Selain n karnaval budaya, rangkaian karnaval juga menampilkan demo membuat Cerorot (jajanan khas Lombok)
MATARAM.lombokjournal.com — Karnaval bertajuk Heritage Lombok Sumbawa, menyajikan beragam arakan budaya mulai dari Ampenan di Pulau Lombok hingga Sape Bima di Pulau Sumbawa, ditampilkan di jalan utama di ibukota Provinsi NTB di Mataram, Minggu (01/09) 2019.
Gelaran budaya tersebut menampilkan beragam seni budaya daerah. Mulai dari fashion tradisional, atraksi seni dan corak budaya semua etnis di NTB, hingga beragam kuliner dan kearifan lokal lainnya.
Kegiatan yang berlangsung sangat meriah itu dirangkai dengan Symposium Internasional Asia Pacific Geopark Network (APGN) 2019.
Wakil Gubernur NTB, Dr.Hj.Siti Rohmi Djalilah membuka kegiatan itu, didampingi para bupati/Walikota se-NTB bersama jajarannya dan ribuan pengunjung masyarakat umum serta turist manca negara yang larut dalam kemeriahannya.
Tidak ketinggalan Prof.Dr. He Qingcheng selaku Koordinator APGN, Mr. Setsuya Nakada, Wakil Koordinator APGN, dan Mr. Tan Vn Tran, anggota APGN Advisory Committee, serta perwakilan peserta dari 30 Negara di kawasan Asia Pasifik.
Mereka tampak sangat antusias menyaksikan tiap moment budaya atau atraksi dari para peserta karnaval.
Wagub mengatakan, karnaval budaya itu sebagai momentum untuk menunjukan bahwa NTB sangat indah.
NTB adalah salah satu tempat terindah tempat yang nyaman untuk dikunjungi dari seluruh dunia, kata wagub.
“Semoga seluruh dunia bisa melihat bahwa NTB siap menerima seluruh visitornya,” tutur Wagub yang mengenakan pakaian tradisional khas Lombok, Lambung.
Selain memukau penonton dengan karnaval budaya, rangkaian karnaval juga menampilkan demo membuat Cerorot (jajanan khas Lombok).
Cara pembuatan jajanan tradisional ini langsung dilakukan oleh Wagub Sitti Rohmi Djalilah, juga oleh para peserta APGN yang berasal dari berbagai negara di dunia.
Tak hanya cara membuat, cara memakan jajanan ini juga dipraktekkan oleh Umi Rohmi di hadapan para peserta APGN.
Prof.Dr. HE QIENCHENG yang hadir bersama puluhan delegasi peserta sidang UGG di acara tersebut menyatakan kagum dengan carnaval haritage tersebut. Di awal acara ia bersama Wagub sempat ikut demo untuk membikin bungkus jajanan tradisional sasak “cerorot” yang terbuat dari Janur kuning.
Meski beberapa kali mencoba melilitkan janur membentuk lingkaran mengikuti arahan instruktur, Namun ia tidak berhasil membuatnya.
Saat mencicipi jajanan cerorot, Prof. He Qiencheng terlihat sangat menikmatinya, seraya berujar “so delicius”.
Ia juga mengaku sangat berterima kasih dan puas dengan cara penerimaan di acara yang menampilkan beragam seni budaya NTB itu.
Selain Prof. He Qiencheng, seorang peserta UGG dari Negara Thailand secara terbuka mengaku takjub dengan Lombok.
“Lombok is nice, very beautiful and good food”, ujarnya melalui microphone saat ditanya pembawa acara Bimo, yang disambut riuh tepuk tangan dari para hadirin.
Kebanggaan masyarakat NTB sebagai tuan rumah Symposium APGN juga membangkitkan optimisme akan kembali pulihnya pariwisata NTB pasca bencana gempa beberapa waktu lalu.
Terlebih dengan gelaran karnaval yang melibatkan ratusan orang dari beragam budaya yang dimiliki NTB diapresiasi juga oleh masyarakat internasional melalui kehadiran peserta symposium APGN sejak Sabtu (31/08.
“Saya merasa bangga dengan acara ini. Budaya kita yang luar biasa ini bisa ditunjukkan sebagai aset daerah dan negara. Harapan saya kita sama-sama bekerjasama memulihkan pariwisata. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas kita sebagai masyarakat,” tutur Lalu Irfan, salah seorang warga masyarakat asal Mataram.
Penuturan serupa juga disampaikan Kepala Desa Labulie, Mahjat S.Pd yang ikut dalam karnaval bersama warganya.
Mahjat berharap, acara Symposium APGN dam rangkaian acaranya dapat menjadi pembuka untuk acara-acara internasional lainnya di NTB.
“Lewat rangkaian acara ini kami harapkan dapat membuat daerah kita bisa dipercaya oleh dunia untuk acara-acara besar lainnya dan pariwisata dari desa juga bisa mendunia,” tandasnya.
AYA/Diskominfotik