Pertemuan Tahunan, Pandangan Bank Indonesia Tentang Prospek Ekonomi

Kata Achris Sarwani, stabilitas harga di Provinsi NTB relatif terkendali (Foto; AYA/Lombok Journal).
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Di tengah upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi global justru penuh ketidakpastian

MATARAM.lombokjournal.com — Pertemuan bertajuk “Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan”  digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di Ruang Serbaguna Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB di Jalan Langko, Kota Mataram, NTB, Kamis (13/12).

Kegiatan itu merupakan acara tahunan sebagai forum strategis dalam penyampaian pandangan BI terkait kondisi terkini dan prospek perekonomian ke depan.

Selain Gubernur NTB Zulkieflimansyah, juga dihadiri anggota DPRD Provinsi NTB, Anggota Forkompinda, Bupati/Wali kota di Provinsi NTB, akademisi, lembaga vertikal, perbankan, asosiasi, pelaku usaha, pondok pesantren, dan media massa.

Menurut Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Achris Sarwani mengatakan, 2018 merupakan tahun penuh tantangan bagi ekonomi Indonesia.

Di tengah upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi global justru penuh ketidakpastian.  Achris menyampaikan, tahun 2018 ini tantangan bagi perekonomian nasional dan Provinsi NTB cukup berat.

“Ekspor luar negeri Provinsi NTB terkontraksi seiring dengan terbatasnya kinerja tambang, yang disebabkan oleh cadangan bijih tembaga yang semakin menurun,” katanya.

Tekanan terhadap sektor nontambang juga terjadi karena adanya bencana gempa. Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan III 2018 terkontraksi sebesar -13,99 persen (yoy), sedangkan ekonomi non tambang juga terkontraksi -0,36 persen (yoy).

Namun, lanjut Achris, stabilitas harga di Provinsi NTB relatif terkendali. Hal ini tidak lepas dari sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan Provinsi NTB dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi yang efektif dalam kebijakan pengendalian inflasi.

Kata Achris, untuk menciptakan perekonomian yang semakin kuat, inklusif, dan berkualitas, ada  tiga  hal yang perlu dilakukan..

Pertama, perlunya mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan terdampak gempa. Kedua, mengoptimalkan peluang Provinsi NTB sebagai destinasi pariwisata prioritas nasional. Ketiga dengan mengoptimalkan pontensi sumber daya alam dengan melakukan peningkatan nilai tambah.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyampaikan, pemulihan dan pengembangan ekonomi Provinsi NTB membutuhkan dukungan dan sinergi dari berbagai pihak. Khususnya untuk mempercepat langkah rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke NTB, serta menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.

“Terima kasih Bank Indonesia yang telah mendorong kinerja sektor pariwisata, memberdayakan UMKM, mendorong kelancaran sistem pembayaran tunai maupun non tunai, dan sejumlah program social,” kata Zul.

Sebagai rangkaian Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), juga diselenggarakan berbagai kegiatan. Seperti Expo UMKM binaan Bank Indonesia, pasar murah yang merupakan bagian dari program kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB, penukaran kartu GPN, penukaran uang baru dan uang yang ditarik dari peredaran, fashion show, library on the street, dan band performance.

Kegiatan itu, sebagian berlangsung di halaman Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB.

“Masyarakat dapat menikmati berbagai acara tersebut dengan berbelanja barang kebutuhan pokok di pasar murah, melihat produk Bank Indonesia di perpustakaan yang akan dipasang di halaman kantor, atau menukarkan uang yang telah ditarik dari peredaran,” kata Zul.

AYA