Pilpres 2024, Siapakah Kandidat Terkuat yang Akan Maju

Prabowo Subianto dan Puan Maharani / IST
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Muncunya prediksi tentang figur politik yang akan maju di Pilpres 2024 mulai amai jadi perbincangan, dan pasangan Prabowo-Puan muencuat sebagai hasil perkawinan politik PDIP-Gerindra

JAKARTA, lombokjournal.com ~ Nama-nama figur yang dinilai berpeluang untuk maju dalam Pilpres 2024 sudah menjadi perbincangan publik.

Kemudian masyarakat  mulai menengok hasil suvey yang sudah dilakukan beberapa lembaga survey nasional.

Khususnya untuk mengetahui siapa figur yang selalu mendominasi berbagai hasil survei beberapa waktu terakhir dalam kontestasi calon presiden (Capres) di Pilpres 2024

Nama-nama stok lama masih selalu muncul, misalnya Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Namun juga muncul sejumlah nama alternatif yang juga dinilai cukup kuat, seperti ditampilkan dalam Survei Nasional Parameter Politik Peta Politik Nasional menuju Pilpres 2024 yang dirilis bulan Juni 2021.

Nama yang disebut tiga teratas tidak bergeser, yakni Prabowo Subianto 16,5%, Ganjar Pranowo 13,8%, Anies Baswedan 12,1%.

Muncul tambahan empat nama alternatif Capres lainnya.

BACA JUGA: Sandiaga Uno Bisa Jadi Diusung Gerindra di Pilpres 2024

Jika pemilihan presiden dilaksanakan saat ini, dan Presiden Joko Widodo tidak boleh mencalonkan diri lagi, siapakah yang akan dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia?

Hasilnya ada empat nama alternatif selain tiga kandidat terkuat, yakni Agus Harimurti Yudhoyono 5,6%, Sandiago Uno 4,5%, Ridwan Kamil 4,2%, Tri Rismaharini 3,9%.

Hasil survey itu diungkapkan Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno di Jakarta bebeapa waktu lalu.

Masih tak bergeser jauh dari hasil survey tiga teratas, namun lembaga survey nstitute for Democracy and Strategic Studies (Indostrategic) mulai membicarakan pasangan calon yang akan maju di Pilpres 2024.

Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam menyatakan, Pilpres 2024 diprediksi diikuti 3 sampai 4 pasang calon (Paslon).

Menurutnya, jika diikuti 3 paslon maka simulasi pertama muncul pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.

Pasangan Prabowo-Puan dikatakan sebagai hasil perkawinan politik PDIP-Gerindra.

“Pengalaman 10 tahun memberikan kesempatan pada Jokowi sebagai figur di luar trah Soekarno dirasa sudah cukup bagi PDIP,” ujar Khoirul Umam, yang diungkapkan bulan Mei lalu.

Pasangan Prabowo-Puan berpotensi memupus peluang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Tidak mudah bagi Ganjar untuk mendapatkan restu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk maju lewat PDIP.

Masalahnya, arus politik yang tercipta saat ini tidak sekuat seperti munculnya Jokowi dulu. Meski diketahui Ganjar diakui cukup kuat di Jawa Tengah.

“Karena itu, sebagai kompensasi, maka Prabowo-Puan menjadi pilihan rasional, dengan paket kursi kabinet lebih banyak bagi PDIP saat di pemerintahan,” kata Khoirul.

Kemudian muncul pasangan nama Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pasangan ini dinilai sebagai hasil perkawinan Partai Demokrat, Partai Nasdem dan juga PKS.

Pasangan ini bisa muncul mengingat komunikasi antara Nasdem dengan PDIP tampaknya belum pulih.

Sebab PDIP belum meredakan kekesewaanya atas manuver Nasdem yang dianggap membajak sejumlah kader utama PDIP di daerah.

BACA JUGA: Vaksin untuk Anak Adalah Investasi Kesehatan Jangka Panjang

“Karena itu, Anies bisa menjadi titik temu antara Nasdem dan PDIP, dan selanjutnya dikawinkan dengan AHY sebagai representasi kekuatan Partai Demokrat, yang juga memiliki bekal elektabilitas yang memadai,” ungkap Khoirul.

Kemudian disebut nama Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto berpasangan dengan AHY.  Ini hasil perkawinan Golkar dan Demokrat sudah cukup untuk memenuhi syarat Presidential Thershold 20%.

Golkar harus memperjuangkan martabat yang lebih tinggi, dengan mengajukan kadernya di capres, bukan hanya mengedepankan “bandwagoning strategy”, atau strategi mengekor ke kekuatan yang lebih besar.

Jika Golkar dan Demokrat berkoalisi, harus memasukkan unsur kekuatan politik Islam moderat, seperti PKB, PAN, atau PPP untuk mendukungnya. Sehingga basis kekuatan nasionalis-religius tetap kuat.

Menurutnya, nama-nama seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Eric Tohir, dan lainnya, akan terkendala oleh dukungan partai politik.

BACA JUGA: Wisuda Perdana STP Mataram, SDM Pariwisata Siap Kerja

“Kecuali jika mereka “membeli” mesin partai seperti yang dilakukan Sandiaga Uno saat Pilpres 2019 lalu,” kata Khpoirul Umam.

Ist