Fenomena “Gunung Es” Penderita Kanker Serviks

Ibu-ibu antusias mendaftar diri dalam pemeriksaan IVA/Pap Smear di Puskesmas Gunungsari, Jum'at (21/4) (foto: Rr/Lombok Journal)

Angka penderita kanker Serviks di Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk masih rendah. Tapi BPJS Kesehatan mengantisipasi, jangan-jangan rendahnya penderita kanker leher rahim di NTB itu merupakan “fenomena gunung es.”

dr Muhammad Ali, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Mataram (foto: Rr)

LOMBOK BARAT.lombokjournal.com —  Dalam percakapan dengan Kepala BPJS Kesehatan Cabang Mataram, dr Muhammad Ali, wanita terjangkit kanker Serviks di NTB bisa dikatakan belum tinggi. Tapi masih perlu ditelaah, apakah para wanita NTB memang sehat. Atau bisa jadi ada kemungkinan lain.

Pihak BPJS Kesehatan Mataram perlu mengantisipasi, apakah angka penderita kanker itu rendah, atau sebab lain misalnya mereka malas memeriksa di puskesmas atau klinik.

“Jangan-jangan seperti fenomena gunung es, jumlah yang sedikit itu merupakan indikasi banyaknya penderita yang belum kita ketahui,” jelas Muhammad Ali kepada Lombok Journal, menjelang pencanangan pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks (leher rahim) di Puskesmas Gunung Sari  melalui IVA/Pap Smear, hari Jum’at (21/4).

Kekhawatiran itu beralasan, karena tak bisa menganggap sepele kanker leher rahim, kanker yang tumbuh dan berkembang di leher rahim wanita. Leher rahim atau serviks adalah bagian dari saluran reproduksi wanita yang menghubungkan vagina dengan rahim atau uter

Kematian akibat kanker Serviks ini menempati posisi ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal. Persentase kasusnya 14 persen dan persentase kematian 6,8 persen menunjukkan, jenis kanker ini sangat menakutkan, khususnya bagi wanita.

Di Indonesia, setidaknya muncul 40-45 kasus baru dan 20-25 di antaranya meninggal dunia tiap harinya. Angka kematian yang tinggi karena terlambatnya penanganan. Kanker serviks tidak dapat dikenali, dan tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.

Dikatakan Ali, berdasarkan Data WHO (World Health Organization) tahun 2014, dari 92 ribu kasus kematian kanker pada wanita Indonesia, sebanyak 10 persen akibat kanker Serviks. “Dari data Yayasan Kanker Indonesia, dari 40 kasus yang terdiagnosa Serviks, sebanyak 20 kasus meninggal dunia,” ungkapnya.

Karena itu, menurutnya, penting melakukan pemeriksaan untuk melakukan deteksi dini. Mestinya tak ada alasan bagi wanita untuk tidak segera memeriksa diri. Sebab era JKN, pemeriksaan gratis peserta JKN melalui program pemeriksaan IVA/Pap Smear.

“Pemeriksaan IVA untuk mendeteksi awal, gejalanya normal atau tidak. Kalau ada gejala tidak normal bisa dirujuk. Pap Smear sebagai pemeriksaan mikrokospik merupakan tindak lanjut,” terang Ali.

Pencanangan yang berlangsung di Puskesmas Gunungsari hanya mengingatkan, tentang perlunya pemeriksaan untuk mendeteksi dini. Tapi pemeriksaan bisa dilakukan sepanjang tahun.

Resiko Daerah Wisata

Drs. Rochman Sahnan Putra, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat (foto: Rr)

Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Drs H Rohman Sahnan Putra membenarkan ‘fenomena gunung es’ penderita kanker Serviks.  Tahun 2016, di Lombok Barat dilakukan pemeriksaan terhadap 584 wanita, ternyata yang terdiagnosa positif sebanyak 7 orang.

Sampai bulan April tahun 2017, dari 17 puskesmas di Lombok Barat yang melakukan pemeriksaan IVA, ternyata hanya ditemukan 2 orang yang positif Serviks.

“Bisa jadi yang disebut fenomena gunung es itu benar, yang ditemukan tu sedikit tapi yang belum sempat ditemukan jangan-jangan memang banyak. Kalau ditemukan 5 orang terdiagnosa HIV, berarti kenyataan sebenarnya bisa lebih banyak,” kata Rochman.

Karena itu upaya melakukan pemeriksaan rutin penting dilakukan. Termasuk melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah, melalui pendidikan reproduksi.

“Sebab kelompok pasangan usia subur termasuk rentan,” jelas Rochman.

Menurutnya, di wilayah-wilayah yang mengembangkan pariwisata, seperti Batulayar dan Gunungsari termasuk rentan Serviks. Tahun 2016, dari 584 wanita yang diperiksa, ternyata bukan hanya terdiagnosa Serviks namun juga ditemukan HIV.

“Dalam pemeriksaan IVA terdiagnosa Infeksi mernular Seksual (IMS),” ungkapnya.

Rr