Provinsi Literasi; Mereproduksi Karya Lokal dan Membuka Ruang Kreativitas

Wagub H Muhammad Amin diapit DR Rosiady Sayuti dan DR Mahsun :pentingnya kualitas pola pikir dan pengembangan nalar anak didik
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

MATARAM – lombokjournal.com

Program Provinsi Literasi 2016 yang diluncurkan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei lalu, merupakan bagian dari upaya meningkatkan minat baca dan membuka ruang bagi penulis daerah.

Hal itu  sudah menjadi perhatian DR Rosiady Sayuti semasa menjadi Kepala Bappeda NTB.  “Peningkatan literasi bukan cuma seputar minat baca dan kreatvitas penulisan, tapi juga mencakup pengembangan nalar dan pembentukan karakter masyarakat NTB,” kata Rosiady, Rabu (4/5).

DR H Rosiady : Mengimplementasikan kegiatan baca sastra
DR H Rosiady : Mengimplementasikan kegiatan baca sastra

Sebelumnya, Dinas Dikpora NTB sempat mewacanakan wajib membaca sastra bagi pelajar, mulai Sekolah Dasar hingga sekolah menegah atas. Bahkan wacana itu jauh sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan  mengeluarkan Permen Pendidikan  (tahun 2015 yang mewajibkan siswa membaca sastra sebelum pelajaran pertama dimulai.

“Waktu pertama dilantik sebagai Kadis Dikpora, gubernur sudah menyiapkan Pergub yang mengatur kewajiban baca sastra di sekolah,” cerita Rosiady.

Bulan Januari  2015 Rosiady dilantik kembali menjadi Kadis Dikpora, tugas pertama yang dilakukannya adalah menyusun Peraturan Daerah (Perda) Dinas Pendidikan. Momentum itu kembali dimanfaatkankannya  untuk mewujudkan impian meningkatkan kegiatan baca sastra di kalangan pelajar.

Dalam Perda (Peraturan Daerah) yang mengatur Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Prov NTB 2015, turunannya ada 7 Peraturan Gubernur Pergub). Pergub itu disamping mengatur soal pendanaan pendidikan (drafnya selesai disusun), dan beberapa lainnya, yang tetap menjadi perhatian Rosiady adalah implementasi kegiatan baca sastra.

Dalam konsep yang tengah disusun bersama timnya, pelajar SD diwajibkan membaca 6 buah buku sastra, SMP sebanyak 6 buku, sedang pelajar setingkat SMA sedikitnya membaca 9 buku.

Rosiady menuturkan, saat tengah menyelesaikan draf terkait literasi itu, dosen Unram DR Mahsun baru menyelesaikan tugasnya di Badan Pembinaan Bahasa Pusat. “DR Mahsun banyak memberi masukan untuk melengkapi terkait program literasi. “ akunya.

Rekonstruksi Sastra Lokal

Seperti diungkapkan saat melaunching program Provinsi Literasi 2016 saat peringatan Hari Pendidikan (2/5), peningkatan literasi tak sebatas persoalan minat baca dan kemampuan menulis. Waktu itu Wakil Gubernur, Muhammad Amin juga menekankan pentingnya kualitas pola pikir dan pengembangan nalar  anak didik.

Namun penekanan pada kemampuan membaca sastra dan mengapresiasi budaya daerah menjadi focus Tim Literasi. Yang dibentuk Dikpora Tim yang terdiri dari kalangan guru, budayawan dan akademisi itu, kini tengah menyelesaikan rekonstruksi sekaligus mereproduksi naskah yang bersumber dari karya-karya lokal atau cerita rakyat.

“Karya-karya yang ada kita reproduksi, sedang kegiatan merekonstruksi menyangkut penyesuaian bahasa yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan,” ujar Rosiady. Kegiatan itu mencakup dua sasaran sekaligus, selain peningkatan minat baca juga  mengapresiasi budaya lokal.

Di luar itu, pihak Dikpora tetap akan memberi ruang bagi seniman, penulis dan sastrawan di daerah untuk meningkatkan khasanah karya sastra di daerah. Menurut Rosiady, keberhasilan program literasi justru  saat semua pihak memandang penting peningkatan cara berpikir untuk memproyeksikan masa depan NTB yang lebih maju.

“Membaca dan menulis hanyalah jalan mencapai tujuan kebangkitan manusia, khususnya warga NTB,” pungkas Rosiady.

 Ka-eS