Golkar, Gerindra dan PDIP NTB Sejalan dalam Pilkada 2024

ilustrasi - Pilkada Serentak 2024 / IST

Ini prediksi MI6, baik Partai Golkar, Gerindra dan PDIP NTB, sudah saling memahami maksud menyongsong Pilkada 2024

MATARAM.lombokjournal.com ~ Kemesraan Politik antara Partai  Gerindra NTB , PDIP NTB dan Partai Golkar NTB diprediksi berlanjut  hingga Pilkada Serentak di NTB 2024. 

Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto mengatakan itu di Mataram, Sabtu (21/04/22)

Saat ini publik di NTB sudah melihat kemesraan hubungan politik  ketiga Parpol yang sudah satu chemestry, saling memahami maksud untuk menyongsong koalisi strategis dalam gelaran Pilkada 2024. 

Ibarat Three Musketeers, ketiga partai besar di NTB  sudah membuktikan power politiknya dalam merespon dinamika politik di NTB.  

Prediksi chemistri Golkar, Gerindra dan PDIP

Misalnya dalam perubahan AKD (Alat Kelengkapan Dewan) di DPRD NTB,  ketiga Parpol tersebut plus Parpol lain di luar parpol koalisi penguasa daerah, berhasil  merubah struktur susunan kepemimpinan AKD.

Dan itu tanpa perlawanan yang berarti dari Parpol koalisi Penguasa. 

Secara Politik, Mi6 memprediksi  akibat  insiden politik ini akan merepotkan Pemerintahan Zul-Rohmi ketika harus berurusan untuk mendapatkan legitimasi politisi oposisi Udayana yangg menguasai  unsur  pimpinan AKD itu.

BACA JUGA: Halal Industrial Park, Menyiapkan Ekosistem Kawasan Industri Halal

“Dalam konteks Politik ebih luas, diakui atau tidak, usai pertemuan tiga pucuk pimpinan Parpol yakni Mohan Roliskana dan H Bambang Kristiono di kediaman H Rachmat Hidayat  merupakan sinyal yang kuat, sekaligus test the water tiga parpol itu, untuk berjalan seiring untuk makin menguatkan politik kemanusiaan,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, SH. 

Menurut pria yang akrab disapa Didu ini, apabila kemesraan ketiga Parpol ini berlanjut hingga Pilkada serentak 2024, dipastikan akan ada sharing power politik dalam konstestasi Pilkada serentak di NTB, November 2024 mendatang. 

“Dukungan PDIP NTB untuk Rannya Agustyra Kristiono sebagai Calon DPD RI yang juga Puteri tercinta Petinggi Gerindra yakni H. Bambang Kristiono, harus dimaknai sebagai upaya untuk saling membesarkan dan saling memanusiakan secara politik,” ujar Didu. 

Langkah awal PDIP NTB yang mengusung Rannya Agustyra Kristiono sebagai sinyal awal membangun pondasi awal menuju  sharing power politik dalam arti yang sesungguhnya . 

Kapasitas dan performance yang dimiliki ketiga tokoh parpol itu sulit tidak konsisten meskipun sebatas obrolan tidak resmi. 

“Kabarnya paska pertemuan tiga tokoh di PM 15, ketiga tokoh parpol itu aktif berkomunikasi secara intensif untuk membahas dinamika sosial dan politik yang berkembang di NTB every day,” ungkap Didu

Platform dan Mapping Kekuasaan Politik

Terkait Platform politik menuju Pilkada serentak di NTB  2024 yang tinggal 2 tahun lagi, yang perlu digarisbawahi disini adalah bagaimana ketiga parpol itu mampu menemukan formula politik yang pas, terkait sharing power politik di setiap wilayah di kabupaten/kota di NTB. 

“Secara mapping Politik,  ketiga parpol tsb memiliki wilayah kekuasaan politik  berdasarkan hasil konstetasi pileg dan pilkada sebelumnya. Misalnya, Kota Mataram, Walikota dipegang Golkar yakni Mohan Roliskana dan Ketua DPRD Kota Mataram dipegang Golkar yakni Didi Sumardi. Peroleh Kursi Golkar di Pileg 2019 yakni 9 Kursi. PDIP NTB 5 Kursi dan Gerindra 6 Kursi,” ujarnya. 

Sementara itu, untuk Lombok Tengah, baik Kepala Daerah dan Ketua DPRD Loteng dipegang oleh Kader Gerindra, yakni Pathul Bahri dan M. Tauhid. Demikian juga untuk Kabupaten Sumbawa Barat, baik Bupati dan Ketua DPRD KSB dijabat oleh kader PDI Perjuangan, yakni Musyafirin dan Kahar. 

BACA JUGA: Kanal NTB Care Hadir, Dipuji Relawan Bumi Gora

Didu menambahkan, ketiga contoh wilayah kekuasaan politik yang dipegang parpol tersebut setidaknya akan menjadi pijakan untuk menentukan sinergitas menuju Pilkada NTB 2024, termasuk di kabupaten lain maupun Pilgub NTB.  

Tentu dengan tetap mengacu pada hasil perolehan kursi pileg 2024 sebagai tolok ukur utama menentukan posisi tawar, untuk papan satu dan papan dua. 

“Mi6 menyakini apabila koalisi taktis dan strategis ketiga Parpol ini terjadi akan menyederhanakan  prosedur dan pengambilan keputusan  politik lebih cepat, simple dan efisien dari sisi waktu, beaya maupun kepastian politik.  mengingat ketiga tokoh parpol tersebut memiliki decision maker yang kuat,” kata mantan eksekutif daerah Walhi NTB dua periode ini.

Didu menggarisbawahi, konstestasi Pilkada 2024 akan diwarnai dengan dinamika politik yang menarik. 

Salah satunya munculnya figur- Figur baru yang akan mengikuti konstestasi tersebut.

 Hal ini mencerminkan Pilkada masih menjadi daya pikat yang kuat sebagai kawah candradimuka sirkulasi kepemimpinan daerah pujaan hati Rakyat.(*)