TOLAK BALA, Ritual Lima Tahunan di San Baro

RITUAL TOLAK BALA; untuk pemulihan lingkungan alam dan lingkungan sosial yang mengancam manusia, harus dilakukan ritual tolak bala

LOMBOK UTARA – lombokjurnal.com

Ritual religi yang unik dan punya  makna mendalam bagi masyarakat warga Dusun San Baro, Bentek, Lombok Utara atau kabupaten yang kerap disebut ‘dayan gunung’, yakni ritual Tolak Bala (baca: cegah musibah). Ritual Tolak Bala dilakukan untuk memulihkan keadaan alam dan lingkungan sosial yang dirasakan tidak nyaman atau mencekam, agar kembali aman, tenang dan nyaman.

Warga dusun setempat biasanya menggelar kegiatan tolak bala tiap lima tahun sekali. Khususnya saat lingkungan alam dan sosial dianggap ‘kurang bersahabat’, mungkin karena sebab-sebab tertentu. Ritual Tolak bala diharapkan kembali menormalkan keadaan.

Selain memiliki nilai religi, ritual ini memiliki dimensi sejarah yang berkelindan sepanjang dinamika kehidupan masyarakat.  Salah seorang Tokoh Adat di San Baro, Kabul, ditemui saat berlangsung tolak bala di San Baro beberapa waktu lalu mengungkapkan, tolak bala merupakan ritus warga setempat yang sudah berlangsung lama.

Masyarakat meyakini, untuk pemulihan lingkungan alam dan lingkungan sosial yang yang mengancam manusia, harus dilakukan ritual tolak bala. “Orang tua kita dulu sangat yakin, tolak bala menjadi sarana memulihkan situasi yang mengancam. Kami hanya mewarisi, berkewajiban menjaga dan mempertahankan turun temurun,” ungkapnya pada lombokjurnal saat pelaksanaan tolak bala di kampung setempat, pekan lalu.

Abu Mustafa, salah seoarng tokoh agama masyarakat setempat mengatakan, ritual  tolak bala punya sejarah panjang setelah datangnya Islam. Tolak bala, selaras dengan ajaran Islam, saat ritual berlangsung dibacakan sholawat-sholawat badriah (selakaran, Sasak –red).

Ajaran Islam yang disyi’arkan para mubaligh menjadi penuntun kehidupan umat muslim masa lampau, salah satunya adalah tradisi selakaran. Tradisi ini penting dilanjutkan dan dipelihara untuk menciptakan keadaan alam menjadi aman dan damai.

Bacaan lain yang menyertai shalawatan (berzanji) yakni dzikir, yasinan, hidziban, dan doa-doa lainnya. “Ke depan ritus ini harus kita pelihara dengan baik,” harapnya.

djn