
Puasa membuat siapapun yang menjalaninya akan memperoleh pengalaman transisional atas laku dirinya
PERUBAHAN BAGI MAHLUK HIDUP adalah sebuah keniscayaan. Ditandai oleh hal baru yang membedakan rupa suatu keadaan di fase awal ke fase berikutnya, perubahan menjadi tuntutan yang tak bisa dielakkan, apakah itu merupakan siklus alami atau kreasi yang dilandasi oleh kesadaran diri untuk menjadi lebih baik.
Sebagai penghuni kehidupan dengan realitasnya yang selalu berubah, kita tak bisa menghindar dari perubahan yang terjadi di luar kita. Penyesuaian kita tak hanya karena perubahan itu terjadi secara fisik, namun juga pada hal yang sifatnya nonfisik, yang oleh M. Azhar dalam tulisannya Perubahan sebagai ‘Sunatullah’, disebutkan meliputi hal-hal seperti paradigma, konsep, teori, pendekatan, metode, definisi, perspektif, wawasan, sistem, visi, misi, program dan sejenisnya.
Oleh alasan perubahan yang terjadi di luar kita itulah, penyesuaian harus kita lakukan dengan membangun kesadaran diri agar bisa kita petik kemanfaatan dari perubahan yang ada. Namun begitu, selain sisi positifnya, perubahan juga menghadirkan efek negatif bagi mereka yang gagal untuk mendapatkan kebaikan yang dikandung oleh perubahan itu. Karenanya, sekalipun perubahan itu merupakan keniscayaan, kita tak boleh membiarkan diri tanpa bekal ilmu pengetahuan dan agama yang baik agar kita tidak menjadi mangsa dari laju perubahan yang menyasar apa saja.
Ikhtiar untuk membekali diri dengan bekal pengetahuan agama tentu dimaksudkan agar kita bisa selamat dunia dan akherat dalam menghadapi keniscayaan yang tak bisa kita elakkan dalam hidup ini.
Nasehat akan hal ini juga telah disampaikan oleh Imam Syafi’i, “Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya.”
Puasa adalah rangkaian ikhtiar untuk membuat siapapun yang menjalaninya akan memperoleh pengalaman transisional atas laku dirinya, yakni perubahan dari diri tanpa batas menjadi pribadi yang memiliki kepastian batas
Menjalankan ibadah puasa membuat kita terlatih berprilaku untuk makin tahu malu, tahu aturan, dan yang paling utama adalah tahu bagaimana menjalankan ketaatan kita kepada Allah dengan cara yang sebenar-benarnya. Perubahan (transisi) laku inilah yang menjadi salah satu hikmah kita berpuasa.
Semoga puasa kita di hari ke-28 ini membuat kita makin memiliki kesadaran untuk terus berikhtiar dalam perubahan diri agar menjadi lebih baik bagi diri sendiri maupun orang lain.***