Seni  

Pesona Jazz Festival Memikat Wisatawan

JAZZ & WORLD MUSIC FESTIVAL; pertunjukan hari pertama dibanjiri penonton, itu menjawab pesimisme orang sebelumnya

SENGGIGI – lombokjournal.com

Lombok jadi ajang kiprah musisi Jazz dunia. Itulah sasaran yang dituju event “Pesona Senggigi International Jazz & World Music Festival 2016” yang mulai digelar hari Sabtu (20/8) sore sekitar pukul 17.00 wita hingga malam hari. Selain membuka kesempatan musisi lokal berbakat bermain satu panggung dengan musisi jazz internasional, event yang berlanjut hingga hari Minggu (sore sampai malam) itu diharapkan jadi pemikat wisatawan. “Ingat jazz, ingat Senggigi,” kata Ais M. Mashoud, project manager di event musik jazz itu.

P_20160820_173109

TOMSTONE

 

Jalan menuju pantai Senggigi yang sejalur jalan menuju Hotel Senggigi Beach, Sabtu sore sempat macet. Sepanjang jalan yang tak terlalu lebar itu dipenuhi deretan mobil yang diparkir, termasuk mobil Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid. Mulai jalan besar hingga mendekati pantai dipenuh mobil dan sepeda motor.

aismashoud
Ais M Mashoud

Ramainya kendaraan yang diparkir, tak lazim seperti hari-hari sebelumnya. Memang tak ada areal  parkir khusus bagi peminat musik jazz yang tampil di tiga stage yang disiapkan. Dua stage besar ada di pinggir pantai, yang satu di depan villa Senggigi.

Dua stage di pantai itu, sejak pembukaan langsung mencuri perhatian penonton. Di stage satu yang mengawali tampil adalah TOMSTONE. Talent lokal ini bisa dibilang terbaik yang ada di Lombok, sangat populer di kalangan ‘blues community’. Dan sore itu, Tomstone bisa berinteraksi dengan penonton yang sebagian besar wisatawan bule.

Juga Ari Juliant yang tampil di stage lainnya dengan “Bajigur Bluegress’-nya, tak perlu disangsikan kemampuan dan semangatnya berinteraksi. Musisi balada ini selalu menghibur audiennya, meski lirik lagu-lagunya banyak menyampaikan kritik sosial atau lingkungan. Itulah kesenian, menyentil tanpa menyakiti. “Ari hidup di daerah tapi bukan kelas lokal,” kata seorang wartawan.

Memang, kalau Ari Juliant tentu bukan – seperti yang dimaksud panitia — sebagai talenta lokal yang kurang mendapatkan kesempatan tampil di panggung nasional.  Ari dikenal sebagai ‘musisi gerilya’ yang sudah banyak menjelajah ke berbagai tempat. Bahkan ia pernah tampil di pelosok pedesaan di Austria dan Belanda.

ari2

BAJIGUR BLUEGRESS

 

Ari merupakan salah satu musisi yang konsisten menolak masuk dalam dunia industri. Panitia memang berharap event ini bisa menambah skill dan kepercayaan diri talent lokal,  yang akan berdampak pada industri musik lokal, tentu bukan dimaksudkan untuk Ari Juliant.

Meski berlabel ‘Jazz Festival’ namun hari pertama penyelenggara cukup jeli dengan menampilkan grup berakar tradisi tapi kreatif dari Rumah Budaya Paer Lenek (Lombok Timur). Selain itu juga tampil Bandini Koffe Jazzz Projet, Nissant Fortz, Rian Rusliansyah & Friend, Dipa & friends, Log Sanskrit dan Yura.

Waktu penyelenggaraan yang dimulai sore hari cukup menarik. Sebab menikmati musik di pantai sampai menjelang sunset juga memberi daya tersendiri.

Menurut Ais, menampilkan beberapa kelompok musik itu juga mempunyai motivasi menyatukan seniman yang selama ini sering bergerak sendiri-sendiri. “Mengajak seniman untuk bersinergi, itu juga sangat penting,” kata Ais.

Pilot Project

Ais Mashoud mengatakan, konsep event “Pesona Senggigi International Jazz & World Music Festival 2016” yang didukung Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan pertama digelar di Lombok ini, dianggap sebagai pilot project untuk penyelenggaraan event berikutnya.  Apa yang sudah dikerjakan hari ini akan menjadi evaluasi untuk perbaikan penyelenggaraan berikutnya.

Sebagai daerah wisata, NTB khususnya Lombok masih belum mempunyai event musik berskala internasional. Di berbagai tempat sudah lama berlangsung hajatan musik jaz, seperti Prambanan Jazz Festival, Dieng Jazz Festival, Ijen Jazz Festival atau Ubud Jazz Festival. “Mulai tahun 2016, di Senggigi mulai menggelar festival jazz dunia. Ini akan disusul tahun berikutnya, dan seterusnya,” ujar Ais.

Tekadnya itu bukan tanpa alasan kuat. Menurut Ais, Lombok mempunyai keindahan alam tidak kalah dengan daerah lain. Karena itu penyelenggaraan event ini makin menguatkan daya tarik Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan keyakinan akan kuatnya daya tarik Lombok, meski umumnnya penyelenggaraan festival jazz di berbagai tempat itu berlangsung bulan Agustus, di Lombok tetap berlangsung juga pada bulan Agustus tanpa khawatir kalah bersaing.

“Kita cari moment peak sesason, karena itu tahun berikkutnya tetap diselenggarakan bulan Agustus. Apa pun yang terjadi. The show must go on.. Tiap wisatawan akan mengenang event ini,” kata Ais. Ternyata pertunjukan hari pertama itu dibanjiri penonton, dan itu menjawab pesimisme orang sebelumnya, tambahnya

Bagaimana pun “Pesona Senggigi International Jazz & World Music Festival” tak lepas dari promosi Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia. Seperti diketahui, branding Pariwisata Indonesia untuk mencapai target 20 juta wisatawan tahun 2019 adalah pesona Indonesia atau “wonderful Indonesia”.

Kata  “Wonderful” atau “Pesona” merupakan janji tentang Indonesia yang selalu menakjubkan. Senggigi memiliki pesona yang luar biasa dari segi keindahan alamnya dan keramahan penduduknya, dengan event ini diharapkan makin meningkatkan pesona Senggigi untuk memikat wisatawan nusantara maupun mancanegara.

“Ingat jazz, ingat Semggigi,” tegas Ais.

Suk