Daerah  

Patung Batu “Bon Gontor” di Desa Senaru, KLU 

Raden Gedarip (kanan) saat diwawancarai wartawan / @ng
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Temuan warga, situs purbakala Patung Batu “Bon Gontor”, kemungkinan tertimbun letusan gunung Samalas selama ratusan tahun

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Raden Gedarip (75), salah satu dari tokoh adat budaya Bayan, menuturkan tentang temuan Patung Batu berbentuk manusia, yang tidak banyak diketahui orang. 

Masyarakat yang tinggal di Bayan sering bercerita tentang keberadaan mitos Bibi Cili atau yang dikenal dengan ‘Cilinaya’. Mitos ini hampir ditemui di tiap daerah di Pulau Lombok, seperti Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat maupun di kabupaten termuda yaitu Lombok Utara.

Dari mitos tersebut bisa ditelusuri nilai sejarah yang terurai – dengan mengambil teori Koentjaraningrat – mitologi dan cerita-cerita rakyat dapat memberi indikasi fakta sejarah dari suatu suku bangsa. 

Patung Batu ‘Bon Gontor’

Dari teori tersebut kami telusuri  fakta sejarah yang ditemukan di Bayan, yaitu patung batu yang konon merupakan Patung Budha.

Patung Buda perempuan yang ditemukan di Dusun Bon Gontor, Desa Senaru, Kecamatan  Bayan Kabupaten Lombok Utara itu, bila dilihat wujudnya berasal dari Buda India. 

BACA JUGA: UNESCO Melakukan Revalidasi Keberadaan Geopark Rinjani

Dengan beberapa ciri antara lain,  hidungnya yang besar dengan telinga yang panjang. Dengan fakta tersebut,  memberikan petunjuk pada mitos Bibi Cili ada hubunganya dengan Budha India.

Ada dugaan, patung tersebut terbawa letusan Gunung Samalas yang diperkirakan meletus pada tahun 1257, dan terkubur selama ratusan tahun.

Sebagai informasi, Gunung Samalas diperkirakan tingginya mencapai 7.000 km di atas permukaan air laut. Kabarnya, gunung Rinjani yang tingginya sekitar 3.700 km, merupakan sisa dari letusan Gunung Samalas.

Bayangkan, dasyatnya letusan Samalas hingga menerbangkan material dati sekitar 3.300 km ketinggian gunung.

Tempat tertinggi

Raden Gedarip menuturkan, Bon Gontor dalam bahasa setempat adalah tempat yang paling Tinggi, sementara Gontor adalah perbukitan. Kalau disimpulkan menjadi tempat tertinggi dari perbukitan. 

Raden Gedarip menambahkan tentang kisah tempat tertinggi itu, Saat itu ceritanya berkisar abad ke 16 masehi, semua warga masyarakat Bayan masih menganut ajaran animisme atau Kepercayaan secara turun temurun. 

Singkat cerita ketika abad ke 16 ini pula datang para wali dari Jawa yang mengajarkan tentang Islam. Warga Bayan yang saat itu masih menganut kepercayaan animisme menolak dan lari ke hutan mencari tempat perbukitan paling tinggi. 

Umat Budha yang enggan masuk Islam tetap menganut kepercayaan animisme, sehingga masih ada bukti sebagaimana patung batu Bon Gontor, ungkapnya. 

Pada dasarnya penemuan patung ini merupakan sejarah nyata bahwa saat itu umat Budha tinggal di tempat ketinggian untuk menyelamatkan diri dan kepercayaannya, kata Raden Gendarip.

BACA JUGA: Transformasi Digital untuk Ekonomi NTB yang Tumbuh

Orang pertama yang menemukan patung Budha ini bernama Sutajim, sekarang Almarhum, dan salah satu putranya bernama Asmanom (51).

Asmanom dan Raden Gedarip, sama-sama menuturkan tentang Patung Batu berbentuk manusia di Dusun Bon Gontor, Desa Senaru Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara yang tidak banyak warga mengetahuinya.

Akses jalan sekitar 1,5 km dari jalan utama Senaru. Saat ini kondisi jalan tanah ini banyak lubang dan tidak terawat. Demikian pula dengan situs cagar budaya ini tidak terawat dengan baik.

Pondok dan kebesihannya masih swadaya oleh penjaga, Asmanom. Selain pondok darurat, tidak ada lampu penerangan, papan nama, tempat istirahat (Berugak) WC dan sarana penunjang lainnya belum memadai.

Kades Senaru, Raden Aktia Buana yang juga salah satu pelaku pariwisata perharap, agar Pemerintah Daerah menganggarkan kelengkapan sarana prasarana Cagar Alam ini sebagai tujuan wisata panorama Kabupaten Lombok Utara, harapnya. ***

 

 

Penulis: @ngEditor: Iwaga