Komunikasi Profetik, Materi Kuliah Agus Purbathin Hadi

Istilah baru dalam khazanah ilmu komunikasi, yang terkait erat dengan etika atau segala sesuatu yang besifat etis

Komunikasi bisnis memainkan peran yang cukup penting dalam manajemen tim,
Agus Purbathin Hadi dan Agus K Saputra dalam satu acara bedah buku sastra / Foto : dok ags
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Agus Purbathin Hadi membicarakan komunikasi profetik, merupakan kerangka baru dalam ilmu komunikasi dengan perspektif Islam 

Komunikasi bisnis memainkan peran yang cukup penting dalam manajemen tim,
Catatan Manajemen: Agus K Saputra

LombokJournal.com ~ Akhirnya bisa bertemu dengan Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram, Agus Purbathin Hadi. Senior dan “guru” menulis saya. Saat di SMA dan Kampus. 

“Saya homebase di Prodi Ilmu Komunikasi. Gedungnya di sebelah Rektorat, arah pintu ke luar, belakang ATM Bersama. Silakan datang kapan sempatnya. Saya di kampus dari jam 8, dan jam 4 sore saya olahraga pernafasan,” kata Agus Purbathin Hadi 

Begitulah kak Agus merinci detil tempat pertemuannya. Sebagaimana tulisan-tulisan lepasnya, senantiasa menggambarkan suasana sehingga membuat kita sebagai pembaca serasa hadir di tempat tersebut.

Materi “kuliah” apa yang saya dapatkan hari ini? Salah satunya tentang Komunikasi Profetik. Apa itu? 

BACA JUGA : Monitoring dan Evaluasi, Hal Penting dalam Mengelola Bisnis 

Komunikasi profetik merupakan istilah baru dalam khazanah ilmu komunikasi. Mengacu pada pola komunikasi kenabian Rasulullah Muhammad SAW yang sarat dengan kandungan nilai dan etika. 

Dan menjadi kerangka baru praktik ilmu dalam perspektif lslam yang terintegrasi dengan kajian ilmu komunikasi yang sudah berkembang sebelumnya.

Melansir Kompas.com, Feri Purnama dalam buku Jurnalisme Profetik (2023), kata profetik didasarkan pada peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Kata profetik erat kaitannya dengan etika atau segala sesuatu yang besifat etis. Profetik tidak termasuk kategori ilmu, apalagi terapan.

Profetik adalah kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah, untuk mengangkat derajat hidup manusia, juga memanusiakan manusia. Kata tersebut juga mengacu pada kesadaran para nabi untuk membebaskan manusia dan membawa semua manusia beriman kepada Tuhan.

Dikutip dari situs Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, yang disebut itu merupakan jenis komunikasi yang mengacu pada pola komunikasi Nabi Rasulullah Muhammad SAW, yang kental dengan etika dan nilai moralnya. 

Pada intinya merupakan kerangka baru dalam ilmu komunikasi yang menggunakan perspektif Islam. 

Menyebut Abdul Rasyid Ridho (Komunikasi Profetik Qur’ani, 2021), komunikasi profetik merupakan pengembangan dari konsep ilmu sosial profetik (ISP) yang pernah digagas oleh Kuntowijoyo. 

Dalam Harian Republika tanggal 7-9 Agustus 1997, Kuntowijoyo menulis gagasannya tentang ISP dengan judul Menuju Ilmu Sosial Profetik. Sekitar pertengahan tahun 1980-an Kuntowijoyo sering sekali mendiskusikan gagasan ISP pada berbagai kesempatan diskusi. Pada mula gagasan ini telah ditulis dalam karya Kuntowijoyo yang sangat monumental yakni Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi tahun 1991.

Paradigma ISP ini berasal dari tafsir al-Qur’an yang berbunyi: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran/3: 110). Kuntowijoyo menyerap ayat tersebut secara filosofi yakni masyarakat utama (khairu ummah), kesadaran sejarah (ukhrijat linnas), liberasi (amar ma’ruf), humanisasi (nahi mungkar), dan transendensi (al-iman billah). 

Ide ISP menurut Kuntowijoyo bersumber dari berbagai tulisan Muhammad Iqbal dan Roger Geraudy lalu mengambil spirit realitas kenabian (prophetic reality) yang telah diusung oleh tokoh tersebut. Sehingga ISP yang diusung oleh Kuntowijoyo ini bisa menjadi penyeimbang paradigma ilmu sosial yang berkembang sekarang.

Konsep yang dikemukakan Kuntowijoyo dalam ilmu sosial profetik itu meliputi tiga hal yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. 

Humanisasi merupakan upaya untuk mengembalikan hakikat kepada kodratnya. Sedangkan liberasi adalah usaha pembebasan manusia dari struktur sosial yang tidak adil dan tidak memihak rakyat lemah. 

BACA JUGA : Ary Juliyant, Melawan “Aroes” Besar Musik Industri

Keduanya antara humanisasi dan liberasi harus dilakukan karena sebagai manifestasi keimanan kepada Tuhan karena memang Tuhan memerintahkan manusia menata kehidupan sosial secara adil. Adapun transendensi adalah upaya mengembalikan fitrah manusia yang sesuai dengan agama.

Bagi saya, Komunikasi Profetik sebagai tambahan penguatan yang sangat penting. Dari apa yang saya urai dalam diskusi awal: Komunikasi dengan Sang Pencipta. Sebagai hidden strategy dalam menjalankan roda bisnis/usaha. 

