, hafal dan mengerti saja, tetapi  memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat di negeri ini,” papar TGB.

Menerapkan nilai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, kemanfaatannya harus dirasakan sebanyak banyaknya orang. Maka membangun negeri adalah kewajiban agama. Apalagi yang berinteraksi dengan Al Qur’an.

“Mengembangkan dan membangun Indonesia adalah bentuk tanggungjawab kepada Al-Quran,” tegas TGB. Mahasiswa diharapkan menempatkan diri mampu menjalankan amanah dan tanggung jawab dalam Al-Qur’an.

Dipaparkan, ada  tiga ciri peradaban Islam yang utama, yang harus diwujudkan. Pertama, Ubudiyah yakni menyangkut  ilahiah atau penghambaan kepada Allah SWT. Kemudian, insaniah adalah nilai kemanusiaan, dan akhlakiah yakni nilai-nilai moralitas.

Ciri kedua, Hubbul Ilmi. Ketika anda ingin berjuang, harus membuka cakrawala keilmuan. Tanpa ilmu jadi sebab tersebarnya segala macam kerusakan.

“Dalam konteks negara, banyak yang aneh. Bahkan Imam Al-Gazali pernah menyampaikan bahwa setengah dosa dari segala macam kerusakan dari perilaku kita akan ditanggung oleh orang orang yang beragama,” urainya.

Yang ketiga, nilai Al wasatiyah, yaitu orang- atau bangsa maupun umat yang melekat padanya kebagaikan dan keadilan. Ini adalah nilai AlQuran. Al-Qur’an bukan sesuatu yang statis. Tetapi merupakan upaya nyata dan aktif dalam masyarakat.

“Ukuran anda adalah pada pengkhidmatan. Amar Makruf nahi mungkar,” tegasnya.

Sembari mengingatkan, semua wujud pengabdian adalah baik. “Mau mengabdi di TPQ, di majelis taklim sampai di tengah ibu kota negara sekalipun di pusat republik,  semuanya baik,” imbuhnya.

Kata TGB, yang terpenting  adalah Assyahadah.  Secara sederhana, menjadi referensi bagi umat Islam atau umat-umat lain.

“Kalau ingin menjadi refernsi bagi umat lain, maka berkontribusilah lebih banyak dan lebih besar dari umat lain,” katanya.

AYA/Hms

BACA JUGA: TGB Orasi Nilai A Qur’an Untuk Membangun Negeri di Depok