Seorang bayi 10 bulan berinisial MAZ, dirawat di RSUD Provinsi NTB dengan dugaan “Fetus in Fetu” atau mengandung janin di dalam perutnya.
MATARAM.lombokjournal.com — Direktur RSUD Provinsi NTB, Dr H Lalu Hamzi Fikri, dalam keterangan pers, Jumat sore (17/3) di Mataram menjelaskan, bayi MAZ dirawat di RSUD Provinsi NTB sejak 11 Maret setelah dirujuk dari RSUD Selong, Lombok Timur dengan keluhan mengalami pembengkakan di bagian perut.
Pada 15 Maret, hasil pemeriksaan yang dilakukan melalui CT scan dan foto radiologi ditemukan sesuatu yang ganjil. “Dalam perut bayi itu temukan cairan dan massa atau benda asing di dalam perut bayi, secara visual mirip janin tapi sudah tidak bergerak,” katanya.
Menurut Hamzi, untuk memastikan dugaan dan menangani kasus tersebut pihak RSUD Provinsi NTB sudah membentuk sebuah tim terdiri dari 5 orang dokter spesialis, antara lain ahli kandungan, ahli bedah, ahli radiologi, dan anastesi.
“Saat ini tim dokter masih bekerja. Untuk melakukan langkah pembedahan dan pengangkatan benda asing itu kami masih memastikan dulu kondisi bayi agar benar-benar stabil,”katanya.
Bayi MAZ merupakan anak pasangan Usman (50) dan Asmani (45), warga Desa Letok,Kecamatan Sakra, Lombok Timur, NTB.
Hamzi mengatakan, MAZ dirawat di RSUD Provinsi NTB menggunakan BPJS mandiri, sehingga seluruh proses perawatan dan biaya-biaya akan ditanggung BPJS.
“Tapi kita belum bisa pastikan, apakah benar ini kasus Fetus in Fetu, atau ada penyebab lain,”katanya.
Sementara itu, dokter spesialis kandungan yang juga anggota tim dokter RSUD Provinsi NTB, H Agus Rusdi Hamid SpOG, menjelaskan, dari hasil CT scan dan foto radiologi terhadap bayi MAZ, terlihat massa atau benda asing berbentuk mirip janin di dalam perutnya.
“Teknisnya saat membaca hasil foto scan memang harus digambarkan kemiripannya, ini kebetulan mirip janin,”katanya.
Agus menjelaskan, secara medis tumbuhnya janin di dalam bayi bisa terjadi dengan istilah medis Fetus in Fetu.
Fetus in Fetu menurutnya merupakan kelainan sejak lahir, dimana seharusnya bayiitu kembar, namun kembarannya justru tumbuh di salah satu organ tubuh bayi bersangkutan.
“Tapi Fetus in Fetu ini tergolong kasus yang langka karena selama ini baru 200 kasus dilaporkan di seluruh dunia. Jadi untuk memastikan harus menunggu hasil pembedahan,” katanya.
Berdasarkan standar kesehatan, papar dia, rumah sakit baru bisa memastikan benda asing yang ada dalam tubuh seseorang setelah dilakukan pemeriksaan pasca pembedahan dan pengangkatan.
“Setelah pengangkatan maka benda asing itu akan diperiksa lagi, apakah memang benar merupakan janin kembarannya, atau tumbuh dari organ lainnya,” katanya.
Untuk kasus yang diderita MAZ , Agus menjelaskan, tim dokter masih melakukan observasi dan menunggu kondisi bayi stabil sebelum melakukan pembedahan.
GRA