Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr.TGH.M.Zainul Majdi yang akrab disapa TGB membekali wawasan kebangsaan bagi siswa-siswi dan staf pengajar di SMA- Kesuma (SMA-K) di Cakranegara Kota Mataram, Selasa (18/4).
Mataram.lombokjournal.com — TGB mengunjungi sekolah Katolik itu merupakan implementasi gagasan ideologis dalam menyuburkan nasionalisme dan kebhinekaan, sebagai kekuatan membangun NKRI melalui “Gerakan Merawat Semangat Kebangsaan”.
Didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Drs.H.Suruji, kedatangan TGB disambut hangat Ketua Yayasan dan Kepala SMU-K, Rino bersama Guru dan ratusan siswa-siswi yang mengelu-elukan kehadirannya. TGB yang datang terlambat menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatannya.
“Sebenarnya tadi pagi saya telah janji hadir di sini jam 09.00 Wita, tapi ini lewat 30 menit, saya mohon maaf,” kata gubernur saat bicara di lembaga pendidikan yang berdiri sejak tehun 1965 itu.
“Ini tidak baik, jangan ditiru, ya,” pinta TGB, seraya mejelaskan keterlambatannya disebabkan karena ada tamu yang tak mungkin ditinggalkannya.
TGB mengaku sudah sejak puluhan tahun mengetahui yayasan pendidikan SMU-Kesuma itu. Eksistensi Sekolah itu justru dikenalnya karena prestasi-prestasinya yang luar biasa. Sebelumnya, Kepala SMAK Kesuma banyak prestasi yang sudah dicapai.
“Kalau saat ini kalian berhasil menjadi Juara Basket, Gendang Beleq dan bahkan juara olimpiade sains Provinsi NTB, maka tahun depan jangan mau lagi juara provinsi, tapi jadilah juara nasional. Bahkan saya menantang kalian untuk menjadi duta Indonesia untuk menjadi juara internasional,” ujarnya menyemangati.
Cermin masa depan NTB dan Masa Depan Indonesia yang maju dan kuat, ada di Sekolah ini, tegasnya. Sekolah ini mencerminkan keragaman yang lengkap. Semua suku, agama, adat istiadat, ras, warna kulit, dan semua perbedaan lainnya, namun Sekolah ini tetap menjadi tempat belajar yang nyaman, aman dan berhasil meraih prestasi-prestasi yang hebat, ungkap TGB.
“Dari potret pahlawan kita di masa lalu kita dapat melihat keberagaman,” tutur TGB.
Dari segi pakaian, sisi agama, warna kulit dan semua keberagaman lainnya, namun mereka bekerja bersama untuk indonesia. Semua latar belakang yang berbeda tersebut, dikatakan gubernur sebagai modal membangun NTB dan indonesia.
Saat Gubernur menanyakan bagaimana sikap dan cara pandang para siswa menyikapi keberagaman, masing-masing siswa memberikan argumen berbeda. Misalnya, ada yang menekankan saling berhargai, toleransi, memahami dan saling mengerti.
Seorang siswa, bernama Edward, bertanya kepada gubernur bagaimana cara Gubernur menjaga NTB ini ke depan agar tetap aman. Dengan kondisi NTB yang beragam, pasti juga ada potensi chaos atau konflik antar warga.”Bagaimana caranya mencegah,” tanya Edwar.
Gubernur balik melempar untuk mendapat pandangan dari siswa, bagaimana cara mereka mengatasi jika terjadi konflik. Bagi siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya gubernur menyediakan hadiah khusus kepada mereka.
Gefi menjawab pentingnya sikap toleransi dan hati-hati serta menjaga sopan santun. Dedit menambahkan perlunya saling pengertian. Abre justru melihat pentingnya ada peraturan, karena dari peraturan itu akan menumbuhkan kesadaran disiplin sehingga tercipta keamanan. Yeni menambahkan pentingnya kesadaran diri, serta sejumlah siswa lain berpendapat pentingnya musyawarah, saling memaafkan, peran mediator dan menemukan akar permasalahannya.
Jawaban-jawaban siswa itu, menurut gubernur, saling melengkapi satu sama lainnya. Itulah hakekat keberagaman itu, menjadi modal kekuatan bersama.
“Memperbaiki diri dan peraturan, dua-duanya penting,” tegas gubernur..
Dialog wawasan kebangsaan diakhiri dengan penyerahan hadiah berupa beberapa paket buku, tentang Karya Anak Negeri yang memuat 25 kisah inspiratif dari NTB, “Ikhtiar tiada Henti” dan buku “Perempuan yang Hebat.”
Rr.