Saat ini pekerja menghadapi disrupsi ganda, yakni berkurangnya lapangan kerja dan era otomatisasi yang mengurangi tenaga kerja manusia
MATARAM.lombokjournal.com ~ Masalah disrupsi ketenagakerjaan diangkat oleh Rannya Agustyra Kristiona, saat bicara di forum Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) se Kabupaten Lombok Tengah, hari Minggu (27/02) kemarin.
Topik terkait disrupsi ketenagakerjaan memang menarik, dan telah menjadi perhatian dunia industri secara global.
Era Disrupsi khususnya pada teknologi digital, merupakan era terjadinya inovasi dan perubahan mendasar karena hadirnya teknologi digital, yang bisa mengubah sistem secara global
Beberapa waktu lalu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyinggung soal tantangan disrupsi ganda bagi masyarakat pekerja atau buruh di era pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Era Disrupsi Ketenagakerjaan, Rannya Ajak Milineal NTB Bekali Keterampilan
Disrupsi yang dimaksud yang pertama, resesi perekonomian dan berkurangnya lapangan kerja akibat dari pandemi.
Kedua, era otomatisasi yang datang lebih cepat akibat tidak terbendungnya laju digitalisasi di tengah pandemi.
Tenaga Kerja di Era Disrupsi
Sektor lapangan kerja Indonesia menghadapi dua problem mendasar.
Pertama, sekitar 63 persen tenaga kerja di Indonesia merupakan lulusan SMP dan SD. Kondisi yang menyebabkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja kita relatif rendah.
Kedua, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
Akibatnya, pekerja kesulitan mendapat pekerjaan, sedangkan industri mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan.
Karena itu, perlu memperkuat standardisasi dan sertifikasi kompetensi profesi. Selain itu juga memperkuat kolaborasi antara pemerintah dengan dunia industri dalam menyiapkan link-and-match.
Saat ini dunia sedang menghadapi perubahan disruptif. Antar-negara bukan hanya berebut investasi, juga berebut teknologi, berebut pasar, dan berebut orang-orang pintar.
Akan banyak jenis pekerjaan lama yang hilang. Juga makin banyak jenis pekerjaan baru yang bermunculan. Ada profesi yang hilang, tetapi juga ada profesi baru yang bermunculan.
Karena itu diperlukan hub atau tempat berjumpanya milenial dari berbagai latar belakang.
BACA JUGA: Literasi Keuangan Bangun Kemandirian Bisnis, Ini Kata Gubernur Zul
Yang berasal dari aktivis pergerakan bisa belajar membangun bisnis dan skill baru. Yang berasal dari dunia profesional bisa memperoleh wawasan sosial dan jejaring yang lebih luas.
Diperlukan kolaborasi lintas sektor milenial menyiapkan masa depan.
Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras dan berdedikasi. Yang melakukan inovasi yang disruptif, yaitu membalik ketidakmungkinan menjadi peluang. ***