Meski sebagian pelaku pariwisata mengatakan mampu mendongkrak tingkat hunian kamar hotel, tapi sebagian lainnya jusatru merasa dirugikan.
MATARAM.lombokjournal.com – Meski konsep Lombok Sumbawa Great Sale dianggap terobosan menghadapi musim sepi tamu atau low season, tapi karena pelaksanaannya mendadak jadi terkesan dipaksakan.
“Mestinya bulan promosi itu sasarannya tamu yang belum datang ke Lombok atau Sumbawa. Kalau pasang spanduk atau baliho di bandara atau hotel, itu bisa merugikan,” kata seorang pengajar pariwisata di Universitas Mataram, Senin (20/2).
Diceritakan, pada pertengahan bulan Februari sebuah hotel di Mataram sudah menerima reservasi untuk pertemuan sebuah lembaga asosiasi swasta. Pada saat kegiatan berlangsung, harga yang disepakati harus berubah karena di bandara panitia penyelenggara itu mengetahui adanya ‘bulan diskon pariwisata’,.
“Apa boleh buat, hotel yang bersangkutan harus menurunkan harga yang sudah disepakati,” katanya.
Mestinya program diskon pariwisata itu dijual jauh hari, misalnya untuk tahun depan sudah dirancang sekarang. Tamu didatangkan melalui paket, bukan setelah tiba di Lombok baru tahu ada diskon.
“Diskon itu kan untuk promosi tamu supaya datang. Kalau yang sudah datang kan tidak perlu lagi promosi,” katanya. Pemasangan spanduk atau baliho di bandara atau hotel itu tidak perlu, kilahnya.
General Manager Hotel Lombok Raya, I Gusti Lanang Patra, juga mengungkapkan hal senada. “Bulan diskon wisata itu mestinya untuk menjual paket murah wisata ke Lombok, Paket murah itu jadi daya tarik,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (20/2) siang.
Lanang Patra yang berpengalaman di pariwisata lebih dari 30 tahun itu mengungkapkan, bulan diskon itu sebenarnya konsep lama. Selain menyiasati low season sekaligus mempromosikan Lombok atau NTB. Tamu dibujuk dengan paket murah, mulai dari airlane, hotel, restoran, sarana pendukung pariwisata lainnya, termasuk biro perjalanan.
“Daripada mereka ke Menado, Jogja, Jakarta, Batam, atau Sumatra, kita alihkan perjalanannya ke Lombok. Bagi usaha pariwisata,paket murah itu juga tidak rugi-rugi amat,” tutur Lanang.
Ditegaskannya, Lombok Sumbawa Great Sale prinsipnya mendatangkan tamu yang sebelumnya belum punya renncana ke Lombok. Dan itu tidak bisa dilakukan mendadak tapi dengan strategi yang matang, dan jelas sasarannya.
Lanang yang sudah puluhan tahun mengelola hotel di kota, menolak berkomentar kalau ada yang mengatakan tingkat hunian hotel di kota yang biasanya 40-50 persen di musim low season meningkat sejak Great Sale menjadi 80-85 persen.
“Kalau musim sepi seperti sekarang baru terasa, hotel-hotel yang dibangun di kota sudah terlalu banyak,” kata Lanang sambil tersenyum.
Gra