Menyelamatkan Ekosistem, Dimulai Pilah Sampah dari Rumah

Wagub NTB: Pilah sampah dari rumah faktor penting mengelola sampah

Wagub NTB menjadi keynote speaker webinar series TP.PKK Provinsi NTB “Kesiapsiagaan Bencana Musim Penghujan Dari Rumah", Kamis )05/01/23) / Foto: her
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Untuk menyelamatkan lingkungan, menurut Wagub NTB membutuhkan perhatian khusus dan serius untuk hindari bencana alam

MATARAM.lombokjournal.com ~ Memilah sampah dari rumah merupakan langkah awal untuk turut menyelamatkan ekosistem. 

Penegasan Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalillah itu disampaikan saat menjadi keynote speaker webinar series TP.PKK Provinsi NTB “Kesiapsiagaan Bencana Musim Penghujan Dari Rumah”.

Webinar bertema “Kebijakan Zero Waste Dalam Mewujudkan NTB Gemilang” melalui zoom meeting, hari kamis (05/01/22).

BACA JUGA: Ekspo Produk UKM-IKM Dihadiri Mahasiswa Singapura

Menyelamatkan ekosistem bisa dimulai pilah sampah dari rumah

“Pilah sampah dari rumah adalah faktor terpenting dan terbesar dalam kita mengelola sampah, bagaimana bank sampah terkelola dengan baik, semua adalah cara agar ekosistem kita tidak terancam,” ungkap Wagub NTB.

Ketidaksadaran memikirkan kondisi alam dalam memenuhi kebutuhan, mengakibatkan kondisi lingkungan terancam.

Ini membutuhkan perhatian khusus dan serius. Mengabaikan kondisi alam, mengakibatkan sering terjadinya bencana alam, longsor, perubahan iklim dan lain sebagainya.

Dikatakan, perubahan iklim dari musim hujan dan kemarau yang tidak menentu, menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu, dan itu semua karena ekosistem telah terganggu oleh ulah manusia sendiri.

Emisi gas kaca, pemanasan global sudah menjadi hal yang sangat emergency untuk ditangani bersama. Tentu ini menyebabkan ekosistem dan keseimbangan di bumi terganggu.

NTB Bersih atau Zero Waste

Dalam mengatasi itu, di NTB memiliki beberapa program yang salah satunya yaitu NTB Bersih atau Zero Waste. Tentang bagaimana mengelola sampah, agar sampah tidak jadi musibah, dan bagaimana sampah dipilah agar menjadi sesuatu yang bermanfaat.

“Sumber dari banyak permasalahan sampah adalah sampah organik yang di hasilkan seperti dari bekas makanan dan lain sebagainya. Sampah organik ini kalau tidak di pilah bisa menyebabkan bau, penyakit. Itulah mengapa pentingnya pilah sampah dari rumah. Sehingga PKK, Dharma Wanita, BKOW dan organisasi lainnya sangat besar perannya agar bagaimana di NTB ini bisa memilah sampah dari rumah,” papar Ummi Rohmi sapaan wagub..

Harapannya, memilah sampah dari rumah harus dikampanyekan secara masif dan bersungguh-sungguh bersinergi, maka impact nya luar biasa bagi NTB. Sehingga resiko sampah menjadi penyakit hilang.

Ummi Rohmi juga menyampaikan bagaimana agar desa tangguh bencana,  masyarakatnya paham dengan potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal, bisa terproteksi agar semua bisa tanggap bencana.

“Semangat semua, sehat, terus berkolaborasi, mulai dari rumah, mari kita pilah sampah dari rumah, pilah antara sampah organik dan anorganik, karena dengan memilah sampah lah kita bisa memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan di NTB ini,” katanya.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Nusa Tenggara Barat (NTB), Hj. Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah ikut menjelaskan, perubahan iklim dan efeknya tanpa disadari merupakan dampak dari pola hidup yang kurang positif.

Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan pertambahan jumlah sampah, di sisi lain pengelolaan sampah belum baik. Ditambah dengan pola hidup konsumsif saat ini. Padahal total keseluruhan sampah yang ada sekitar 62 persen dari sampah rumahtangga.

BACA JUGA: NTB Sebagai “Land of Infinitive Experiences”

“Semua akan bermuara kepada kita sendiri, misalnya kita meninggalkan sampah di plastik sembarangan, kemudian hilang. Sampah dibawa ke sungai kemudian laut, sampah di laut dengan efek pemanasan global plastiknya akan mencair, kita kira hilang ternyata tidak, plastik berubah menjadi mikroplastik, dimakan oleh ikan, ikan ditangkap kemudian kita makan. Akhirnya kita sedang meracuni diri kita sendiri karena didalam ikan itu banyak penyakitnya”, jelas Bunda Niken. 

Diharapkan, semua memiliki paradigma sama, mengubah pola pikir, memberikan pendidikan sejak dini kepada anak-anak untuk membuang sampah pada tempatnya. 

Dan memilah sampah, memperhatikan lingkungan, bersikap aktif dalam menyelamatkan bumi makan akan memberikan dampak yang signifikan. ***