Rekonstruksi Bibir dan Celah Langit Mulut 

Secara genetik celah langit mulut menyerang lebih banyak laki-laki   

ilustrasi ~ Tindakan Rekonstruksi Celah langit mulut / Foto: Istimewa
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Operasi bibir sumbing bagian dari proses rekonstruksi tidak hanya menutup bagian sumbing, tapi menyempurnakan posisi rahang atas dan gigi

LombokJournal.com ~ Rekonstruksi celah langit mulut adalah prosedur bedah untuk memperbaiki langit mulut tidak menyatu sepenuhnya, yang merupakan kelainan bawaan.

Celah langit mulut merupakan kondisi cacat yang menyerang satu dari seribu anak, ini bisa terjadi pada langit mulut lunak atau keras, bahkan keduanya. 

Sebagian besar pasien yang mengidap kondisi ini seringkali terjangkit sindrom yang menyerang tungkai, jantung, dan bagian tubuh lain. Meski penyebab utama masih belum diketahui. 

Namun secara genetik celah langit mulut dipengaruhi dan menyerang lebih banyak laki-laki daripada perempuan. 

BACA JUGA: Upaya Mengembalikan Senyum Anak-anak NTB

Operasi bibir sumbing bagian dari proses rekonstruksi

Celah langit mulut dapat di diagnosis oleh USG sebelum kelahiran bayi dan dapat terjadi dengan atau tanpa bibir sumbing.

Memperbaiki celah langit mulut adalah prosedur yang rumit, memerlukan beberapa spesialis dan praktisi medis untuk memberikan perawatan khusus yang mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Apabila kondisi ini tidak diobati, maka akan berdampak pada kebiasaan makan, cara bicara, pertumbuhan gigi dan struktur maksilofasial anak.

Siapa Menjalani Rekonstruksi 

Pasien anak dengan kondisi celah langit mulut biasanya mulai menjalani bedah rekonstruksi sebelum berusia satu tahun. 

Namun, bayi yang juga terdiagnosis penyakit jantung atau kesulitan bernafas, terlebih dulu harus menjalani prosedur pengobatan untuk kedua penyakit ini sebelum rekonstruksi. Dokter menyarankan untuk menunda prosedur hingga anak berusia empat tahun, apabila terdapat celah submukosa.

Waktu adalah salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hasil prosedur. Anak harus berada di usia yang ideal untuk menghadapi operasi, dan tidak terlalu tua sehingga kondisi ini tidak berdampak serius terhadap tumbuh kembang kemampuan bicara.

Ada kasus yang membuat dokter tidak dapat segera mendiagnosis celah langit mulut saat anak lahir. 

Hal ini biasanya terjadi pada anak dengan kondisi celah parsial atau langit mulut lunak, yang ditandai dengan kesulitan makan, makanan dan cairan naik ke hidung, dan suara sengau. 

Anak yang terdiagnosis celah langit mulut di usia lebih besar, masih tetap layak untuk menjalani prosedur rekonstruksi.

Meskipun rumit, perkembangan terbaru dari rekonstruksi langit mulut telah meningkatkan angka keberhasilan operasi. 

Sebagian besar pasien dapat kembali menjalani aktivitas normal dalam beberapa minggu. Sedangkan bekas luka yang terdapat di bibir bagian atas dan di bawah hidung akan berangsur hilang.

BACA JUGA: Manajemen Risiko Bencana Bagi Daerah Rawan Bencana

Cara Kerja Rekonstruksi 

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam memperbaiki celah langit mulut, antara lain teknik von Langenbeck, palatoplasti Bardach Two-flap, perbaikan bibir dan celah langit mulut tahap pertama, flap Vomer, dan flap mio-mukosa bukal.

Rekonstruksi celah langit mulut dilaksanakan di rumah sakit di bawah pengaruh sedasi. Meskipun memiliki beragam teknik, prosedur ini biasanya memerlukan sayatan di sisi celah dan mengambil jaringan lunak sebagai bahan untuk memperbaiki kontur langit mulut. 

Flap digunakan untuk mengubah posisi langit mulut (palatum) lunak dan keras. Kemudian, flap disambungkan oleh jahitan tepat di tengah langit mulut. 

Proses rekonstruksi tidak hanya menutup bagian sumbing, tapi menyempurnakan posisi rahang atas dan gigi, serta memperbaiki organ-organ terdekat, seperti telinga. 

Biasanya, ada bagian langit mulut keras yang dibiarkan terbuka untuk memudahkan pertumbuhan di bagian celah dan struktur wajah di sekitarnya, seperti mulut dan rahang.

Jika kondisi sumbing meluas hingga ke bagian anterior mulut, maka diperlukan cangkok tulang alveolar dengan mengambil bahan cangkok dari tulang rusuk atau pangkal paha.

Pasca operasi, pasien kemungkinan akan merasa sakit, ini dapat diobati dengan analgesik ringan. Pasien perlu mendapat perawatan menyeluruh untuk mencegah penyumbatan saluran udara. 

Cedera di area operasi dapat dihindari dengan menggunakan alat pengekang lengan (arm restraint). Pasien seringkali harus menjalani terapi modalitas untuk meningkatkan perkembangan gigi, berbicara, dan mendengar. 

Selain itu, agar langit mulut sembuh secara optimal, asupan makanan perlu dibatasi dengan cairan dan makanan lunak. 

Operasi tambahan, seperti rhinoplasty dan ekspansi palatum pun diperlukan untuk menyempurnakan proses rekonstruksi.

BACA JUGA: Dispensasi Nikah, Ini Risiko Perkawinan Anak

Komplikasi dan Resiko Rekonstruksi 

Resiko dan komplikasi rekonstruksi celah langit mulut, antara lain:

  • Resiko operasi, di antaranya reaksi negatif dari obat bius, pendarahan, dan infeksi di area bedah
  • Komplikasin pasca operasi, termasuk hidung tersumbat dan keluar darah dari hidung dan mulut
  • Pembengkakan dan luka di area bedah
  • Sulit bernafas, bisa menjadi sangat fatal bila tidak segera dilakukan intervensi
  • Dehisensi luka atau jahitan pada luka operasi terbuka, sehingga menyebabkan ketegangan luka yang berlebih dan kualitas jaringan yang kurang sehat
  • Pertumbuhan fistula oronasal di area bedah
  • Peradangan otitis media kronis
  • Perkembangan maksilari terbatas, yang terlihat struktur gigi menyempit atau dimensi langit mulut interior dan berkurang. ***

Sumber: DocDoc.com