Penyesuaian Ulang Iuran BPJS Kesehatan, Tetap Direspon Positif

ilustrasi BPJS Kesehatan
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Sehat itu mahal, jadi kalau berobat tanpa BPJS ini rasanya berat, apalagi kalau sudah sakit sampai operasi

lombokjournal.com —

MATARAM  ;   Sepekan sejak Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 ditetapkan, beragam respons bermunculan menanggapi Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur penyesuaian besaran iuran peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Perpres tersebut juga sempat menduduki topik teratas di Twitter pada 12 Mei lalu. Disamping protes yang banyak diungkapkan di media sosial, tak sedikit pula peserta yang mendukung penyesuaian iuran yang berlaku mulai bulan Juli mendatang itu.

Bagi Yuliastutik, salah satu peserta program JKN-KIS, tetap memberi dukungan terhadap kebijakan pemerintah menyesuaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kedua kalinya.

Menurut Yuli, perubahan iuran dirasa lumrah, lantaran biaya pengobatan yang terus mengalami kenaikan harga akibat inflasi.

Di sisi lain, ia melihat kepedulian pemerintah yang memberi subsidi bagi peserta kelas III untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP).

“Jadi kan memang ada orang yang (ekonomi) menengah ke atas maupun ke bawah. Kalau yang menengah ke atas ini mungkin tidak jadi masalah ya, tapi saya memaklumi untuk orang-orang yang selain mereka dengan naiknya iuran nanti,” katanya.

Menurutnya, sehat ini mahal, jadi kalau berobat tanpa BPJS ini rasanya berat, apalagi kalau sudah sakit sampai operasi.

“Yang penting BPJS ini terus ada, karena kalau tidak kuat bayar bisa turun kelas, dan di kelas III ini saya tahu ada bantuannya dari pemerintah,” tuturnya.

Ia  sudah lama menjadi peserta JKN-KIS. Memng Ia belum merasakan manfaat program tersebut, tetapi menjadi saksi bagi keluarga yang sakit, seperti kakek dan orang tuanya.

“Kalau merasakan alhamdulillah tidak pernah ya, saya bersyukur dikasih sehat terus sama Allah. Tapi dulu kakek pernah sampai ke rumah sakit karena sakit kanker prostat. Terus orang tua saya juga pakai BPJS waktu pengobatan sakit lambungnya. Bermanfaat sekali ya, karena kalau enggak ada BPJS pasti bingung keluarga saya. Jadi yang penting iurannya dibayar terus biar (kepesertaan) aktif terus, karena kalau menunggak kita sendiri yang susah pas sakit tiba-tiba,” kata Yuli.

Peserta program JKN-KIN lainnya, Totok,  yang sedang berjuang melawan diabetes juga memberikan dukungan yang sama.

Memang diakuinya ia sempat terkejut dengan kebijakan penyesuaian iuran itu. Namun setelah mengetahui pemerintah akan memberi subsidi, ia jadi lega. Baginya, yang terpenting adalah kualitas pelayanan.

“Kalau memang untuk kebaikan dan pelayanannya juga ditingkatkan saya mendukung. Kalau saya yang penting itu dulu. Masalah kelas memang saya ambil yang kelas III karena terjangkau dan yang penting saya bisa berobat terus pakai BPJS. Jadi, kalau untuk kebaikan bersama saya menerima, yang penting BPJS ini ada karena orang-orang memang membutuhkan,” ujar pria 66 tahun itu.

Rea/CNNInd