Rumah Tangga Miskin Indonesia Hidup dari Sektor Pertanian

Rumah tangga tidak miskin menggantungkan penghasilan utama dari sektor lainnya

ilustrasi ~ Tempat tringgal rumah tangga miskin . IST
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Pengeluaran penduduk Indonesia di perkotaan yang golongan rumah tangga orang kaya lebih banyak digunakan untuk kebutuhan non-makanan

LombokJournal.com ~ Rumah tangga miskin di Indonesia, sebagian besar tercatat memiliki sumber penghasilan utama atau menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.

Jumlahnya mencapai 51,33 persen pada Maret 2021, seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik.

Rumah tangga miskin berikutnya menggantungkan hidupnya dari sumber penghasilan utama dari sektor lainnya sebesar 29,69 persen. Kemudian, sebanyak 12,90 persen rumah tangga miskin tidak bekerja alias pengangguran.

BACA JUGA: Kemiskinan di NTB Menurun 0.01 persen pada September 2022

Rumah tangga miskin sebagian besar pengeluarannya untuk makan
Pemukiman rumah tangga miskin

Ada pula rumah tangga miskin yang memiliki sumber penghasilan utama dari sektor industri, persentasenya hanya sebesar 6,08 persen.

Sementara itu, rumah tangga tidak miskin paling banyak memilki sumber penghasilan utama dari sektor lainnya. Persentasenya sebanyak 47,05 persen.

Lalu, rumah tangga tidak miskin berikutnya memiliki sumber penghasilan dari sektor pertanian sebesar 31,60 persen. 

Diikuti oleh rumah tangga tidak bekerja sebesar 12,22 persen dan rumah tangga dari sektor industri sebesar 9,13 persen.

Pengeluaran Orang Kaya untuk sebagian besar untuk non Makanan

Pengeluaran penduduk Indonesia di perkotaan yang termasuk golongan orang kaya lebih banyak digunakan untuk kebutuhan non-makanan. I

tu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang lebih dari Rp 1.500.000 lebih banyak untuk non-makanan.

Secara rinci, pengeluaran penduduk golongan orang kaya untuk non-makanan sebesar Rp 1.734.341. Angka itu lebih tinggi dari pengeluaran untuk makanan sebesar Rp 1.097.651.

Sementara itu, penduduk perkotaan yang golongan pengeluarannya berkisar Rp 150.000-199.999 per bulan lebih banyak menghabiskan untuk makanan. 

Rata-rata pengeluaran untuk makanan sebesar Rp 124.518. Sedangkan, kebutuhan untuk bukan makanan hanya Rp 59.779.

Tak hanya di perkotaan, BPS juga mencatat data pengeluaran penduduk di pedesaan berdasarkan golongan pengeluaran. 

Hasilnya menunjukkan pola yang sama, pengeluaran penduduk yang termasuk golongan orang kaya lebih banyak digunakan untuk kebutuhan non-makanan.

Data tersebut menunjukkan, semakin kaya seseorang, kebutuhan utamanya bukan hanya makanan melainkan golongan non makanan, seperti rumah, biaya pendidikan, kesehatan, pakaian, bahkan kebutuhan yang sifatnya mewah.

BACA JUGA: Nilai Ekspor di NTB Bulan Desember  2022 Meningkat Tajam

Sementara untuk penduduk miskin, wajar saja jika pengeluaran yang digunakan untuk non-makanan lebih rendah. Karena pengeluarannya habis untuk makan sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan lainnya selain untuk bertahan hidup. ***