Buang sampah sembarangan merusak ekosistem laut, sehingga mempengaruhi kelestarian penyu
MATARAM.lombokjournal.com ––
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc. bersama UMKM Pariwisata, melepas penyu sekaligus bersih-bersih pantai, hari Minggu (07/03/21), di tempat pelestarian penyu pantai Mapak Indah, Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram.
Kata Gubernur, dengan melepas penyu ke alam bebas akan menjaga ekosistemnya, dan penyu terus berkembang biak.
Keberhasilan konservasi penyu dan perkembangbiakannya, menurutnya, menandakan kelestarian lingkungan di sekitar terjaga dan terawat baik.
“Dengan beranak pinaknya anak penyu, menjadi sinyal berhasil atau tidak kita menjaga dan merawat kelestarian alam ini,” kata Gubernur.
Dikatakan, kegiatan ini (pelestarian penyu) juga menjadi wahana edukasi yang sangat menarik bagaimana menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, khususnya bagi anak-anak.
Pengalaman menarik seperti ini, membuat mereka memahami, bersahabat dengan lingkungan seperti penangkaran dan pelepasan penyu merupakan bagian dari budaya hidup dan kehidupan di masa depan.
“Merekalah generasi penerus yang akan melestarikan alam ini,” harap Doktor Zul sapaan akrab Gubernur.
Doktor Zul menghimbau masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, dapat merusak ekosistem laut, sehingga mempengaruhi kelestarian penyu.
Baru-baru ini ada laporan masyarakat bahwa ada penyu mati karena memakan masker.
“Jangan membuang masker sembarangan, karena implikasinya juga binatang-binatang laut lainnya menjadi korban,” tutup Gubernur.
Serius Jaga Penyu
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Yusron Hadi, mengatakan kehadiran Gubernur NTB merupakan keseriusan menjaga kelestarian penyu Mapak.
NTB memiliki potensi konservasi penyu. Pantai mapak merupakan salah satu tempat penangkaran penyu di NTB.
Dari ratusan jenis dan ragam penyu yang ada di dunia, sekitar 5 jenisnya ada di NTB.
“ini yang harus terus kita lindungi, karena keberadaan penyu dengan proses kembangbiaknya di perairan laut kita, kegiatan konservasi perairan kita terukur dari itu,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, praktisi konservasi penyu Universitas Udayana, Windia Adyiana, mengaku bahwa Penyu Mapak merupakan jenis Penyu Lekang. Jenis ini tersebar luas di Indonesia, namun tidak begitu banyak.
Dijelaskannya, dari hasil konservasi penyu tahun 2020 lalu, jumlah sarang yang ditemukan ada 160 sarang, dengan jumlah penyu sebanyak 40-50 ekor. Untuk seekor penyu dapat bertelur sekitar 100-150 butir sekali telur.
Di perairan NTB ada beberapa jenis penyu, di antara ada penyu lekang, pipih dan hijau. Namun di beberapa tempat ditemukan juga penyu jenis lain namun sangat sedikit.
“Hanya 3 jenis penyu ini yang populasinya agak banyak dibanding yang lain,” pungkasnya.
Gotong royong dan pelepasan penyu diikuti kelompok masyarakat pengawas penyu, kelompok pariwisata Mataram Pokdarwis, kelompok pengawas pesisir laut dan masyarakat pengunjung pantai Mapak.
Rr