Umum  

Cerita Muslim di Tiongkok (1)

Siswa Muslim Hui sebelum shalat malam di Pondok Pesantren di Banqiao, sebuah Sekolah Islam di Wuzhong, Cina. (Foto : Adam Dean untuk The New York Times)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

MUSLIM ETNIS HUI DI NINGXIA HIDUP SEJAHTERA

lombokjournal.com

Okky Asokawati, dulu dikenal peragawati senior papan atas, sekarang tak bicara kagi soal fashion. Memasuki awal bulan Ramadhan, beberapa waktu lalu, Okky malah kesal pada Pemerintah Tiongkok.  Pemerintah Provinsi Xinjiang atau otoritas Xinjiang  menghalang-halangi muslim Uighur menjalani ibadah puasa.

muslimcinaHUI14Juni4

Bukan hanya kesal. Tapi Okky, yang sekarang jadi Sekretaris Dewan Pakar DPP PPP,  “…mengutuk keras tindakan pemerintah Distrik atau Provinsi  Xinjiang China yang melarang muslim Uighur menjalankan ibadah puasa.”

Ada apa dengan muslim di Tiongkok?  Bagaimana keadaan sebenarnya kehidupan muslim di Negeri Tirai Bambu itu?

Padahal sebelumnya, berita memasuki Ramadhan tahun ini, muslim di Tiongkok cukup menggembirakan. Di Beijing terlihat umat muslim sedang tarawih pertama di masjid Niujih, masjid terbesar dan tertua di Beijing dipenuhi kaum muslimin.

Ingatan  tiba-tiba melayang tentang laporan perjalanan di LombokJournal.com,  waktu Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi yang biasa dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB), melakukan kunjungan kerja di Provinsi Henan dan Provinsi Ningxia, Tiongkok, 15-18 Mei 2016 lalu.  Tidak terdengar kabar tekanan bagi muslim di Tiongkok.

Malah TGB sempat bertemu Wakil Gubernur Provinsi Ningxia, Wang He Shan.  Mestinya TGB bisa bertemu dengan Gubernur Ningxia, seorang perempuan muslim. yang menjadi gubernur pertama di Tiongkok itu sedang di Beijing.

Provinsi Ningxia yang juga sering disebut Provinsi Ningxia Hui, merupakan daerah otonomi yang penduduknya mayoritas muslim.  Di provinsi ini kabarnya berdiri sekitar 3700 mesjid.  Sebagian dana pembangunan mesjid itu berasal dari bantuan Pemerintah Tiongkok yang komunis.  Muslim di Ningxia sudah sejak lama punya hubungan emosional dengan muslim di Indonesia.

Seorang pimpinan Pomdok Pesantren di Banqiao Daotang, Liu Jun, 37, ketika ditanya tentang sikap dan perlakuan pemerintah China di daerahnya, tersenyum penuh arti.  Kemudian pimpinan Ponpes itu menjawab dengan tersenyum;

“Muslim dari daerah lain di  Cina yang datang ke sini, terutama dari Xinjiang, tidak bisa percaya bagaimana kami demikian bebas, dan mereka tidak ingin meninggalkan daerah ini,” katanya, mengambarkan kesan dati etnis minoritas Uighur. “Hidup untuk Hui sangat baik.”

Di daerah Otonomi Ningxia Hui, wilayah bermukimnya masyarakat Muslim Hui Muslim, memang tidak ada konflik berkaitan dalam praktik beribadah, seperti pembatasan dan kontrol pelaksanaan ibadah. Di Linxia, sebuah kota di Gansu yang dikenal sebagai “Mekkah Kecil” di China, ada masjid di setiap blok,  dan wanitanya terdilihat berkerudung.

musimchina10

Asal tahu, memilih busana berkerudung itu bisa menyebabkan penahanan di Xinjiang, basis muslim etnis Uighur. Di bagian selanjutnya nanti akan dipaparkan tentang tekanan pemerintah Cina terjhadap kegiatan beribadah, termasuk berpuasa bulan Ramadhan, masyarakat etnis Uighur di wilayah Xinjiang

Di bawah kepemimpinan muslim dari etnis Hui, masyarakat Ningxia selain menikmati kehidupan ekonomi yang terus membaik, masyarakatnya juga mengembangkan toleransi beragama.  Tidak tampak perbedaan mencolok, antara kesejahteraan di kota dan di desa.

“Bahkan di tahun terakhir,  pertumbuhan ekonomi di desa lebih tinggi dari kota,” kata TGB.

Di Ningxia, perbedaan etnis atau suku dan agama sangat dihargai.  Pemerintah Tiongkok yang komunis memberi kebebasan bagi muslim untuk menjalankan ibadah menurut syariah Islam.

Dari perjalanan Gubernur NTB itu terkesan  bahwa kehidupan muslim di Tiongkok baik-baik saja, selain mendapat kebebasan beribadah juga sejahtera kehidupan ekonominya.  TGB bahkan sempat bertemu pimpinan perusahaan makanan halal, malah berminat menanamkan investasi di NTB.

Agama Islam mempunyai riwayat panjang di wilayah Ningxia.  Di wilayah ini berdiri masjid Najiehu yang dibangun sejak Dinasti Ming tahun 1524. Tentu keberadaan masjid ini ada hubungannya dengan riwayat seorang kasim muslim yang menjadi kepercayaan kaisar ketiga Dinasti Ming, siapa lagi kalau bukan Laksamana Cheng Ho.

Jadi yang dimaksud mantan peragawati papan atas, Okky Asokawati, memang bukan untuk semua muslim di Tiongkok.  Sebab muslim keturunan etnis Hui, yang generasi sekarang merupakan hasil kawin campur dengan Cina Han, benar-benar punya adat istiadat umumya Cina daratan. Mesjidnya pun bergaya arsitektur Cina.

Dan bagi Pemerintah Republik Rakyat China, muslim etnis  Hui merupakan masyarakat muslim yang paling bisa diajak bekerjasama dengan pemerintrah yang berideologi komunis.  – bersambung

Roman Emsyair

(dari berbagai sumber)