Indeks

Kisah Rowana, Kabur ke Jawa Terlantar di Lombok

ilustrasi ~ Kisah Rowana / Ist

Ini kisah nyata tentang Rowana, yang diceritakan Nanik I Taufan. Rowana, gadis asal Sumbawa dibawa kabur pacarnya ke Jawa, menghilang dari rumah orang tuanya. Sampai di Jawa, ternyata pacarnya tak bertanggung jawab. Ia diantar pulang tapi tak sampai ke rumah, Rowana terlunta-lunta di Lombok 

lombokjournal.com ~ Beberapa tahun lalu, di salah satu sudut perumahan di Kota Mataram, seorang gadis duduk termenung di gardu ronda. Pakaiannya lusuh dan tubuh tidak terurus. Ia sudah berada di berugak tersebut sejak dua hari lalu. 

Awalnya tidak ada yang memperhatikan gadis bermata bening ini. Warga mengira ia tengah menanti seseorang. 

Namun, pada hari kedua, warga baru sadar bahwa gadis tersebut masih juga berada di berugak ini. 

Warga menduga ia tersesat. Saat ditemukan, ia sudah tidak lagi bisa bicara. Entah peristiwa apa yang sudah dialaminya sehingga ia tampak shock dan gagu. Warga juga menduga ia korban kekerasan, karena di tubuhnya seperti punggung sampai pinggang ditemukan luka memar seperti terkena benda tumpul. 

Ketika ditanya tentang identitasnya, ia hanya berdiam diri dengan pandangan kosong dan bola mata yang menyorot tajam kebingungan. 

Tak satu pun dokumen melekat pada dirinya untuk mengetahui siapa ia sebenarnya. Karena merasa prihatin dengan kondisinya, warga memutuskan merawatnya beberapa hari di rumah salah seorang warga. Mungkin saja ia mau bicara agar bisa dikembalikan ke orang tua atau keluarganya.

Salah seorang ibu rumah tangga, Alsirah (50) yang tinggal di kompleks tersebut mendekatinya. Ia seperti orang ketakutan. Ia benamkan wajahnya di antara tubuhnya yang dekil dan kurus. Sorot matanya, kosong. Gerakannya lemah terkesan malas. 

Selain Alsirah, beberapa ibu rumah tangga lainnya juga berdatangan melihat kondisinya. Alsirah lalu bertanya, tentang identitasnya. Begitu juga dengan para ibu lainnya. 

BACA JUGA: Kisah Maria, Menderita Bersama Suami Tapi Tak Bisa Bercerai

Gadis itu tidak bisa menjawabnya. Sikapnya datar dan seperti tidak ingin mengenal siapa-siapa. 

“Berkali-kali ditanya, berkali-kali pula ia hanya menatap kami,” ungkap Alsirah. 

Karena kasihan, Alsirah kemudian membawanya pulang ke rumah. Di sana ia sempat dimandikan dan dirawat selama beberapa hari. Namun, karena gadis ini tidak bisa berbicara (dianggap bisu), Alsirah merasa harus menitipkannya di rumah negara. 

Selain itu, gadis tersebut  susah sekali diatur. Gadis itu pun lalu dititipkan pada salah satu rumah aman di Mataram. Di sana ia dirawat dan petugas rumah aman terus mencoba melakukan pendekatan agar terkuak identitasnya. 

Satu minggu berada di rumah aman, petugas belum juga tahu siapa namanya dan di mana alamatnya. 

Hari-harinya hanya makan dan tidur. Diajak bicara ia hanya membalas dengan tatapan kosong. Perilakunya kasar. Jika keinginannya tidak dituruti, ia biasanya marah dan tidak jarang meludahi dan menjambak kawan lainnya. 

Petugas merawat dan memeliharanya dengan penuh kesabaran dan perhatian. Ia rupanya keras hati. Jika menginginkan sesuatu namun tak tersampaikan, ia bisa diam dan “ngambek” berhari-hari. Tidak jarang juga ia terlihat menangis dan sedih.  

Ia selalu tidur di siang hari dan jarang sekali tidur di malam hari. Waktu malam ia habiskan untuk menonton televisi hingga menjelang subuh. Sehari-hari ia apatis dan asosial. Ia sudah tidak lagi peduli dengan sekitarnya bahkan dirinya. 

