Bantu Korban Gempa Lombok, Relawan Ini Pakai Dana Umroh Sekeluarga

Maharani Hasan bersama pengungsi di Lombok Utara (Foto; Razak/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Selama kurang lebih tujuh belas hari berada di KLU, Maharani membuka dapur umum bagi para pengungsi di Posko I Kayangan, Lombok Utara. Dapur umum ini murni berasal dari dana pribadinya, tanpa yayasan, promotor, donasi dan lain-lain

MATARAM.lombokjournal.com —  Pasca gempa mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (29/07)2018 dan Minggu (05/08) 2018, banyak relawan datang membantu para korban gempa.

Salah satunya, Maharani Hasan, relawan perempuan asal Jakarta. Dia datang sendiri tanpa ditemani keluarga, sahabat atapun komunitasnya.

Maharani datang ke Lombok, tepatnya di Lombok Utara, pertama kali pada hari Selasa (07/09) 2018. Sehari setelah gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) yang berpusat di Kabupaten Lombok Utara (KLU).

“Pertama kali di Tanjung, H+1 sampai H+10 pasca becana. Terus pulang ke Jakarta tanggal 9 September,” ucapnya, saat dihubungi lombokjournal.com, via WhatsApp, di Jakarta, Kamis (13/09) malam.

Karena rasa kepeduliannya, Maharani mengatakan, b dirinya datang lagi ke Lombok Utara. Ini adalah kunjungannya  yang tahap kedua, tanggal 23 Agustus hingga 8 September 2018.

“Datang lagi yang ke dua ke Santong, tanggal 23 Agustus sampai tanggal 8 September 2018,” ungkapnya.

Selama kurang lebih tujuh belas hari berada di KLU, Maharani membuka dapur umum bagi para pengungsi di Posko I Kayangan, Lombok Utara. Dapur umum ini murni berasal dari dana pribadinya, tanpa yayasan, promotor, donasi dan lain-lain.

“Saat kemarin buka dapur 17 hari, saya itu pakai dana umroh keluarga. Saya kan dana pribadi, bukan yayasan atau ada promotor,” aku Maharani.

Rencananya Maharani ekeluarga 7 orang mau umroh Bulan Oktober, tapi batalkan.

“Uuangnya saya bawa buat buka dapur umum,” tuturnya lagi.

Selanjutnya untuk melakukan ini semua, tentu dia tidak sendirian. Setiap hari, dia dibantu oleh 30 orang dalam mengelola dapur umum. Lantaran jumlah yang dimasak tidak sedikit.

Malah bisa mencapai ribuan porsi, dengan biaya jutaan rupiah per hari.

“Sehari saya masak antara 1.500 sampai 2.500 porsi. Belanja itu antara 7 sampai 10 juta sehari,” terang perempuan bercadar ini.

Adapun jenis makanan yang dimasak bagi korban gempa Lombok, yaitu seperti ikan, daging, plecing (khas Sasak) dan sebagainya.

“Macam-macam lah yang dimasak. Nasi beserta lauk pauknya,” sebutnya singkat.

Makanan itupun tidak bungkus, akan tetapi masyarakat tinggal mengambil sendiri ke tempat yang disediakan. Juga membawa wadah masing-masing dan sesuai kebutuhan.

“Makanan gak dibungkusin. Warga datang bawa tempat tiga. Untuk nasi, lauk dan sayur,” ujar Maharani.

Lebih lanjut dikatakan Maharani, kedatangannya yang ke tiga kali nanti, akan membawa bantuan dalam bentuk lain, bukan lagi dapur umum seperti sebelumnya. Tetapi lebih cenderung pada pemulihan ekonomi masyarakat dan perlengkapan  ibadah.

“Untuk periode tiga, saya mau membagikan support wakaf untuk fasum, sepeti beli tandon air untuk masjid, perlengkapan ibadah untuk mushalla sepeti mukena, Al-quran dan bantuan modal usaha bebas riba untuk pedagang kecil,” tutupnya.

Razak