Keteguhannya merawat keyakinan di balik terwujudnya Hari Juang Polri, akhirnya tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia
LombokJournal.com ~ 14 Tahun Berjuang Menuju Hari Juang Polri, Merangkai Peristiwa Sejarah Perjuangan Peran Polisi Istimewa, merupakan momentum penting dalam mengungkap sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Merawat keyakinan bahwa Polri adalah pejuang lebih karena dalam fakta sejarahnya ada peristiwa istimewa Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 1945.
BACA JUGA : Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Penggagas Hari Juang (1)
Peristiwa itu terjadi 79 tahun silam. Sangat lama. Sejak itu, belum ada seorang pun, baik di dalam maupun di luar institusi Polri, yang secara intensif fokus membicarakan tanggal penting ini.
Di dalam institusi kepolisian sendiri, tanggal 21 Agustus hanya dikenal sebagai pengetahuan umum bahwa pada tanggal tersebut ada peristiwa Proklamasi Polisi. Tidak lebih.
Bahkan, tidak banyak Polisi (khususnya generasi Polri masa kini) yang mengetahui adanya peristiwa ini. Sampai pada tahun 2010, muncul pemikiran untuk menseriusi tanggal tersebut untuk mendorongnya menjadi sejarah baru bagi Polri.
Bagaimana tidak, fakta-fakta sejarah mengungkap bahwa heroisme Polisi Istimewa dalam peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia itu, tak bisa dimungkiri menjadi sejarah sangat penting bagi Polri.
Inilah sosok yang tak henti merawat keyakinan tentang peristiwa yang menegaskan kuatnya semangat juang Polri. Figur yang jadi tokoh penting di balik Hari Juang Polri, yang pada tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Komjen. Pol. (Pur) Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri, yang pertama kali sejak tahun 2010 berjuang mendorong terwujudnya Hari Juang Polri. Ia mulai menggagas Hari Juang Polri ketika menjadi Kapolda Nusa Tenggara Barat, tahun 2010.
Dan serius mulai melakukan penelitian pada tahun 2013, ketika menjadi Kapolda Bali.
BACA JUGA : Proklamasi Polusu Republik Indonesia dan Haru Juang (2)
“Terima kasih Polda NTB, telah memberi saya inspirasi kala itu,” ungkap Arif, tentang keteguhannya merawat keyakinan semangat juang di kalangan Polisi Indonesia.
Arif Wahjunadi menyampaikan itu saat menjadi narasumber pada acara Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, yang diselenggarakan di Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, Selasa (20/08/24).
Sejak itu, secara terus menerus dan intensif berlanjut dalam proses dan dinamika penelitian panjang (baik literasi maupun lapangan), dipenuhi tantangan yang tidak mudah.
Selama 14 tahun (2010-2024), tanpa kenal lelah, merawat keyakinan pentingnya mewujudkan semangat juang di lingkungan Polri.
Arif tak henti-hentinya berjuang dari satu forum ke forum lainnya (dalam dan luar institus Polri), mendatangi puluhan narasumber utama, pakar-pakar serta sejarawan-sejarawan dan tokoh-tokah lainnya yang paham terkait perjuangan Polisi Istimewa.
Ia juga melakukan penelitian dari satu wilayah ke wilayah lainnya yang menyimpan sejarah Polri di seluruh Indonesia, membongkar naskah-naskah serta dokumen (yang berkaitan dengan masa penjajahan Jepang di Indonesia) di Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional RI, sampai ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di Jepang.
Bahkan ia mengunjungi Konjen Jepang di Makassar dan Surabaya untuk menemukan dokumen terkait Tokubetsu Keisatsutai ini. Ia juga terbang mengunjungi Pearl Harbor yang diserang Jepang Jepang pada Desember tahun 1941 yang menjadi pemicu masuknya Jepang ke Asia khususnya Indonesia.
Dari sinilah Jepang membentuk Polisi yang diambil dari pemuda-pemuda pribumi.
14 tahun, bukan waktu sebentar bagi Arif Wachjunadi, yang dalam perjalanannya ini banyak dihadang kendala dan tantangan yang tidak mudah. Namun, semangat dan tekadnya untuk menghadirkan sejarah baru bagi Polri tak pernah padam. Ini dilakukannya, agar seluruh generasi Polri tidak putus dengan sejarahnya (khususnya terkait Proklamasi Polri).
