Setelah Keripik Tempe dan Peyek, Komariah Menjual Keripik Ares dan Keripik Pare

Komariah yang menggelar produk keripiknya di stan UMKM Lombok Barat dalam NTB EXPO 2017 di Islamic Center NTB, sedang menunjukkan produk keripik ares dan pare, Jum'at (4/8) (Foto: AYA/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Kreasi Komariah membuat keripik, sebulan mengantongi jutaan rupiah

MATARAM.lombokjournal.com – Ini dia inovasi membuat camilan keripik, yang bisa ditemui di salah satu stan UMKM Lombok Barat (Lobar) pada EXPO NTB 2017 di Islamic Center NTB, Jumat (4/8).

Inovasi tersebut berupa keripik Ares (pelepah pisang) serta keripik dari sayuran Pare, yang produk asli dari Gerung, Lombok barat, yang  belum ditemukan di daerah lain di NTB.  Komariah selaku pemilik  UKM dan yang mengkreasi keripik ares dan pare itu menuturkan inovasinya membuat  camilan tersebut.

Komariah sudah memulai usaha camilan itu sejak sembilan tahun lalu, semula membuat keripik tempe dan peyek, bertempat di jembatan gantung di Gerung, Lombok barat.

Pelepah pisang muda atau ares sangat populer bagi masyarakat Sasak di Lombok. Biasanya Ares disuguhkan sebagai lauk saat masyarakat Sasak begawe atau ada acara hajatan besar saja. Namun saat Komariah melihat pohon pisang di rumahnya, ia terinspirasi membuat keripik Ares.

“Banyak Pohon pisang di rumah, sayang kalau tidak di manfaatkan. Makanya timbul ide, terus saya mencobanya, jadilah keripik ini,” tuturnya.

Jangan dikira keripik ares itu hanya jadi jajanan di kampung. Poduk buatan Komariah sekarang sudah bisa masuk di retail moderen, seperti alfamart dan Idomaret, serta bisa didapat di pusat  Ole-ole jajanan khas lombok.

Sebenarnya permintaan produk keripik Komariah cukup banyak, tapi belum bisa memenuhi permintaan pasar.

“Sebab produk kami masih dikerjakan manual. Masih iris bahan dengan tangan belum bisa menghasilkan produk dalamjumlah banyak. Kami masih minta bantuan ke Dinas Perindstrian  Lobar, agar diberikan mesin pemotong bahan,” terangnya.

Dalam sehari Komariah bisa membuat 200 bungkus keripik ares dari sepuluh buah pohon Pisang. Untuk Keripik pare, biasanya membutuhkan bahan 30-40 kg dan per kilonya menghasilkan lima bungkus Keripik.

Bisnis pembuatan keripik Ares dan Pare ini tidak menggunakan bahan pengawet. Itu sebabnya hanya bisa bertahan samapai dua setenga bulan saja. “Ya cuman bisa bertahan sampai dua bulan, setengah saja karena kita masih alami ya gak pake bahan pengawet,” ungkapnya.

Dari hasil keripik buatannya, Komariah bisa mengantongi penghasilan delapan juta rupiah per bulan.

AYA

 

??foto komariah pemilik ukm dan pencetus keripik pare dan ares