Petani Kopi KLU Puya Prospek Cerah, Tapi Butuh Pembinaan

Para petai yang tergabung dalam IKM sektor pertanian kopi, khususnya kalangan ibu-ibu, tampak bersemangat mengikuti Festival Sangah Kupi 2020 yang melibatkan puluhan kelompok Industri Kecil Menengah (IKM) yang ada di tiap kecamatan di KLU, bulan Desember lalu. / Foto; Ast
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Salah satu masalah yang dihadapi para petani adalah masalah proses pengolahan, yang berpengaruh besar pada kualitas produk kopi

KLU.lombokjournal.com

Para petani di Lombok Utara mempunyai prospek cerah dalam mengembangkan produk pertaniannya, mengingat kopi asal Lombok Utara mulai banyak dikenal di luar daerah bahkan sampai ke luar negeri.

Puluhan kelompok industri menengah (IKM) yang ada di tiap kecamatan telah mendapat  perhatian dan pembinaan dari Dinas terkait Lombok Utara.

Meski pra petani kkopi di Lombok Utara cukup produktif, namun bukan berarti segalanya sudah berjalan baik. Beberapa permasalah yang menjadi kendala bukan pada kualitas biji kopi yang dipanen petani.

Permasalahan kopi di KLU bukan pada kualitas biji kopi yang dipanen petani, melainkan pada proses pengolahan dan pemasaran produk yang tidak memperhatikan standar pengolahan dan standar pengemasan yang dapat menggugah selera konsumen.

Misalnya dalam pemasaran produk, masih kurangnya promosi yang mengenalkan kopi setempat, atau jarang dilakukan even tertentu untuk lebih menampilkan keberadaan kopi lokal.

Karena itu, pertengahan bula Desember lalu Pemda KLU melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama Badan Promosi Pariwisata Daerah Lombok Utara gelar Festival Sangah Kupi 2020 dengan melibatkan puluhan kelompok Industri Kecil Menengah (IKM) yang ada di tiap kecamatan.

seain itu, kegiatan itu bisa mengundang partisipasi 17 IKM dan kelompok tani yang dilibatkan, dan dihadiri beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki konsentrasi pemberdayaan masyarakat berbasis IKM.

Bukan itu saja masalah itu saja, masalah lain yang menjadi kendala yang dihadapi para petani adalah masalah proses pengolahan.

Seperti diketahui, proses pengolahan berpengaruh besar pada kualitas produk kopi.

“Umumnya para petani belum memahami cara pengolahan kopi yang baik pasca panen. Mereka hanya mengandalkan cara-cara tradisional. Dan itu sangat mempengaruhi kualitas kopi,” kata Juniatan, yang selama ini membina kelompok petani di Santog, Kecamatan Kayangan, beberapa waktu lalu.

Juniatun bersama kelompoknya selama ini menghasilkan produk kopi bermerek ‘Alamanda’ yang mulai dikenal di luar daerah. Namun diakuinya, selama ini ia masih kerepotan menghadapi petani yang dalam pemanenan dan proses lanjutannya yang masih meneruskan cara-cara lama.

Menurutnya, di zaman ini yang makin modern dan maju, persaingan produk kopi dari berbagai daerah makin meingkat. Misalnya, meski kualitas sama orang sekarang tentu semakin banyak bicara soal casing (kemasan) saja.

“Persoalan kita juga di sana. Betapa banyak barang-barang kita yang berkualitas tetapi karena casingnya yang mungkin kurang bagus, kurang menarik, sehingga orang melihatnya tidak menarik,” terang Juniatun.

Pemda KLU berupaya menjawab berbagai kendala itu, misalnya pelibatan segenap Organisasi Perangkat Daeah (OPD) lingkup Pemda KLU untuk memberikan pendampingan kaitannya dengan produksi kopi kepada pelaku IKM. Agar ke depan, produk kopi hasil IKM KLU bisa bersaing di pasar nasional.

Pemda KLU sendiri juga berupaya melakukan penyelenggaraan kegiatan festival kopi yang  lebih sering diadakan, agar kesempatan pelaku IKM memamerkan produk kopi mereka ke pasar yang lebih luas lebbih terbuka.

Selain itu, kegiatan festival juga bisa dihajatkan untuk lebih banyak menggaet wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke Kabupaten yang memiliki selogan Tioq Tata Tunaq tersebut.

Menurut Juniatun, upaya yang ditempuh Pemda KLU itu merupakan acara yang sederhana tetapi nyata, dan memiliki manfaat untuk para petani okpi.

Kegiatan Festival Sangah Kupi 2020 diadakan bulan Desember itu mendorong tumbuh kembang beberapa sektor unggulan KLU, seperti pariwisata, perkebunan (kopi) dan pelaku IKM di KLU.

Hal yang tak kalah penting dari kegiatan tersebut adalah inisiatif membentuk satu komitmen bersama di antara pelaku IKM guna membuat satu merek kopi khas Lombok Utara bernama Kopi Dayan Gunung.

“Mudah-mudahan ini bisa tercapai untuk selanjutnya dan sesuai dengan harapan kita bersama,” ungkapnya.

Ast