Tiap ibu ingin proses persalinannya berjalan normal, dan dalam situasi aman, tenang, dan kondusif. Namun manusia hanya mampu mengangankannya. Di tengah gempa yang susul menyusul, ibu itu melahirkan putri cantiknya di tenda pengungsian

MATARAM.lombokjournal.com — Ibu Fitriani (23) harus menjalani persalinan dengan dibayangi kekhawatiran guncangan bumi yang terus menerus terjadi.
Dengan dibantu oleh Bidan Sifa’iyyah, Fitriani melahirkan anak keduanya di tenda darurat milik Puskesmas Penimbung, di Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.
Fitriani didampingi suaminya, Ari Susanto (34), melahirkan tepat pada pukul 03.30 di hari Jum’at Tanggal 17 Agustus 2018 lalu. Bayi perempuan itu beratnya 3 kilo gram dan panjang 50 centi meter. Bayi itu adalah anak kedua dari pasangan Ari – Fitri, diberi nama Cantika. Bayi itu cantik secantik namanya.
Kini bayi itu harus hidup di bawah buaian sang ibu di pengungsian. Bersama ayah, abang, dan para tetangga lainnya, Cantika kecil harus mendiami tenda terpal ukuran 2,5 x 6 m.
Saat ditemui di Pos Pengungsian Desa Gelangsar, bayi itu sedang menangis kedinginan. Suara lengkingan kerasnya memaksa sang ibu untuk membaluti tubuh mungilnya dengan kain sarung seadanya.
Menurut Kepala Desa Gelangsar, Abdurrahman, setidaknya ada lima bayi yang lahir di tenda dan saat ini, terpaksa hidup seadanya di pengungsian.
“Rumah mereka sudah hancur. Awalnya cuma rusak ringan, tapi gempa yang terakhir (Ahad, 19 Agustus, red) membuat rumah mereka hancur,” tutur Abdurrahman.
Di Desa Gelangsar, paling sedikit 821 rumah rusak akibat gempa. Rumah-rumah tersebut sudah tidak mungkin mereka perbaiki seadanya lagi karena rusak berat. Sisanya kurang dari seribu rumah masih bisa diperbaiki karena hanya rusak ringan atau sedang.
Hal tersebut terkuak saat Bupati Lobar H. Fauzan Khalid mengunjungi pos pengungsian di bawah bukit itu. Ia hadir sambil membawa beberapa buah tangan yang dibutuhkan para pengungsi.
Cantika dengan 4 bayi lainnya di Desa Gelangsar tidak sendirian. Ada 6.119 bayi lainnya saat ini terpaksa mendiami tenda-tenda terpal yang dibangun orang tuanya dengan seadanya. Angka tersebut menjadi lebih besar lagi bila diakumulasi dengan jumlah balita yang sebanyak 25.290 balita.
Angka tersebut akan semakin bertambah karena saat ini menurut data Dinas Kesehatan Lobar, ada 3.510 ibu hamil yang sedang mengungsi.
Kondisi tersebut membuat Bupati Lobar sangat prihatin.
“Ini salah satu alasan kenapa kita butuh huntara (hunian sementara, red),” ujar Fauzan sambil mengeluhkan respons Pemerintah terhadap usulannya tentang huntara yang belum diterima.
“Bayi-bayi ini yang paling rentan terhadap cuaca,” pungkas Fauzan.
Hari