Dulu Orang Bima Enggan Buka Rumah Makan

BANDENG LAUT BAKAR; makanan khasnya banyak berasal dari hasil laut, seperti ikan dan cumi-cumi termasuk bandeng laut yang rasanya manis

MATARAM – lombokjournal

Meski kuliner Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB) beragam dan menggoda selera. Namun bagi masyarakat luar ragam kuliner masyarakat mBojo kurang dikenal. Ternyata ada penyebabnya. “Sampai tahun 1980-an, tak ada orang Bima buka warung makan,” itu ditulis Ervyn Kaffah dalam akun facebook, hari Minggu (24/4). Ervyn asli keturunan Bima adalah aktivis anti korupsi yang saat ini menekuni sejarah Bima.

Kalau kita berkunjung ke Bima, tak perlu meragukan kelezatan kulinernya. Masyarakat Bima yang semula sebagian besar bermatapencaharian di laut, tak heran makanan khasnya banyak berasal dari hasil laut, seperti ikan dan cumi-cumi

Bimaminggu-bandengkuahsantan
Uta Palumara Londe (Bandeng Kuah Santan). Olahan masakan ini berbahan dasar ikan bandeng yang diguyur santan

Sebenarnya, masakan di Bima terdiri empat bagian. Ada kelompok sayuran, kelompok lauk-pauk, kelompok sambal, dan kelompok makanan kecil atau jajan. Salah satu contoh, di tengah masyarakat Bima  sangat dikenal masakan Uta Palumara Londe (Bandeng Kuah Santan).  Olahan masakan ini berbahan dasar ikan bandeng yang diguyur santan yang di dalamnya terdapat bumbu bawang putih, bawang merah, cabe merah, kunyit, dan tomat. Rasanya manis, asam, pedas dan ada aroma kemanginya sehingga terasa wangi ketika dimakan.

Termasuk dalam kelompok sambal adalah Uta Sepi Tumis. Ini termasuk popular di dan paling disukai orang Bima. Bahan dasarnya adalah udang-udang kecil yang ditumis dengan asam muda, cabe, tomat, dan kemangi.  Tentu masih banyak lagi olahan lainnya.

Menurut Hussain Laodet, penyair Bima, masakan khas Bima sudah mendunia. “Tapi di NTB sendiri kurang dikenal. Ga beken aja….,” katanya.

Uta Maju Puru (daging rusa bakar), daging rusa ini dibakar dan ditambahi bumbu pelengkap sehingga rasanya sangat lezat dan gurih.
Uta Maju Puru (daging rusa bakar), daging rusa ini dibakar dan ditambahi bumbu pelengkap sehingga rasanya sangat lezat dan gurih.

Contohnya Palumara,sekarang menjadi nama group Band Australia genre reage yang go international, dikomandai Toemy Balukea yang berasal dari Bima. Kemudian ada saronco peke, bae neba, dan yang tak terlupakan kagape (sop telapak kerbau).

Ada yang khas lainnya yaitu penganan atau jajan mina sarua, bahannya ketan hitam/merah denngan racikan bumbu khas Bima. “Masalahnya, semua makanan yang merupakan kearifan lokal itu kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah,” kata Husain.

bimaminggu-utasepimanis

Baru Buka Rumah Makan

Menurut Ervyn Kaffah, karena semula memang orang Bima enggan buka warung, yang lebih dikenal justru makanan pendatang yang sudah bermukim lama, sehingga kulinernya bercitarasa Nusantara, seperti masakan Padang, Sulawesi, Jawa, Sumbawa dan Lombok.

“Rasa masakan dan jajanan menggambarkan pergaulan masyarakat, maka saya teringat rasa Mengkasar,” kata Ervyn. Menurutnya, dalam data sensus kerajaan Islam di Bima, tidak ada dicatat suku Bugis atau, Goa, mungkin dianggap masuk kelompok Dou Mbojo.

Ervyn menuturkan, orang Bima memang termasuk jago dagang, Tapi dalam sejarahnya sangat jarang ditemukan orang Bima buka warung makan.

“Salah satu golongan tengah di masa lalu adalah para pengusaha pemilik kapal kayu yang membangun usaha distribusi hasil bumi lintas-pulau,” kata Ervyn.  Jadi belum ada kisah sejarah, ada pengusaha rumah makan asal Bima

Memang hal itu tak ada kaitan karena orang Bima tidak suka masak. Tapi makanan itu lebih banyak untuk ‘kalangan sendiri’. Di NTB sendiri tidak dikenal kuliner masakan Bima, lain halnya di Sumbawa ada Sinyang atau Lombok ada plecing ayam.

Bandar udara Bima cukup lama ada, di sekitarnya area utama tambak bandeng. Dan tidak jauh dari wilayah itu kini banyak ditemukan banyak rumah makan. “Dan promosi kuliner Bima hanya jadi urusan belakangan. Sampai sekarang juga belum banyak promosi destinasi wisata di Pulau Sumbawa,” kata Ervyn.

Suk