Pengasuhan Setara: Berdampak Positif Bagi Orang Tua dan Anak

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan di rumah juga berdampak yang positif bagi ayah

ilustrasi ~ Kesetaraan pengasuhan anak
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak bukanlah pengorbanan melainkan penghargaan

LombokJournal.com ~ Selama ini kita sering mendengar atau membaca tentang kesetaraan dalam pengasuhan anak dalam keluarga, apa yang dimaksud dengan kesetaraan pengasuhan itu?

Pengasuhan anak selama ini yang dipahami sebagian besar masyarakat, merupakan kewajiban ibu semata. Seolah-olah peran ayah dalam pengasuhan anak tidak penting .Atau peran ayah hanya memiliki keterlibatan kecil dalam pengasuhan anak-anaknya di rumah.

Padahal, keterlibatan ayah bukan saja menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan anak, padahal keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di rumah memberi dampak yang positif bagi ayah sendirim misalnya dalam lingkungan kerjanya. 

BACA JUGA: Stunting Punya Keterkaitan dengan Berdayanya Perempuan

Ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak menguntungkan di tempat kerja

Keberhasilan-keberhasilan kecil pada perkembangan anak bisa memberikan perasaan keberhasilan pada seorang ayah yang membuat kepribadiannya menjadi jauh lebih positif.

“Keberhasilan-keberhasilan kecil anak di rumah membuat seorang ayah lebih tidak agresif. Hal ini akan terbawa ke lingkungan kerjanya. Menjadi karyawan yang lebih nurturance, hubungannya dengan atasan dan bawahan menjadi lebih baik,” ujar Edward Andriyanto, Psikolog Klinis Anak dalam diskusi Perayaan Hari Ayah Nasional.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak bukanlah pengorbanan melainkan penghargaan. Lebih lagi, hubungan suami istri serta kepuasan dalam pernikahan juga akan meningkat. 

“Afeksi, kasih sayang, kenyamanan, serta kepercayaan diri akan didapatkan. Itulah hadiah dan kesuksesan apabila seorang ayah melibatkan diri dalam pengasuhan anak,” jelasnya.

Pengasuhan setara akan memberi timbal balik yang positif di tempat pekerjaan. Suatu perusahaan akan mendukung keterlibatan karyawan laki-laki dalam pengasuhan anak-anaknya.

Perusahaan mendukung para karyawan untuk menumbuhkan kesetaraan gender. Tak hanya di kantor tapi juga di rumah masing-masing, supaya bisa memberikan pengaruh yang lebih baik di lingkungan kerja.

Pola pengasuhan setara adalah pola pengasuhan yang menghilangkan norma-norma gender yang sudah berlaku di masyarakat selama ini. Banyak kehawatiran di masyarakat, jika pola pengasuhan ini memberi dampak negatif pada anak-anak mereka terutama dari kecenderungan seksual mereka.

BACA JUGA: Banyak Orang Tua Gagal Pengasuhan Berbasis Hak Anak

Para ahli mengatakan, tidak ada hubungan antara pola pengasuhan setara dengan kecenderungan seksual anak. Pengertian pola pengasuhan setara yang tepat adalah melibatkan anak-anak dalam kegiatan atau aktivitas orang tua. 

Sehingga si anak memiliki kebebasan untuk menjelajahi segala bidang yang ada.

Preferensi seksual, gender, dan jenis kelamin adalah tiga hal berbeda. Gender neutral parenting itu lebih kepada keterbukaan pemikiran, bukan pada preferensi seksual anak.

Direktur Eksekutif Yayasan Plan Internasional Indonesia, Dini Widiastuti mengatakan, pola pengasuhan setara ini sangat baik untuk memaksimalkan potensi anak, pilihan bidang profesional yang akan ditempuh anak juga akan lebih beragam. 

“Siapa tahu anak laki-lakimu akan menjadi chef terkenal atau anak perempuanmu menjadi presiden atau profesi apapun yang jarang dilakoni perempuan. Kita harus membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mereka (anak_red), kalau kita menutup (kesempatan) itu sejak dini, sangat disayangkan,” lugasnya.

Ada anggapan di masyarakat kalau laki-laki tidak boleh cengeng, namun menurut Public Figure, Fedi Nuril, hal itu merupakan kelemahan ketika dirinya terjun ke dunia akting. Menurutnya, sensitivitas sangat dibutuhkan untuk menjadi aktor yang mumpuni. 

“Saya selalu diberitahu sejak kecil kalau anak laki-laki itu tidak boleh cengeng. Namun ketika masuk ke dunia perfilman ternyata memerlukan sensitivitas yang lebih tinggi. Agar emosi dari tokoh yang diperankan bisa benar-benar dirasakan oleh penonton,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan, sebagai orang tua, Fedi memandang anak menangis adalah salah satu bentuk ekspresinya dalam mengutarakan perasaannya. Sehingga memerlukan cara yang tepat untuk menanggapinya. 

“Kalau anak saya nangis, saya cenderung membiarkannya dan memeluknya. Tapi saya lihat juga dia menjadi mudah move on, tidak lama kalau nangis. Kalau nanti dia mau menjadi aktor, semoga dia lebih sensitif dan tidak terkurung dalam norma kalau laki-laki tidak boleh cengeng,” ujarnya.

Sebagai orang tua sebaiknya membiarkan anak-anaknya untuk mengekspresikan diri, salah satunya adalah menangis. Menurutnya, bila anak laki-laki tidak diperbolehkan menangis, maka saat dewasa nanti dia akan melampiaskan emosi itu dengan bentuk agresivitas.

BACA JUGA: Pembuatan Film tentang Stunting dari SMAN 1 Mataram

Maka dari itu, ketidaksetaraan dalam pengasuhan adalah pola pengasuhan yang sangat merugikan untuk semua pihak, baik orang tua dan anak. 

“Menjadi ayah dan ibu adalah full time job, keduanya harus berperan penuh,” kata Ferdi. 

Pola asuh netral gender ini sangat penting untuk diterapkan para orang tua supaya mendorong anak untuk menggali semua minat, karir, dan hobi yang ia inginkan. ***

Simber: ibcwe

 

Penulis: redEditor: Misami