Umum  

Pembangunan Infrastruktur Harus Didukung Informasi Badan Meteorologi

Workshop media terkait kebutuhan data dan Informasi terkait gempa bumi dan tsunami yang diselenggarakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mataram, Senin (16/10) (Foto; AYA/Lombok Journal)
image_pdfSimpan Sebagai PDFimage_printPrint

Sebagian besar wilayah Indonesia rawan gempa bumi, tsunami dan freuensi petir

MATARAM.lombokjournal.com — Kepala Pusat Gempabumi dan Potensi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhammad Riyadi mengatakan, kebutuhan data dan Informasi terkait gempabumi dan tsunami akan mengalami peningkatkan di masa mendatang.

Kata Riyadi,  Pemerintah Indonesia kini gencar membangun infrastuktur di hampir seluruh wilayah di Tanah Air. Riyadi menjelaskan, sebagian besar daerah di Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi rawan bencana gempabumi dan tsunami.

“Sebagian besar wilayah Indonesia rawan gempabumi, tsunami, dan frekuensi petir yang cukup tinggi. Makanya pembangunan harus juga melihat kondisi informasi dari BMKG,” katanya, Senin (16/10) di Mataram

Tiap pembangunan infrastruktur wajib memperhitungkan aspek kebencanaan di lokasi setempat. Ini untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Sebagai institusi yang menyediakan layanan data gempabumi dan tsunami, BMKG memiliki tantangan yang cukup berat di masa mendatang lantaran tuntutan publik akan layanan data dan informasi terkait gempa bumi dan tsunami agar lebih cepat, akurat, dan mudah dipahami.

“Pelayanan data dan informasi yang prima akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap BMKG,” tegasnya

Hal ini juga diungkapkan Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Rianto.

Menurut Agus, data dan informasi terkait kebencanaan merupakan hal yang penting dalam mewujudkan pembangunan di NTB. Kantor Stasiun Geofisika sendiri baru berdiri pada 2016, di mana sebelumnya masih menginduk ke Bali.

Kehadiran Geofisika Mataram pada 2016 itu merupakan relokasi dari Bali, karena di pulau dewata itu sudah punya tiga padahal NTB belum ada.

“Karena NTB termasuk tinggi akan potensi gempabumi dan tsunami, sedangkan di Bali sudah ada tiga (kantor stasiun geofisika) maka didirikan juga di NTB,” katanya.

AYA