“Perbaikan yang perlu dilakukan adalah memberian edukasi kepada masyarakat bahwa Covid-19 ini adalah penyakit yang berbahaya karena dapat menularkan secara cepat,” kata Ketua IDI Mataram, dr Rehadi Sp.BS
MATARAM.lombokjournal.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Mataram memanggil dr. Lalu Herman Mahaputra, Direktur RSUD Mataram, terkait konten videonya yang viral pada chanel You Tube “Jalan Tengah’, di Sekretariat IDI Cabang Mataram, Sennin (08/06/20).
Dalam pertemuan yang berlangsung sejak jam 11.00 sampai jam 12.00 Wita itu, secara pribadi dr Herman Mahaputra secara pribadi miinta maaf pada teman sejawat dan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, dan mengaku khilaf dalam pernyataan atas konten video tersebut.
Demikian press release yang dikirimkan IDI Mataram yang diterima Lombok Journal, Senin (08/06/20).
Di hadapan tim ahli IDI Kota Mataram, dr Herman mengakui Video tersebut dibuat untuk mengurangi kecemasan masyarakat yang ada di NTB.
Tapi dalam penyampaiannya banyak teman sejawat yang tidak sependapat.
“Perbaikan yang perlu dilakukan adalah memberian edukasi kepada masyarakat bahwa Covid-19 ini adalah penyakit yang berbahaya karena dapat menularkan secara cepat,” kata Ketua IDI Mataram, dr Rehadi Sp.BS dalam release-nya.
Menurut Rehadi, prediksi kasus Covid-19 di NTB yang dilakukan oleh FK Unram dan Tim Epidemiologi, diperkirakan puncak virus ini pada bulan Agustus 2020 dengan jumlah kasus 5000.
Dengan kebijakan ketat (social distancing, pembatasan masuk melalui jalur darat, udara, aut dan lainnya), puncak kasus diperkiraan maju ke bulan Juli dengan jumlah kasus 2800.
“Hal yang dibutuhkan adalah tetap melakukan pembatasan dengan mematuhi protokol yang tetap dilakukan pemerintah untuk menurunkan kasus Covid-19,” jelasnya.
Kasus di NTB 80 persen pasien bergejala ringan atau OTG, 15 persen sedang-berat, 5 persen berbahaya yang membutuhkan alat bantu nafas.
“Pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan memiliki komorbid dapat menimbulkan reaksi yang lebih berbahaya,” katanya.
Dikatakan, temuan hasil otopsi pasien Covid-19 sebagaian besar memiliki Komorbid. Hasil otopssi menunjukkan diffuse alveolar damage, thrombosis, alveolar exudates, myocarditis.
Ditegaskan, pasien yang meninggal karena Covid-19 harus tetap mengikuti protokol pemakaman yang ditetapkan Satgas Covid-19 daan Kemenkes RI.
Terapi bahagia
Terkait terapi ‘bahagia’yang ditekankan dr Herman Mahaputra dalam videonya, ditekankan bukan merupakan terapi utama
Penerapan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) melalui terapi bahagia bukan merupakan terapi utama.
Terapi bahagia itu haya sebagai terapi adjuvant (tambahan) sehingga fsik pasien merupakan target utama penyembuhan pada pasien positif Covid-19.
Rehadi menekankan, Pandemic Covid-19 msih baru mulai, dampaknya bukan hanya di sisi kesehatan, melainkan semua aspek (ideology, Konomi, social, hukum, pertahanan dan lainnya).
“Bijaklah kita sebelum berkomunikasi karena banyak aspek yang kita pertimbangkan,” tegas Rehadi.
Menurutnya, pembahasan ‘new normal’ belum dilakukan di Mataram. Harus disiapkan beberapa tahapan sebelum benar-benar diterapkan.
“Masukan kesehatan dari beberapa pakar terkait penanggulangan Covid perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah,” harap Rehadi.
Rr