Awas, Waspadai Uang Palsu Selama Pilkada

Kepala Bank Indonesia (BI) NTB, Achris Sarwani, Selasa (20/3) di Mataram, menghimmbau masyarakat mewaspadai uang palsu (Foto: AYA/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Kesiagaan Bank Indonesia NTB tidak hanya pada masa pilkada ini, hal iini sudah menjadi program andalan

MATARAM.lombokjournal.com —  Perputaran uang cash yang diperkirakan besar di masa Pilkada serentak tahun 2018, rentan dengan peredaran uang palsu (upal), terutama masa-masa kampanye.

Masyarakat dihimbau waspada, khususnya para pedagang kecil yang dinilai masih awam akan upal. “Pilkada nanti jumlah uang yang beredar pasti naik,” ujar Kepala Bank Indonesia (BI) NTB, Achris Sarwani,  (20/3) di Mataram.

BI NTB sudah melakukan antisipasi dari jauh hari sebelumnya. Kenaikan jumlah uang cash yang beredar sudah tergambar dari data yang dimiliki BI NTB.

Jumlahnya akan lebih besar dari hari-hari sebelum Pilkada. Kesiagaan BI NTB diakuinya tidak hanya pada masa pilkada ini. Hal itu sudah menjadi program andalan BI NTB agar setiap masyarakat mengenal rupiah asli dan palsu.

“Kita sosialisasikan lewat program tersebut,” Tegasnya

Selain program sosialisasi, Achris mengaku juga memiliki program kerjasama dengan pihak kepolisian. Pihaknya juga mengintensifkan program tersebut, terlebih jika ada informasi terkait hal tersebut.

Pihaknya akan segera melokalisir dan melakukan penanganan sebaiknya agar tidak meresahkan masyarakat.

“Segera kita lokalisir begitu ada laporan masuk,” kata Achris.

Di beberapa daerah di luar NTB upal sudah mulai ditemukan. Namun ia mengatakan hal tersebut tidak terjadi di NTB.

Ia mengaku memiliki sistem informasi yang dapat melokalisir dengan cepat jika ada temuan. Terutama dengan pihak kepolisian sebab itu sudah masuk dalam pidana kejahatan. Pihaknya akan segera melakukan tracking penyebab beredarnya upal.

“Tapi kita sudah tahu polanya,” sambungnya.

Ia melanjutkan, dengan pola yang yang sudah diketahui pihaknya kemudian melakukan pemetaan pola tersebut. Namun ia mengatakan modus baru peredaran upal belum terlalu rumit. Hal tersebut dikarenakan penanganan uang cash tidak serumit kejahatan skimming.

“Kita sudah punya perjanjian kerja dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BAKOSUPAL). Hal ini secara nasional termasuk juga di NTB,” jelasnya.

Peredaran upal saat ini biasanya menyasar masyarakat atau pedagang kecil. Salah satu cara ampuh yang bisa menangkal ini adalah dnegan pemahaman masyarakat atau si pedagang.

Mereka harus lebih berhati-hati menerima uang. Terlebih lagi uang yang beredar pada masa Pilkada ini.

Untuk pedagang kecil, Achris menyarankan untuk memiliki alat ultra violet sebagai pendeteksi. Harga alat tersebut tidak mahal. Hal ini lebih mudah dimengerti dengan cepat dibandingkan memperkenalkan upal itu sendiri.

“Itu salah satu cara yang paling cepat,” pungkasnya.

Sementara terkait tren upal di NTB, ia mengatakan kondisi peredaran uang di NTB saat ini masih normal. Saat ini belum ada laporan kejadian besar seperti di daerah lain. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk terus waspada akan hal tersebut.

“Laporan terakhir dengan BINDA juga mengatakan tidak ada yang perlu dikawatirkan hingga saat ini,” tandasnya.

AYA

Tablets such as Viagra, Cialis, as well as uromexil forte Levitra are preferred options for accomplishing and also sustaining an erection.