Umum  

Hanya Di NTB, Tarawih Dengan Qira’at Imam Yang Berbeda-beda, Tapi Dapat Pujian Ahli Qira’at Libanon

TARAWIH DI ISLAMIC CENTER MATARAM. "Mengagumi masyarakat NTB setelah menyaksikan pelaksanaan sholat tarawih yang berlangsung di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center selama bulan Ramadhan." (foto: Ist)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Baru ditemui hanya di NTB, imam sholat tarawih diminta mengimami dengan qira’at berbeda-beda. Tapi itu justru membuat ahli qira’at asal Libanon jadi mengagumi NTB

MATARAM.lombokjournal.com —  Ahli qira’at asal Libanon itu adalah Prof. Dr. Khalid Barakat, yang mengungkapkan kekagumannya usai diterima Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi di Pendopo Gubernur, Jum’at (16/06).

“Ini merupakan kepeloporan yang bagus. Maksudnya adalah agar umat Islam itu mengapresiasi perbedaan,” kata Syaikh Khalid yang datang bersama Prof. Dr. Muhammad Nasir Allabba, usai  diterima Gubernur NTB.

Syaikh Khalid Barakat, seorang pemimpin para ahli qira’at  Libanon, mengagumi masyarakat NTB setelah menyaksikan pelaksanaan sholat tarawih yang berlangsung di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center selama bulan Ramadhan ini.

Syaikh  Khalid sendiri telah mengimami sholat tarawih di berbagai negara di dunia, seperti Amerika, Inggris, Australia, Perancis dan beberapa negara lainnya. Ia mengaku, selama  mengimami sholat tarawih di NTB, satu kesan yang sangat menarik dan belum pernah ditemukan di negara-negara lain  adalah ia diminta mengimani shalat Tarawih  dengan bacaan yang berbeda- beda.

“Itu hanya terjadi di NTB,” katanya.

Gubernur NTB yang akrab disapa TGB menceritakan kesan positif dan kekaguman Syaikh asal Libanon terhadap umat islam di NTB yang mampu mengapresiasi perbedaan. Artinya, pelaksaan sholat tarawih dengan qira’at imam yang berbeda-beda, mengisyaratkan pelaksanaan ibadah selama ini tidak satu cara yang memonopoli kebenaran.

Menurut TGB, banyak hal lain juga diamalkan dan berlaku di seluruh penjuru dunia Islam, yang juga merupakan praktek yang benar.

“Sehingga,  kita tidak mudah menyalahkan pihak lain, tidak mudah menganggap diri kita lebih baik dari yang lain dan kita lebih mengapresiasi perbedaan,” jelas TGB.

TGB menginginkan Islamic Center ini berfungsi sebagai salah satu kekayaan peradaban Islam untuk kemanusiaan. “Ini yang harus kita tunjukkan,” harap TGB.

AYA