Umum  

Hadapi Kekeringan, TGB Minta Mobilisasi Air Bersih Ditingkatkan

Ilustrasi KEKERINGAN DI NTB. Gubernur Majdi BPBD melakukan mobilisasi mobil tangki ke daerah-daerah terdampak. (Foto: Ist)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Mengantisipasi ancaman kekeringan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diminta perkuat kapasitas, dan perbesar alokasi anggaran

TGH M Zainul Majdi (Foto: Dok Humas NTB)

MATARAM.lombokjournal.com  — Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) minta mobilisasi distribusi air bersih lebih ditingkatkan, khususnya bagi daerah-daerah yang mengalami kekeringan.

TGB menyampaikan, cuaca saat ini terkadang tidak bisa diprediksi. “Kekeringan dari waktu ke waktu melanda termasuk perubahan cuaca ini kan kita tidak bisa kita prediksi, seminggu hujan, terus tiba-tiba kemarau,” ujar TGB di Mataram, NTB, Senin (14/8).

Pemprov NTB dan BPBD NTB memiliki jadwal penanganan rutin terhadap beberapa daerah yang kerap dilanda kekeringan. Namun, belum seluruh wilayah bisa diantisipasi dengan pembangunan sumur bor atau sarana irigasi yang baru.

“Kita tangani dengan melakukan mobilisasi mobil tangki ke daerah-daerah terdampak,” lanjut TGB.

Atas peningkatan intensitas kekeringan di NTB tiap tahunnya, BPBD NTB dimintanya lebih maksimal melakukan antisipasi.

“Saya harap BPBD NTB bisa memperkuat kapasitas, dan perbesar alokasi anggaran untuk ini,” kata TGB.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan rekapitulasi bencana kekeringan yang melanda NTB selama 2017. Kepala BPBD NTB Muhammad Rum menyampaikan, dari 10 kabupaten/kota di NTB, hanya Kota Mataram yang tidak terdampak kekeringan.

Tercatat bencana kekeringan selama tahun melanda 818 desa yang berada di 71 kecamatan di yang ada di 9 kabupaten/kota di NTB.

Rum mengatakan, dari hasil rekapitulasi tersebut, terdapat 640.048 jiwa dari 127.940 kepala keluarga yang ada di NTB  terdampak kekeringan.

Rum minta BPBD kabupaten/kota untuk melakukan upaya jangka pendek dengan droping air bersih.

“Tapi untuk program menengah dan panjang, cari langkah yang dibutuhkan untuk selesaikan masalah ini sehingga jangan setiap tahun kita droping air terus,” ujar Rum.

Rum menambahkan, BPBD kabupaten/kota meminta anggaran untuk membuat sumur bor untuk mengantisipasi kekeringan pada masa mendatang. Menurut Rum, hal ini memungkinkan dilakukan dengan sinergitas antara BPBD kabupaten/kota, provinsi, dan juga pusat.

Langkah yang lain, kata Rum, memanfaatkan keberadaan bendungan-bendungan besar yang ada di NTB dengan menarik pipanisasi dan bekerja sama dengan PDAM. Nantinya, PDAM akan melakukan pengolahan ini untuk meneruskan air ke rumah-rumah penduduk.

Rum memaparkan, bencana kekeringan yang melanda NTB tidak lepas dari masifnya kerusakan hutan. Kondisi hutan di NTB dikatakannya sudah.

Saat musim kemarau, hutan berperan penting sebagai wadah menyimpan air. Namun, saat ini hal itu tidak berjalan maksimal. “Saat ini banyak sumber air yang debitnya terus menurun drastis bahkan sampai 40 persen akibat tidak terpeliharanya hutan,” ungkapnya.

Sekarang pohon-pohon di hutan sudah tumbang karena illegal loging. “Saat musim hujan kita kebanjiran, ketika kemarau kita kekeringan,” kata Rum.

AYA/hms