Dalam praktik menjalankan bisnis perusahaan, maka pilar komunikasi (bisnis) saya tempatkan di urutan pertama. Dengan empat item turunan penting yaitu komunikasi:

  • dengan team kerja/internal
  • dengan mitra/pelanggan/eksternal
  • dengan sang pencipta sebagai hidden strategy
  • dengan diri sendiri/kontemplasi sebagai wujud syukur

Sebagaimana kita ketahui bersama. Tujuan utama untuk bisnis adalah menyampaikan informasi secara efektif, memastikan kejelasan dan pemahaman di antara semua pemangku kepentingan. 

Komunikasi bisnis memainkan peran yang cukup penting dalam manajemen tim, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, kolaborasi, dan yang terpenting, dalam mencapai tujuan bisnis Anda secara keseluruhan. Dan merupakan landasan dari sebuah mesin yang berfungsi dengan baik. Akan membantu mencegah kesalahpahaman, menyederhanakan proses, menumbuhkan budaya tempat kerja yang positif, dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis secara keseluruhan.

BACA JUGA : Event Organizer, Harus Pelihara Karakter dan Jaga Kepercayaan

Mengutip www.broadly.com untuk saat ini, mari kita lihat. Manfaat dari komunikasi internal yang efektif, sebagai berikut:

  • Keterlibatan yang Lebih Baik: Karyawan yang terlibat secara emosional terlibat dalam pekerjaan mereka. Dan efektif mendorong keterlibatan dengan membuat karyawan tetap terinformasi dan terhubung dengan misi organisasi.
  • Peningkatan Semangat Kerja: Ketika karyawan merasa mendapat informasi dan didengarkan dengan baik, semangat kerja akan meningkat pesat. Budaya tempat kerja yang positif, yang diperkuat melalui saluran yang efektif, akan menghasilkan kepuasan kerja yang lebih besar.
  • Kolaborasi yang Lebih Baik: Tim yang berkomunikasi secara efektif berbagi ide, memberikan umpan balik yang membangun, dan bekerja dengan lancar menuju tujuan bersama.
  • Lebih Sedikit Konflik: Miskomunikasi merupakan tempat berkembang biaknya konflik. Ketika berlangsung transparansi, kesalahpahaman dapat diminimalkan, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya konflik.
  • Penurunan Pergantian Karyawan: Karyawan cenderung bertahan di organisasi tempat mereka merasa dihargai dan terhubung. Saluran informasi yang efektif berkontribusi pada lingkungan tempat kerja yang positif, yang berujung pada penurunan pergantian karyawan.
  • Peningkatan Layanan Pelanggan: Komunikasi eksternal sering kali mencerminkan apa yang berlangsung di internal. Karyawan yang memahami peran mereka dan merasa didukung lebih siap untuk memberikan layanan pelanggan yang sangat baik, sehingga menciptakan citra positif bagi perusahaan.

Jika Anda menyukai statistik, Anda juga akan menyukai bagian ini. Mari kita lihat beberapa fakta komunikasi bisnis internal yang paling menarik (Sumber: Kristina Martic dalam Haiilo).60% perusahaan  tidak memiliki strategi jangka panjang untuk komunikasi internal mereka

  1. Hanya  13% karyawan  yang menggunakan intranet mereka setiap hari
  2. 74% karyawan  merasa kehilangan berita perusahaan
  3. 72% karyawan  tidak memiliki pemahaman penuh tentang strategi perusahaan
  4. 87% orang menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi di tempat kerja setidaknya sekali seminggu
  5. Produktivitas karyawan meningkat sebesar  20 hingga 25%  di organisasi yang karyawannya saling terhubung
  6. 38% perusahaan mengalami peningkatan jumlah karyawan jarak jauh
  7. Hanya  23% eksekutif  yang mengatakan bahwa perusahaan mereka sangat baik dalam menyelaraskan tujuan karyawan dengan tujuan perusahaan
  8. 60% orang menghadapi krisis setidaknya sebulan sekali karena masalah komunikasi
  9. 29% karyawan  mengatakan bahwa komunikasi bisnis internal yang buruk adalah alasan kegagalan proyek
  10. Hanya  40% profesional IC  yang percaya bahwa karyawan memahami “dengan baik” atau “sangat baik” kontribusi yang mereka berikan terhadap strategi organisasi mereka
  11. 62% email  yang diterima karyawan tidak penting
  12. 60,8% karyawan mengatakan mereka kadang-kadang atau sering mengabaikan email di tempat kerja
  13. 47,7% karyawan mengatakan bahwa menerima lebih sedikit email di tempat kerja kemungkinan akan meningkatkan kebahagiaan mereka
  14. Karyawan  75% lebih cenderung menonton video daripada membaca teks
  15. Hanya 24% profesional IC  yang menganggap mereka menggunakan saluran komunikasi mereka secara efektif
  16. Organisasi dengan program perubahan dan komunikasi yang efektif memiliki  kemungkinan 3,5 kali  lebih besar untuk mengungguli rekan-rekannya
  17. 28% pemimpin  melaporkan komunikasi yang buruk sebagai penyebab utama kegagalan penyelesaian proyek dalam jangka waktu awal
  18. 77% karyawan menaruh ponsel mereka di dekat tempat kerja
  19. Hanya  17% pengusaha yang menganggap manajer lini adalah komunikator yang baik

“Menurut saya, sebaiknya komunikasi dengan sang pencipta berada di urutan pertama. Bukankah pertemuan kita saat ini bagian dari Qada dan Qadar-Nya,” saran kak Agus di akhir pertemuan. ***