Menangkap Peluang Wisata Halal

image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint
Gubernur Zainul Majdi saat bicara dalam seminar Destinasi halal di Mataram, Kamis 17 Maret
Gubernur NTB, Zainul Majdi saat bicara di seminar Destinasi Pariwisata Halal di Mataram

 

MATARAM – lombokjournal.com

 

Warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mayoritas Islam, mempunyai potensi besar mengembangkan destinasi wisata halal. Apalagi sejak dikukuhkannya Lombok sebagai  Destination dan World Best Halal Honeymoon Destinantion di ajang The World Halal Travel Summit/Exibition yang berlangsung di Uni Emirat Arab, bulan Februari 2015.

“Kalau punya potensi itu, kenapa tidak kita kembangkan (menjadi branding) pariwisata kita,” kata Gubernur NTB, TGH M. Zainul Majdi, waktu membuka seminar ‘Daya Tarik Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Halal Dunia’ di Hotel Lombok Raya Mataram,Kamis (17/03).
Meski branding destinasi halal itu baru pada level Award Abu Dhabi, tapi sudah menarik kunjungan wisatawan dari negara yang penduduknya muslim. Terbukti, Lombok saat ini mulai menarik minat kunjungan wisatawan Malaysia. Gubernur berharap semua pihak bekerjasama mengembangkan pariwisata halal.

Gubernur menghimbau, semua pihak bersama-sama memulai aksi yang konkrit. “Kita harus memulai aksi, jangan terlalu banyak diskusi,” katanya.

Pariwisata, menurut gubernur, banyak manfaatnya sedikit mudaratnya. Sebab pembangunan mendorong semua orang menciptakan hidup damai, aman dan nyaman. Perjumpaan orang baik secara alami atau melalui perjalanan yang direncanakan, memungkinkan persinggungan antar orang yang berbeda. “Pengalaman itu menciptakan cara pandang lebih baik tentang keberagaman,” ungkap gubernur. Memahami keberagaman itu sebagai peluang meningkatkan kualitas hidup, tambahnya.

Hal itu sesuai visi NTB yang bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya. Kualitas manusia bukan ditentukan banyaknya infrastruktur yang dibangun, atau bukan banyaknya para sarjanan dan doktor yang ada. “Bagaimana seluruh warga NTB memahami keragaman untuk meningkatkan kualitas kemanusiaannya,” tegas gubernur.
Pembangunan pariwisata, langsung atau tidak, menjadikan generasi muda NTB siap mengadopsin nilai-nilai perubahan. “Karena itu hentikan perdebatan tentang mudaratnya pariwisata,” himbaunya.

Malu Soal Kebersihan
Di tengah berlangsungnya seminar, Gubernur Zainul Majdi mengaku malu saat disinggung masih sedikitnya fasilitas sanitasi di resort wisata. Ini bermula dari pertanyaan seorang pelajar, tentang resort wisata yang belum menyiapkan toilet yang layak.

Menteri Pariwisata, Arif Yahya, sempat menyinggung suatu daerah yang penduduknya mayoritas muslim mestinya peduli kebersihan lingkungannya. Sebab Islam mengajarkan “kebersihan sebagian dari iman.” “Kementerian Pariwisata siap membangun 10 toilet percontohan yang dikelola UMKM,” kata Menteri Pariwisata, Arif Yahya.

Saat diberi kesempatan bicara oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya, terus terang gubernur mengaku malu. Di satu pihak NTB bicara besar tentang pembangunan pariwisata tapi di sisi lain soal penyediaan toilet di resort wisata.saja belum beres. “Saya tadi menunduk karena saya malu, kalau sampai seorang menteri bicara soal toilet (di resor wisata) di Lombok,” kata gubernur.

Menurutnya, soal-soal kecil itu tak akan terjadi kalau kebijakan provinsi didukung pihak kabupaten/kota. Sebab yang menikmati manfaat kemajuan pariwisata adalah kabupaten kota.

“Dari bermilyar-milyar pemasukan dari pariwisata, sedikit pun tidak masuk dalam APBD provinsi. Mestinya soal toilet atau sampah itu tanggung jawab kabupaten/kota,” kata gubernur, sambil menyayangkan pernyataan seorang bupati bahwa pariwisata tak ada gunanya. Pernyataan itu meremehkan pekerjaan warganya, tambah gubernur.
“Tak usahlah pak menteri memikirkan soal toilet. Lebih baik ngurus yang besar-besar. Sebab soal pembenahan resort wisata itu sudah menjadi komitmen kami,” kata gubernur.
(Ka-eS)