Modus Dokter Bikin BPJS Tekor Bukan Isapan Jempol

dr Terawan Agus Putranto

Terawan Yakin bila para dokter mengambil tindakan yang benar, maka klaim dan defisit BPJS Kesehatan tidak akan sebengkak sekarang

lombokjournal.com —

JAKARTA  ;   Modus dokter atau rumah sakit untuk meningkatkan nilai klaim BPJS Kesehatan bukan isapan jempol.

Hal itu ditegaskan Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar yang  mengaku pernah mengadvokasi seorang ibu yang dibohongi oknum dokter.

Dokter atau pihak rumah sakit berusaha memaksimalkan nilai klaim, bukan memberi penanganan yang optimal sesuai kebutuhan pasien.

“Si ibu datang ke rumah sakit. Dokternya bilang kalau bukan (operasi) caesar tidak ditanggung BPJS. Ibu itu langsung tolak,” kata Timboel di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia sepakat dengan Menteri Kesehatan Terawan soal ada jenis penanganan klaim BPJS yang ‘bikin tekor’ dan harus dibongkar.

Misalnya operasi caesar yang jadi sorotan Terawan.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan, dr Terawan mengungkapkan “modus” yang dilakukan para dokter hingga defisit BPJS Kesehatan terus meningkat.

Menurut Terawan, banyak dokter yang memberikan tindakan tak perlu kepada pasien hingga membuat biaya klaim rumah sakit membengkak.

Salah satunya tampak dari klaim operasi sesar yang sangat tinggi dan mencapai Rp 260 triliun. Selain itu, ada biaya pengobatan penyakit jantung sebesar Rp 10,5 triliun pada 2018.

“Artinya apa? Terjadi pemborosan yang luar biasa untuk yang tidak seharusnya dilakukan tindakan, (malah) melakukan tindakan,” ujar Terawan dilansir CNBC Indonesia pada akhir November lalu.

Menurut Terawan, pelayanan kesehatan yang seharusnya diberikan kepada pasien adalah yang bersifat dasar. Yakni pelayanan kesehatan berdasarkan diagnosa yang benar dan juga terapi secara optimal sehingga pembiayaan tidak membengkak.

“Kanker juga begitu. Jangan stadium 1 dikemo sistemik,” tegas Terawan. “Ya matinya bukan karena kankernya, tapi obat-obatnya yang berlebihan. Itulah namanya jangan maksimal, tapi optimal.”

Terawan juga sempat mengungkapkan perbandingan operasi kelahiran sesar di Indonesia sangat tinggi, bahkan melebihi standar yang telah ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO).

Perbandingan tersebut idealnya hanya 20 persen, namun perbandingan di Indonesia mencapai 45 persen.

“Saya yakin dokter-dokter membela diri ‘wah saya sesuai aturan’. Lho saya ini dokter fungsional,” terang Terawan. “Saya dokter beneran, saya ngelayani pasien. Sama-sama lah melihat.”

Saat itu Terawan menilai,  pelayanan kesehatan yang maksimal justru bisa membahayakan nyawa pasien. Karena itu, ia berharap para dokter tak lagi melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien.

Timboel Siregar

Terawan Yakin bila para dokter mengambil tindakan yang benar, maka klaim dan defisit BPJS Kesehatan tidak akan sebengkak sekarang.

Operasi Caesar peringkat pertama

Timboel menyebut penanganan caesar ini menduduki peringkat pertama di penanganan rawat inap.

“Misalnya di 2018 hingga November akhir, 586 ribuan ibu yang dioperasi caesar dengan biaya sekitar Rp3,2 triliun,” kata dia.

Biaya persalinan normal justru menduduki peringkat lima terkait penanganan. Ada 275 ribu ibu yang menjalani persalinan normal dengan biaya Rp400 miliar. Dia pun menganggap data ini patut dicek faktanya.

“Apakah benar ibu-ibu kita itu lebih banyak dioperasi caesar?” tegasnya.

Dia menilai klaim-klaim besar perlu dievaluasi dan dicek ulang. Meski tidak bisa langsung dibilang ada ‘permainan’ dokter atau rumah sakit, dugaan-dugaan permainan klaim BPJS harus dibuat terang

Rr