Studi komparasi atau studi banding Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin ke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, memang tepat untuk menyerap keberhasilan dari Kabupaten Bantaeng yang ‘fenomenal’ melakukan lompatan besar menurunkan angka kemiskinan, pengangguran dan memompa pertumbuhan ekonomi. “Kepemimpinan, networking, bertumpu pada kekuatan lokal, dan Pemerintah Kabupaten Bantaeng fokus dalam perencanaan, merupakan kunci keberhasilan Bantaeng,” kata Kepala Bappeda Provinsi NTB, H Chairul Mahsul kepada lombokjournal.com, Rabu (25/5) sore, yang baru tiba menyertai Wagub melakukan studi banding di Bantaeng.
Wagub H Muhammad Amin memilih Kabupaten Bantaeng untuk studi komparasi pembangunan karena kabupaten ini progresif memajukan berbagai sektor. Sebagai Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Wagub yang berkomitmen menurunkan angka kemiskinan secara progresif, melirik Bantaeng yang dalam strategi pembangunannya fokus dengan sinergitas dan koordinasi itu, berhasil mengatrol pertumbuhan ekonominya 9,5 persen.
“Bupati Bantaeng bisa memanfaat jaringannya yang luas untuk mempercepat pembangunan daerahnya. Kita bisa belajar yang baik dari mana pun. Karena itu strategi yang baik dari Bantaeng bisa diadopsi di Provinsi NTB. Saya percaya, pemimpin pemerintahan di NTB bisa belajar dari hal-hal yang bermanfaat dari kunjungan ini,” jelas Wagub melalui telpon pada lombokjournal.com, Rabu sore.
Dalam kunjungan ini, Wagub H. Muh. Amin berangkat bersama Wakil Bupati dan beberapa pimpinan SKPD se-NTB bisa menyerap perkembangan pembangunan kabupaten kecil yang merebut perhatian nasional. Para pemimpin pemerintahan di kabupaten se NTB bisa melihat langsung keberhasilan Kabupaten Bantaeng, yang pernah disebut “The Hidden Paradise” di Indonesia, karena letaknya “agak tersembunyi” (membutuhkan perjalanan darat sejauh 120 km dari Kota Makassar, atau sekitar 2,5 jam waktu tempuh dengan mobil).
Tapi sejak tahun 2008, saat Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. memimpin Bantaeng, predikat kabupaten langganan banjir ini, perlahan-lahan berubah menjadi daerah bebas banjir, bersih, dan indah. Kawasan pantai yang semua kotor dan kumuh, serta penuh semak-belukar, disulap menjadi Pantai Seruni dan Pantai Marina, dengan pusat kuliner, restoran terapung, hotel berbintang dan lapangan yang mewah dan indah, dengan fasilitas pendaratan helikopter (helipad), siap menyambut wisatawan lokal dan mancanegara.
Topografi Bantaeng berupa pegunungan, dataran dan perairan, sampai tahun 2008 memiliki masalah akut, yaitu banjir, kekeringan, dan masalah pelayanan kesehatan dasar. Selain itu, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran menjadi pekerjaan penting mendesak yang harus diselesaikan.
Dulu saat musim hujan tiba pasti banjir. Kemudian, Pemkab Bantaeng memutuskan membangun cekdam pengendali banjir dan waduk tunggu. Dengan inovasi tersebut, bukan hanya masalah banjir teratasi,. “Sekaligus menjadi solusi bagi pengairan lahan pertanian yang sebelumnya hanya mengandalkan datangnya musim penghujan,” cerita Prof Nurdin pada tamunya dari NTB.
Keteladanan Pemimpin
Menurut Chairul Mahsul, keteladanan kepemimpinan Bupati Nurdin Abdullah bisa menjadi pembelajaran. “Pak Nurdin hanya hari Senin di kantor, selebihnya turun ke lapangan,” ujarnya.
Selain sederhana dan bisa menjalin komunikasi yang baik dengan warganya, Nurdin Abdullah memang telah melakukan langkah-langkah seorang pemimpin yang banyak melakukan perubahan-perubahan. Salah satunya adalah merubah mindset dan sikap dari aparatur dan masyarakatnya, dalam tempo relatif cepat.
Tentang perubahan mindset aparatur ini bisa diambil contohnya, pembangunan Bantaeng Industrial Park seluas 3.000 Ha, tanpa pungutan sepeser pun untuk penerbitan perijinan yang tak lebih dari satu jam atau Free Licenses within one day one Stop Service. Mega proyek PMA Jepang itu berhasil menarik dana puluhan trilyun rupiah masuk dan berhasil menjadi roda raksasa penggerak perekonomian Bantaeng, dan tentu saja dapat membuka ribuan lapangan kerja baru.
Dengan mengefisienkan pegawai negeri atau Aparatur Sipil Negara (ASN), Bantaeng banyak mengurangi tenaga honor. Dan itu membuat anggaran belanja pegawai hanya sekitar 46 persen. “Di kabupaten/kota di NTB umumnya di atas 50 persen,” kata Chairul Mahsul.
Menurutnya, kemampuan memanfaatkan akses jaringan itu membuat Bantaeng banyak mendapat dukungan. “Banyak pembangunan sarana publik tanpa menggunakan APBD,” tuturnya. Bupati Nurdin Abdullah menamatkan pendidikan Master of Agriculture, dan Doctor of Agriculture dari Kyushu University, Jepang.
Nurdin Abdullah yang dalam Pilkada April 2013 yang lalu meraih 82,71 persen itu juga mendapat hibah puluhan mobil ambulans dan Damkar dari Pemerintahan Jepang. Sehingga bisa berinovasi memberikan pelayanan kesehatan dengan Brigade Siaga Rencana (BSB), yang melayani masyarakat dimana pun dan kapan pun dengan waktu respon cuma 20 menit.
Masyarakat dan sekitarnya cukup menelpon call center 113 untuk mendapatkan layanan Ambulance gratis 24 jam, dengan fasilitas dokter dan tenaga medis dan peralatan yang berstandar Internasional. Dengan inovasi itu pula, angka kematian ibu melahirkan yang semula 12 ribu per tahun, sekarang ditekan menjadi nol.
Inovasinya termasuk dalam peningkatan produksi rumput laut, jagung dan sektor perikanan kelautan. Kabupaten Bantaeng berhasil menekan angka pengangguran dari 12,21 persen (2008) menjadi hanya 2,4 persen (2015). Penurunan angka kemiskinan, dari 12,12 persen (2008) menjadi 5,89% (2015). Perekonomian daerah juga tumbuh hingga mencapai 9,5 persen (2015), angka itu berarti mengalahkan Tiongkok. Dan dan income per kapita warga Bantaeng pun naik dari sekitar Rp. 5 juta (2008) menjadi Rp. 27 juta (2015).
“Bantaeng fokus dalam perencanaan pembangunan, khususnya ketergantungan di sektor pertanian. Banyak kesamaan karakteristik antara Bantaeng dengan daerah-daerah di NTB. Pemimpin pemerintahan di daerah bisa belajar banyak dari hasil kunjungan ke Bantaeng,” pungkas Chairul Mahsul.
Ka-eS.