Suatu hari setelah enam bulan berlalu, ia mau bicara tapi dengan informasi sangat minim. Ia bilang bernama Rowana (nama samaran). Ia ke Mataram dibawa seseorang bernama Rohidah yang berprofesi sebagai pengajar. Informasi lainnya, ia naik bus. Ia juga mengaku bahwa ibunya masih hidup. Informasi yang diberikan juga berubah-ubah. Ia mengaku ke Mataram naik truk lewat Pelabuhan Lembar bersama Agus, pacarnya. 

BACA JUGA: Kisah ‘Primadona’ Nurul, Menolak Menikah Beda Agama

Namun ia tidak mengetahui Agus itu berasal dari mana. Ketika ditanya lebih detail tentang siapa nama ibunya dan alamat pastinya, ia diam dan menggeleng. 

“Setelah itu saya sangat pelit bicara karena saya kesulitan berkomunikasi verbal,” ungkap Rowana. 

Tiap kali ditanya, ia selalu bilang ”Rowana lupa”. Minimnya informasi yang diberikan Rowana membuat petugas kesulitan menguak identitasnya sehingga sulit melacak keluarganya. Dalam waktu berbulan-bulan, petugas belum berhasil menguak identitasnya karena semakin lama kosa kata Rowana semakin sedikit. 

“Saya hanya bisa bilang mau pulang, setelah itu diam,” ujarnya menyadari kebingungan petugas rumah aman saat mengurusnya. 

Hal inilah yang membuat petugas kesulitan memenuhi permintaannya untuk pulang. Permintaannya untuk pulang sangat sering dilontarkannya. 

“Tidak mungkin petugas melepas saya jika saya sendiri tidak lagi tahu berasal dari mana. Saya berterima kasih pada petugas yang telah merawat saya dan tidak membiarkan saya terlunta-lunta di jalanan. Saya juga berterima kasih pada ibu-ibu di perumahan yang sudah menyelamatkan saya,” lanjutnya.

Besarnya keinginannya untuk pulang membuat Rowana beberapa kali hendak melarikan diri dari rumah aman. Karena itu, petugas keamanan agak ketat mengawasinya. Bagaimana tidak, pernah ia beberapa kali sudah keluar dari halaman berjalan tak punya tujuan. Beruntung ia segera ditemukan. 

Bahkan, saking besarnya keinginan untuk pulang, ia pernah mengelabui petugas dan petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk panti tersebut dengan cara menyamar. Ia memakai baju rangkap dan memakai helm milik petugas yang diambilnya dari tempat parkir sepeda motor. Sampai akhirnya ia sadar bahwa ia harus berperilaku baik.

Beberapa waktu kemudian ia mulai menjadi normal dan sedikit demi sedikit ia lancar berbicara. Sampai akhirnya terkuaklah siapa sebenarnya Rowana. 

Ia berasal dari Pulau Sumbawa dan tinggal di pelosok desa. Rowana mengingat bahwa ia telah diperlakukan tidak baik oleh pacarnya yang melarikannya hingga ke Pulau Jawa lalu memulangkannya hanya sampai Pulau Lombok saja. Di sanalah kisah awalnya ia terlunta-lunta. 

Trauma yang hebat membuatnya menjadi gagu dan apatis. Setelah ingatannya kembali dan ia bisa bicara normal, ia sadar bahwa tidak mungkin pulang ke rumah orangtuanya setelah apa yang terjadi padanya.

BACA JUGA: Kisah Anak Majikan, Jadi Supir Tak Beruntung di Arab Saudi

Ia kekeh meninggalkan rumah, lari bersama pacarnya yang rupanya tidak bertanggung jawab. Ia melawan orang tuanya demi laki-laki tak bermoral itu. 

Rowana sangat rindu orang tuanya. Ia ingin meminta maaf pada mereka namun tidak punya keberanian untuk melakukannya. Ditambah lagi rasa malu yang amat dalam membuat ia memutuskan “lari” seterusnya dari orangtua dan kampung halaman. Kerinduan untuk pulang itu selalu ada. 

“Nanti jika saatnya tiba dan saya siap, saya ingin sekali pulang,” kata Rowana yang kini bekerja di bagian penjualan alat-alat rumah tangga. ***

 

Penulis: Naniek I TaufanEditor: Misarni
Exit mobile version