“Karena saya mencintai Polri, jadi suka duka serta kendala dan tantangan selama 14 tahun itu adalah pelajaran penting bagi saya,” ungkapnya ketika ditemui di Sirkuit Mandalika Lombok, Kamis (07/08/24) lalu
Uniknya, Arif bukanlah ahli sejarah, bahkan ia tidak memiliki latar belakang akademis sebagai ahli sejarah. Tekad dan kemauannya yang kuat, ia implementasikan dalam penelitian-penelitian mendalam sambil menjalankan hobinya sebagai seorang pencinta motor besar.
Maka dalam setiap perjalanannya melintasi berbagai tempat di Indonesia (dari Sabang sampai Merauke), ia sempatkan diri untuk mampir ke tempat-tempat yang menyimpan sejarah Polri.
Proses panjangnya selama 14 tahun tersebut, bahkan telah melahirkan tiga buku penting bagi Polri, yang memuat sejarah perjalanan Polri, yang kemudian menjadi pendorong kuat menuju Hari Juang Polri.
Dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Risalah Pustaka tersebut memuat tentang fakta-fakta sejarah serta alasan-alasan yang menjadi landasan valid mengapa tanggal 21 Agustus layak diperingati sebagai Hari Juang Polri.
BACA JUGA : Sejarah Proklamasi Polisi, Bermula dari Tokubetsu Keisatsuitai
Dinamika 13 alasan dan fakta-fakta sejarah ini terdokumentasikan dalam dua buku, berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Kepolisian Negara RI (terbit 2016) dan Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (terbit 2023).
Dan pada buku ke tiga berjudul Hari Juang Polri, memuat puncak dari perjuangannya, yakni alasan ke 14 yang menguatkan sekaligus mensahkan seluruh hasil penelitian yang melengkapi perjuangan selama 14 tahun tersebut, yakni terbitnya Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/95/I/2024, tanggal 22 Januari 2024, tentang Hari Juang Polri.
Maka dengan itu, mulai tahun 2024 ini, institusi Polri tidak hanya memperingati 1 Juli sebagai Hari Bhayangkara, melainkan juga, untuk pertama kalinya secara resmi akan memperingati Hari Juang Polri pada tanggal 21 Agustus 2024.
14 tahun Aruf Wahjunadi merawat keyakinan menuju sejarah baru Polri. Dan setelah 79 tahun kemudian, peristiwa tanggal 21 Agustus 1945 akhirnya mewujud Hari Juang Polri.
Atas perjuangan dan kerja kerasnya ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, saat menyapanya dalam sambutan Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, (20/08/24) di Gedung Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, menyematkan predikat kepadanya sebagai penggagas Hari Juang Polri.
“Hadir pula Wakil Ketua Umum 1 PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri,” sapa Kapolri yang disambut tepuk tangan seluruh undangan yang hadir malam itu.
Dalam kesempatan wawancara khusus dengan LombokJournal.com, usai menjadi narasumber sarasehan, bagi Arif, terwujudnya Hari Juang Polri ini, tidak sukses karena perjuangannya sendiri, melainkan ia didukung penuh oleh para Kapolri di masanya.
Mulai dari Jenderal Polisi Purnawirawan Prof. Awaluddin Djamin, Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro, Jenderal Polisi Purnawirawan Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Polisi Purnawirawan Da’i Bachtiar dan lainnya hingga Ketua PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komisaris Jenderal Polisi Imam Sudjarwo.
Ada pula para ahli sejarah seperti Prof. Aminuddin Kasdi dan Prof. Anhar Gonggong dan akademisi-akademisi dari universitas-universitas ternama tanah air, antara lain Prof. Gumilar Soemantri Rektor UI 2007-2013, DR. Abdul Wahid dari UGM. Serta masih banyak dukungan lainnya, salah satunya datang dari Ketua MPR RI, Bambang Seosatyo, termasuk Jenderal TNI Purnawirawan Try Sutrisno.
“Terwujudnya Hari Juang Polri, karena dukungan penuh dari banyak pihak khususnya para Kapolri pada masanya, tokoh serta pakar sejarah, akademisi, hingga pelaku-pelaku saksi-saksi sejarah lainnya. Terima kasih kepada Kapolri dan semua pihak yang mendukung terwujudkan Hari Juang Polri,” ungkap Arif menutup wawancara. nik