MATARAM – lombokjournal.com
Sistem perbankan berbasis non riba ada di semua agama samawi. Basis teologisnya jelas. Karena itu, lembaga keuangan syariah dapat tumbuh baik di negara-negara non muslim. “Tidak perlu dibahasakan sistem ekonomi syariah hanya untuk umat Islam tapi untuk semua umat. Islam adalah rahmatan lil alamin,” kata Gubernur NTB, DR TGH M Zainul Majdi.
Gubernur Zainul Majdi menegaskan itu pada grand opening Bank Panin Dubai Syariah, Rabu (21/12), di gedung Bank Panin Dubai Syariah lt. 3 di Jl. Sandubaya No. 18 Mataram. Grand opening ditandai pengguntingan pita oleh Gubernur NTB, didamping Dirut PT. Bank Panin Dubai Syariah,
Dikatakan gubernur, ekonomi syariah bukan berbicara orang-perorang atau kelompok tertentu, tapi untuk semua kelompok bahkan lintas agama. Gubernur NTB yang akrab dipanggil Tuan Guru Bajang menceritakan pengalaman seorang ekonom syariah Safi’I Antonio yang diminta berbicara di Universitas Vatikan. Sistem ekonomi yang mengharamkan riba tidak hanya terdapat pada Al Qur’an, tapi tertulis dalam Babel.
“Tradisi non ribawi juga terdapat dalam tradisi Katolik. Ada harapan bahwa hubungan-hubungan yang terbangun di tengah masyarakat dalam kerangka keuangan itu harus berlandaskan azak keadilan, tidak saling mengeksploitasi,” ujar gubernur.
Lebih lanjur dikatakannya, eksploitasi masyarakat menyebabkan tingkat Gini Ratio naik. Saat ini Gini ratio di indonesia mencapai 4,1 persen. Berarti terjadi ketimpangan sosial yang semakin besar di tengah masyarakat. Hal ini juga menjadi salah satu pemicu revolusi Mesir saat Husni Mubaraq berkuasa, krena terjadi ketimpangan social yang lebar antara kaum miskin dan kelompok kaya. Saat itu Gini ratio di Mesir mencapai 4,7 %.
Salah satu sumbangsih perbankan dalam mengurangi Gini Ratio di Indonesia, menurutnya, salah satunya dengan memperbaiki sistem perbankan yang berkeadilan melalui sistem ekonomi syariah.
Pembiayaan Syariah Masih Sektor Konsumtif
Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan Bank BI, Wahyu menyampaikan LDR industri perbankan di Indonesia saat ini mencapai 89 persen, sementara itu di NTB jumlah dana yang disalurkan mencapai 158,10 % melampau jumlah dana yang dihimpun.
Menurutnya, jika dibandingkan tahun 2015 jumlah aset pihak ketiga di perbankan mengalami peningkatan dari 10 persen tahun 2015 menjadi 22 persen sampai November 2016. Di saat pasar perbankan nasional hanya tumbuh sebesar 8 persen sampai November 2016, di NTB mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya yaitu sebesar 4,97 persen.
Aset Bank Syariah di NTB juga mengalami kenaikan dari 5 persen persen tahun 2015 telah mencapai 9 persen sampai November 2016. Pembiayaan bank syariah didominasi oleh tabungan sebesar 68 persen.
Ketua OJK Yusri melaporkan, jumlah Kantor Perbankan Syariah yang ada di NTB saat ini sebanyak 55 buah dan menjadi 56 buah setelah Bank Panin Dubai Syariah. Perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan positif di tengah -tengah melemahnya pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Namun diakuinya, peningkatan jumlah aset maupun dana dari pihak ketiga serta kualitas pembiayaan mengalami penurunan.
Yang menjadi perhatian Ketua OJK, pembiayaan bank syariah masih didominasi pembiayaan sektor konsumsi di banding sektor produktif. Pembiayaan saat ini kurang memberikan magnetut terhadap pengurangan angka kemiskinan di NTB. Ia berharap kedepannya perbankan di NTB terutama perbankan syariah lebih banyak menyalurkan pembiayaan pada sektor produksi.
Pertumbuhan ekonomi NTB yang mencapai 9 persen melampau pertumbuhan ekonomi nasional seharusnya bisa menjadi peluang pasar oleh dunia perbankan. Pertumbuhan pariwisata menyebabkan pertumbuhan ekonomi kreatif di NTB tumbuh dengan baik, juga menjadi pasar potensial bagi bank syariah untuk menyalurkan sejumlah pembiayaan.
Selain itu, penduduk NTB yang mayoritas muslim serta komitmen NTB menjadi kiblat ekonomi syariah Nasional cukup menjadi modal berkembangnya perbankan sayariah di NTB.
Hadir juga pada grand opening itu, Ketua MUI NTB serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Rr
(Biro Humas Setda NTB)