Kursi Roda Elektrik untuk Pensiunan PNS Difabel di Lotim 

Rachmat Hidayat berbagi kebahagiaan di Bulan Suci Ramadhan 

Rachmat Hidayat ((kiri) membantu kursi roda pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) difabel di Dusun Mekar Baru di Desa Sikur, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, Sabtu (02/04/23) / Foto: Me
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Kai ini pensiuan PNS difabel di Lombok Timur mendapat bantuan kursi roda elektrik dari Rachmat Hidayat

LOTIM.LombokJournal.com ~ Kursi roda elektrik disalurkan Rachmat Hidayat untuk pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) difabel di Dusun Mekar Baru di Desa Sikur, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, Sabtu (02/04/23).

BACA JUGA: Sekda NTB Buka Pesona Khazanah Ramadhan

Rachmat Hidayat serahkan bantuan kursi roda elektrik ke Budi Cahyono

Di Dusun Mekar Baru, anggota Komisi VIII DPR RI dari PDI Perjuangan NTB itu membesuk Budi Cahyono, pensiunan auditor di Inspektorat Kota Mataram, yang kini tidak bisa berjalan lagi.

Rachmat membawa bantuan kursi roda elektrik untuk aparatur sipil negara yang purna tugas tahun 2017. Dan ia menyerahkan langsung kepada salah satu tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakat Desa Sikur itu.

Ia tegaskan, bantuan kursi roda ini adalah murni aksi kemanusiaan. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik.

BACA JUGA : NTB Masuk Dua Kategori 10 Besar Anugerah Tinarbuka

“Hanya dengan keihklasan dan tanpa mengharapkan pamrih apa pun, aksi kemanusiaan ini akan menjadi bermakna untuk kita semua,” kata Rachmat.

Rachmat menghubungi Kementerian Sosial dan meminta dikirimkan kursi roda elektrik sebagai bagian dari program aspirasinya sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI.

Itu dilakukan saat Rachmat  mendapat informasi tentang kondisi kesehatan Budi Cahyono. Kursi roda elektrik pun dikirim Kemensos ke Mataram.

“Dengan kursi roda elektrik ini, Budi Cahyono kini bisa lebih mandiri dalam beraktivitas, lebih-lebih dalam beribadah,” ujar Rachmat.

Ia mengaku, bantuan itu wujud penghormatan atas seluruh dedikasi, jasa, dan pengabdian yang diberikan untuk pembangunan daerah.

“Bantuan ini tak akan pernah sebanding dengan dedikasi dan pengabdian yang sudah beliau berikan untuk daerahnya,” ucap Rachmat.

BACA JUGA: Gubernur Zulkieflimansyah Sapa Warga Desa di Kabupaten Bima

Di antara keluarga Budi Cahyono yag enyambut kedatangan Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini, antara lain H Murjoko dan Prof Yusuf Akhyar Sutaryono, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram. 

Ada pula istri Budi Cahyono, Sri Ningsun beserta anak-anaknya.

Budi Cahyono merupakan Aparatur Sipil Negara dari kaum difabel. Semenjak usia dua tahun, pria kelahiran 1957 tersebut  menderita polio. Kaki kirinya tidak bisa berjalan. Sehingga dalam beraktivitas sehari-hari, termasuk selama berdinas sebagai pegawai negeri selama 34 tahun, Budi Cahyono harus menggunakan tongkat.

Kekurangan yang dideritanya tersebut, tak menjadi penghalang Budi Cahyono untuk berdikari. Rachmat yang mengenal Budi Cahyono semenjak kecil tahu persis, bagaimana gigihnya Budi Cahyono menempuh pendidikan. 

Tak sekalipun Budi Cahyono minder dengan kondisi fisiknya yang kekurangan.

Budi Cahyono tak pernah mengeluh, ikhlas menerima kondisinya. Rachmat melihat Budi Cahyono memiiki semangat melebihi yang memiliki fisik normal. 

Sehingga, Budi Cahyono pun mampu menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Selepas menamatkan studinya di perguruan tinggi negeri terbesar, Budi Cahyono kemudian berkarir di pemerintahan. Pengangkatannya sebagai PNS diawali dengan penempatan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

 Seiring dengan berlakunya Otonomi Daerah, Budi Cahyono kemudian berpindah status kepegawaian dari pegawai pusat menjadi pegawai daerah dengan penempatan di Inspektorat Kota Mataram.

Selama 34 tahun berdinas, Budi Cahyono purna tugas tahun 2017 sebagai auditor dalam usia 60 tahun. Seiring usia, pria yang aktif berkecimpug pada organisasi Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia tersebut enam bulan lalu diserang stroke.Itu membuatnya tidak bisa berjalan.

Rachmat  menghampiri dan menyalami Budi Cahyono dengan hangat. Ia menyilahkan tim dari Sentra Paramita Mataram, unit kerja milik Kementerian Sosial di NTB, membawa masuk kursi roda elektrik untuk Budi Cahyono. 

Kustadi, perwakilan Tim Sentra Paramita Mataram kemudian menjelaskan bagaimana kursi roda elektrik tersebut dioperasikan. Tubuh Budi Cahyono pun diangkat dan didudukkan di atas kursi roda elektrik yang harganya mencapai Rp 27 juta tiap unitnya tersebut.

Budi Cahyono kemudian mempraktikkan langsung pengoperasiannya. Hanya butuh sebentar baginya untuk kemudian mengakrabi berbagai fitur canggih yang memudahkan pengguna mengoperasikan secara mandiri kursi roda tersebut. 

Budi Cahyono pun kini leluasa keluar masuk rumah hingga ke kamar, tanpa harus mendapat bantuan dari orang lain. Ia megaku sangat bersyukur.

Ssebelumnya ia menggunakan kursi roda manual. Dengan kursi roda elektrik itu akan mengantarnya untuk menunaikan ibadah salat berjamaah lima waktu, salat Jumat, dan juga salat tarawih selama bulan Ramadhan di masjid yang berjarak 300 meter dari rumahnya.

Mewakili keluarga, Prof Yusuf Akhyar Sutaryono, menyampaikan ucapan terima kasih dan memberi apresiasi atas perhatian yang sudah diberikan Rachmat kepada saudara sepupunya Budi Cahyono.

“Kami sungguh terharu. Beliau Pak Rachmat, tidak pernah lupa pada kami dan keluarga. Kursi roda elektrik ini akan sangat membantu sekali bagi saudara kami,” ucap Yusuf Akhyar.

rof Oyon, begitu dirinya karib disapa, mengungkapkan bahwa Budi Cahyono adalah penyandang disabilitas yang sangat mandiri.

BACA JUGA: Operasi Pasar untuk Stabilisasi Harga Selama Ramadhan

Diceritakan, sewaktu masih kanak-kanak, dengan kondisi fisik yang terbatas, Budi Cahyono bisa ikut bermain bola bersama teman-teman sebaya mereka.

“Doa kami dan seluruh keluarga agar Allah memberi balasan terbaik untuk seluruh perhatian dan bantuan yang telah diberikan Pak Rachmat kepada kami dan seluruh masyarakat NTB,” kata Prof Oyon.***