Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menduduki rangking pertama penyakit terbanyak di NTB.
MATARAM.lombokjournal.com — Peyebab tingginya penyakit saluran pernafasan itu karena kondisi cuaca yang masih berubah-ubah. Terutama bagi anak-anak, ISPA terbilang mengkhawatirkan karena bisa jadi penyebab kematian.
“Perubahan cuaca sangat berpengaruh,” ujar Kepala Dinas Kesehatan NTB, Dr Nurhandini Eka Dewi.
Menurut Nurhandini, penyakit ini cenderung naik ketika terjadi perubahan cuaca. Namun hingga saat ini kenaikannya masih dalam batas satu persen, dan belum menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Karenanya belum dinyatakan darurat ISPA tersebut, belum sampai menjadi ISPA berat atau pneumonia.
“Ini (penyakit ISPA,red) banyak menyebabkan kematian, terutama pada anka-anak,” Katanya.
ISPA bisa menimpa siapa saja. Namun penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. khususnya balita yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Meski demikia, menurut Nurhandiri, perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat. Khususnya pada kedua orang tua. Mereka harus berhati-hati ketika anak menderita batuk pilek. Orang tua harus memperhatikan laju nafas anak.
“Jika nafasnya cepat harus segera diperiksa ke rumah sakit,” kata Eka.
Ketika nafas anak menjadi cepat merupakan tanda menuju ISPA Pneumonia. Ini merupakan jenis ISPA berat yang bisa menimbulkan kematian. Sebab itu sangat perlu memantau kondisi anak ketika terserang flu untuk menghindarkan menjadi ISPA berat ini.
ISPA menular melalui udara. Sebab itu sangat dianjurkan untuk menghindarinya dengan menggunakan masker. Terutama saat berada didekat orang yang menderita flu.
Sementara pada anak, ia menyarankan menjauhkan anak dari orang tersebut. ISPA ringan pada anak sangat cepat berubah menjadi ISPA Pneumonia.
“Segera konsultasikan sebelum menjadi pneumonia,” ucapnya
ISPA perlahan mulai cenderung turun, dikeranakan mulai dikejar penyakit lainnya seperti Diabetes, sakit jantung, hypertensi, dan lainnya. Diakuinya kesadaran masyarakat untuk berobat cepat mulai meningkat.
Meski sebagai rangking tertinggi, namun ISPA di NTB dalam kategori ISPA ringan. Namun ada beberapa kasus yang ditemukan di rumah sakit terinndikasi pneumonia. Hal tersebut terjadi karena keterlambatan orang tua memeriksa kondisi anak.
“Hingga sekarang masih rangking pertama, namun belum menjadi KLB. Bukan hanya di NTB saja tapi juga di Indonesia,” pungkasnya.
AYA