Nurdin Ranggabarani: Disbudpar NTB Gagal Pahami Makna Festival Tambora

Nurdin Ranggabarani: “Saya tidak paham apa kaitan Trio Macan dengan konsep wisata halal.”

MATARAM – lombokjournal.com

Penyelenggaraan Festival Pesona Tambora (FPT) yang mendapat perhatian nasional bahkan internasional, mestinya mengeksplor kekayaan khasanah budaya lokal. Tapi diundangnya grup dangdut Trio Macan – yang dikenal tampil erotis – merupakan kegagalan penyelenggara memahami makna FPT.

nurdin ranggabarani2
Nurdin Ranggabarani

“Tidak terbayang sama sekali, apa kaitan antara harapan mengeksplor budaya lokal, dengan kehadiran Trio Macan,” kata Nurdin Ranggarani, anggota DPRD NTB dari Fraksi Partasi Persatuan Pembangunan (PPP) dalam percakapan dengan Lombok Journal, Selasa (19/4) malam.

Menurut Nurdin, Festival Tambora mestinya mengeksplor kekayaan khasanah budaya lokal yang agung adiluhung. “Itu yang diledakkan ke permukaan agar dunia dapat terhentak oleh gemuruh kehebatan khasanah budaya kita,” tegasnya yang berkali-kali mempertannyakan konsep Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB sebagai penanggung jawab festival akbar tersebut.

Bukan hanya itu, mantan tokoh pergerakan mahasiswa ini juga membayangkan, FPT merupakan festival rakyat yang melibatkan seluruh komponen lokal.  Seharusnya mwereka dilibatkan agar aktif dalam hiruk pikuk acara ini.

“Mulai dari merancang hingga mengisi seluruh pilihan kegiatan. Bagaimana rakyat berteriak dan berlarian kesana kemari waktu Tambora memuntahkan isi perutnya,” katanya. Penyelenggaraan FPT sesungguhnya diharapkan, agar seluruh isi kepala, isi hati, isi bathin, isi rasa dan isi perut para seniman lokal diledakkan. Agar mampu menggelagar sehebat gelegar Tambora 201 tahun yang lalu, tambahnya.

Mengingkari Pariwisata Halal

Sebagai wakil rakyat dari Pulau Sumbawa, Nurdin sangat berempati atas kekecewaan masyarakat lokal yang seolah dibelakangi dalam penyelenggaraan tersebut. Sebab, apa yang disebut “pesona Tambora” saat ini sebenarnya tangisan masyarakat terdekat di kaki gunung Tambora di masa lalu.

“Wajar dan sangat sopan bila porsi dan tempat pembukaan acara lebih banyak diberikan utk memancing tawa ceria mereka yang pernah menangis 201 tahun yang lalu. Kalau sekarang dibelakangi, kemarin mereka menangis dan hari ini pun mereka pun meringis,” ujar Nurdin. Sebelumnya, penyelenggaraan FPT mendapat kritik tajam dari kalangan seniman di Bima (baca: Ketidakbecusan Disbudpar NTB Dikecam Seniman Bima).

Nurdin menilai pihak Disbudpar NTB gagal memahami, bahwa pada bulan-bulan terakhir NTB sangat gencar mewacanakan “pariwisata halal”. “Saya pikir pada momen festival seperti inilah grand desain atau setidaknya contoh-contoh konkrit dari pariwisata halal itu dapat ditunjukkan ke publik wisata dunia,” jelas Nurdin.

Dengan konsep pariwisata halal yang konkrit itu dapat menarik minat para pelaku wisata, termasuk mengundang wisatawan dunia. Tapi kehadiran grup Trio Macan, tiga penyanyi yang selalu tampil erotis, justru bertolak belakang dengan konsep ‘wisata hala’. “Saya tidak faham apa kaitan Trio Macan dengan konsep wisata halal,” kata Nurdin.

Jangan-jangan kehadiran Trio Macan sebagai simbolisasi goyangan gempa dahsyat yang mengguncang dua gunung kembar Tambora – Rinjani. “Goyangan dasyat dua gunung kembar memang berpotensi meletupkan erupsi lahar panas dingin,” sindir Nurdin sambil tertawa.

Suk.