TAMBORA, Kisah Letusan Dasyat Yang Membawa Berkah

KISAH TAMBOR. Dasyatnya letusan Gunung Tambor tahun 1883, menjadi cerita yang berharga bagi parwisata (foto: Net)

Gunung Api Tambora memiliki nilai cerita sangat berharga. Tanpa  cerita dibelakangnya, objek tidak ada harganya. Story telling itu pening.

MATARAM.lmbokjournal.com —  “Batik atau keris, bernilai lebih ketika ada cerita di belakangnya,” ungkap Kepala Badan Pengembangan Ekonomi Kreative Nasional, Triana Munaf saat meresmikan Festival Pesona Tambora Tahun 2017 di Hamparan Savana Doroncanga Dompu, Selasa 11/4-2017.

Kisah letusan Tambora yang dasyat menjadi modal luar biasa yang bisa digunakan untuk membangun industri pariwisata di NTB.

“Letusan Tambora memiliki nilai history yang luar biasa, jadi nilainya ada pada story telling, bukan pada nilai sebenarnya atau nilai keindahan alamnya,” tutur Munaf.

Kisah tambora memang luar biasa. Gunung Tambora merupakan stratovolcano aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, NTB. Letusannya yang melenda dahulu menjadi letusan terbesar sepanjang sejarah vulkanologi.

Sebelumnya, Gunung Tambora memiliki tinggi 4.882 m dpl dan menjadi puncak tertinggi kedua di Indonesia setelah Jaya Wijaya. Letusannya tahun 1883 begitu besar hingga melenyapkan hampir separuh tubuhnya dimana kini menyisakan gunung  setinggi 2.851 m dpl. Kondisi tersebut sesuai dengan nama Tambora snediri yang  berasal dari dua kata, yakni ta dan mbora yang berarti ajakan menghilang.

Saat erupsi, letusan Tambora terdengar hingga ke Pulau Sumatra, Makassar dan Ternate sejauh 2.600 km. Berikutnya, 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil ke strastofer, debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya.

Begitu tebalnya abu berterbangan di langit, sepanjang daerah dengan radius 600 km dari gunung tersebut terlihat gelap gulita selama dua hari karena sinar Matahari tak mampu menembus tebalnya abu.

Kaldera abadi akibat letusan pun sangat besar seluas 7 km, sementara jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter. Total kematian yang ditimbulkan adalah 71.000 jiwa, bahkan ada sumber yang menyebut data korban hingga 92.000 jiwa.

Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi.

Satu tahun berikutnya (1816), sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena terjadi perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa yang disebabkan oleh debu letusan Tambora ini.

Selain itu, terjadi gagal panen di China, Eropa dan Irlandia. Bahkan, mengakibatkan tragedi kelaparan di Prancis telah menyulut kerusuhan di negeri itu. tak lama setelah itu, abu vulkanik yang tersebar itu mengendap di tanah dan memberikan kesuburan serta kehidupan baru bagi dunia. Di NTB sendiri, kabupaten Dompu lahir tepat setelah ledakan Tambora.

Kisah tentang dahsyat ledakan, kematian sekaligus kehidupan menjadi nilai jual luar biasa. Kisah atau cerita merupakan bagian penting yang membentuk industri pariwisata. Ia memberikan nilai, membangun image dan membangkitkan rasa ingin tahu lewat story telling. Dalam industri pariwisata, cerita memiliki nilai jual luar biasa dan menjadi modal utama dalam kegiatan promosi.

Festival Tambora 2017 merupakan upaya pemerintah provinsi NTB untuk mengembangkan dan membangkitkan sektor Pariwisata dan industri ekonomi kreatif di kawasan pulau Sumbawa sebagai dari komitmen Pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Langkah strategis yang telah dijalankan Pemerintah Provinsi NTB sejak 2015 mendapatkan apresiasi dari wakil presiden Republik Indonesia  melalui Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.

Wakil gubernur NTB, H. Muh Amin, S.H, M.Si menyatakan komitmennya untuk terus menghidupkan narasi dan cerita Tambota lewat promosi yang berkelanjutan.

“Karena itu dengan promosi-promosi yang kita lakukan akan mengembangkan perekonomian dan pariwisata kita ,” tegasnya.

(Humas Pemprov NTB)